27 | butterfly cupcake

91 7 4
                                    

‹ ‹ d u a p u l u h  t u j u h › ›

Sudah jam makan malam. Waktu makan malam adalah satu-satunya waktu di mana keluarga Paramarta berkumpul dengan lengkap, karena kesibukan mereka masing-masing membuat mereka hampir sama sekali tidak bertatap muka. Ayahnya di kantor, ibunya di toko bunga, Aiden yang kalo tidak shift ya nongkrong bersama  teman-temannya.

Hanya Adam yang paling sering di rumah kalau tidak ke perpustakaan atau belajar kelompok di rumah temannya, secara ia sudah tidak menjadi bagian dari Captivated yang popularitasnya perlahan-lahan naik di Youtube. Walaupun Adam terkadang sedih karena sudah tidak menjadi bagian dari mereka lagi, ia sering memutar video-video teman-temannya itu berulang-ulang. Ia merasa bangga melihat perkembangan teman-temannya dari dulu sebelum Captivated terbentuk sampai sekarang, yang sudah mulai memiliki penggemar.

Malam ini meja makan hanya terisi tiga orang, memang seringnya begitu karena Aiden sering keluar sampai larut malam atau masih shift di kedai kopi. Tetapi kali ini, Aiden ada di rumah, lebih tepatnya sedang berdiam diri di kamarnya seperti seorang monk. Aiden tidak pernah melewatkan makan malam bersama jika sedang ada di rumah, walau ia seringkali berbeda pendapat dengan ayahnya dan kerap membela Adam ketika ia terlalu ditekan untuk menjadi lebih dewasa sebelum waktunya.

"Aiden mana, Dam? Bukannya dia nggak keluar ya?" tanya ibunya.

Adam mengangkat bahunya. "Iya Ma, tadi ada kok di kamarnya."

"Coba kamu susulin ke kamarnya, Dam. Suruh dia turun ke bawah biar kita makan bareng-bareng." Kini Ayahnya yang angkat bicara.

Walaupun Adam sudah keroncongan dan sebetulnya ingin buru-buru makan, bukan Adam namanya kalau tidak penurut. Saat ia sudah sampai di depan pintu kamar Aiden, terdengar suara musik rock alternative yang disetel dengan volume keras-keras. Biasanya kalau sedang seperti ini, ia tidak ingin diganggu. Tetapi Adam memilih untuk membuka pintu.

Di dalam, Aiden sedang berada di tempat tidur dalam posisi tengkurap, bantalnya menutupi kepalanya. Ia bahkan tidak mendengar Adam yang memanggil namanya dan menyuruhnya untuk makan.

"Den, ke bawah yuk makan." Adam menyenggol kakinya.

Aiden yang merasa terganggu bangkit dari posisinya dan duduk di tempat tidurnya. Tidak seperti biasanya, raut wajahnya sangat dingin melihat adik kembarnya. Begitu dingin seakan-akan mau menelan Adam bulat-bulat.

"Nggak laper."

"Tapi tadi Ma—"

"Kan udah gue bilang nggak laper!" suaranya tiba-tiba meninggi  buat Adam sedikit terperanjat. Aiden berdiri dan mendorong Adam, menggiringnya keluar dari kamarnya. "Tolong ya Dam, gue minta tolong sama lo nggak usah ganggu gue."

Sebelum Adam mampu berkata apa-apa, Aiden membanting pintu kamarnya. Adam mengernyitkan dahinya, bingung dengan sikap saudaranya itu. Mereka hampir tidak pernah berkelahi selama seumur hidup mereka karena mereka begitu berbeda, mereka tidak pernah menginginkan sesuatu yang sama, kecuali saat ini.

Ponsel Adam bergetar tanda ada pesan masuk. Ia mengambilnya dari sakunya. Pesan itu rupanya berasal dari teman dekatnya yang juga sekelas dengannya, Deka. Tidak seperti Adam, Deka suka gosip. Karenanya, walaupun Adam sama sekali tidak peduli dengan gosip yang beredar di Adyatma, ia selalu tahu segalanya karena Deka akan menyuapi segala informasi tanpa diminta.

Deka: Dam! Lo udah tahu belom gosip terhangat?

Adam: Dek, lo tahu gue nggak tertarik sama gosip-gosip lo.

Deka: Nggak, ini masalahnya ada sangkut-pautnya sama lo dan Aiden.

Adam terdiam sejenak. Menjadi bahan gosip anak-anak Adyatma memang sudah menjadi makanan mereka berdua sehari-hari, namun melihat perubahan sifat Aiden ini, ia berpikir mungkin ada hubungannya.

QuaternaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang