Bagian Dua Puluh Delapan

9 0 0
                                    

Sudah hampir tujuh jam setelah berita kecelakaan Guntur sampai ke telinga keluarga. Namun, dokter belum kunjung keluar dari UGD. Mereka yang berada diruang tunggu masih sangat khawatir akan kondisi Guntur.

Tiba-tiba saja keheningan pecah saat mendengar jerit kesakitan dari mulut Putri. Melinda yang sedaritadi memeluk Carissa, wanita paruh baya itu langsung berdiri disamping putrinya. Putri terlihat sangat kesakitan sambil memegang perutnya. Semua orang ikut panik saat melihat guratan wajah Putri yang mengisyaratkan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja. Kecuali Carissa, wanita itu hanya diam dengan pandangan kosong.

Putri segera dilarikan ke ruang bersalin. Ditemani oleh Melinda dan Sarah. Kini diruang tunggu itu hanya ada Carissa dan Ciko. Ciko merangkul Carissa, jujur pria itu merasa terpukul melihat salah satu saudaranya yang begitu periang menjadi tak berdaya seperti saat ini.

"Guntur bakal baik-baik aja" bisik Ciko, "kamu jangan kaya gini dong, kamu harus optimis Guntur bakal bangun"

Carissa mendongak ia melihat ke mata Ciko yang berair tapi bibir pria itu membentuk senyuman, seolah memberi semangat padanya. Carissa memeluk Ciko ia menangis, wanita itu menangis sejadi-jadinya. Sejak mendengar penuturan asisten Guntur ditelpon beberapa jam lalu, wanita itu terlalu shock kini dalam perhatian seorang kakak ia menjadi lebih emosional.

"Ini kedua kalinya kak orang yang aku sayang—"

"Guntur masih disini, dia belum pergi seperti Damon" potong Ciko cepat

"Tapi, kak Ciko ga bisa liat apa disana? Itu dokter udah ada lima didalam tapi ga ada tanda-tanda kalo Guntur bakal siuman" wanita itu masih terisak

"Dek, optimis! Guntur pasti bakal bangun. Kamu jangan lemah kaya gini. Kamu jangan cengeng kaya gini"

Carissa hanya mengangguk-angguk, air matanya masih mengalir seperti mata air

"Paham?" ulang Ciko lagi, "kamu diem, kamu nangis itu ga bakal ngubah keadaan. Coba kamu berpikir jernih, berpikir positif, berdoa. Pasti semuanya bakal baik-baik aja"

Carissa lagi-lagi hanya mengangguk sambil sesegukan

"Kak Ciko sedih liat kamu begini, sedih aku liat kamu terpuruk, sedih banget"

Carissa memeluk sepupunya itu lagi "Aku takut kak, kalo Guntur ningglin aku juga"

Ciko berdesis bermaksud agar Carissa tidak melanjutkan kalimatnya.

"Optimis Sa, Guntur pasti bakal siuman"

Pintu yang sedaritadi tertutup akhirnya terbuka, dan keluarlah dua dokter yang sedang mencari-cari keluarga pasien yang sedang terbaring lemah didalam sana.

"Keluarga pak Guntur Mandela?"

"Ya, saya istrinya dok" jawab Carissa cepat, "bagaimana keadaan nya?"

"Kabar baiknya, pak Guntur telah melewati masa kritisnya"

Carissa tersenyum tapi air matanya terjun lagi. Lalu wanita itu langsung memeluk kakak sepupunya yang juga sangat lega mendengar penuturan dokter barusan.

"Tapi kita juga punya kabar buruk bu Mandela"

Carissa menghapus air matanya dan kembali menatap dokter itu sekali lagi, agar melanjutkan kalimatnya tanpa disuruh.

"Pak Guntur... lumpuh"

Ciko merangkul Carissa dan mengelus pundak wanita itu memberinya sedikit kekuatan.

"Tapi, ibu tenang aja. Dia tidak lumpuh total, jika ingin pak Guntur dapat berjalan kita bisa melakukan fisioterapi"

**
Fajar telah terbit, menghangatkan separo bumi, Carissa juga merasa hangat sekali pagi ini. Guntur telah dipindahkan ke ruang perawatan. Pria itu masih tertidur pulas dengan selang oksigen yang tertancap dihidungnya. Di temani Carissa yang mengelus rambut Guntur sembari tersenyum hangat.

"Nak" sahut Melinda saat masuk keruangan

"Mama, iya kenapa?" jawab Carissa tanpa menoleh, perhatian wanita itu masih diwajah suaminya

"Kamu belum tidur seharian, kamu pulang ya"

Carissa menggeleng "Nanti aku bisa tidur disofa itu. Aku mau nungguin Guntur bangun ma"

Melinda mengusap pipi Carissa pelan "Mama khawatir sama kamu semalam, jauh daripada mama mengkhawatirkan Guntur"

Carissa mendongak "Aku baik-baik aja, yang harusnya dikhawatirkan kucing besar ini" lalu wanita itu terkekeh

"Mama kenal Guntur, dia ini laki-laki kuat. Mama punya firasat baik semalam bahwa anak mama gapapa, tapi anak mama yang satu ini" Melinda memegang dagu Carissa "... gak sedang baik-baik"

Carissa terkekeh "Siapa sih yang gak khawatir suaminya kecelakaan"

"Tapi khawatirmu itu, nakutin sayang" Carissa tertawa pelan mendengar jawaban ibu mertuanya

"Ngomong-ngomong, kondisi Putri gimana? Semalam aku hanya dengar dia teriak"

"Putri semalam melahirkan, prematur"

Carissa mendongak lagi, matanya berbinar "Yang bener ma?"

"Iya, anaknya perempuan"

"Aku pengen lihat"

You're My JanuaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang