" Ji mau jadi pacar aku gak? "
"Gak! "
A few moment later...
" Ji mau jadi pacar aku gak? "
"Lu udah jadi suami gue gblk! "
•top Jinyoung! Bottom Jihoon!
?NONBAKU
✘BoyXBoy
✘YAOI
✘FUJOSHI AREA
★Typo bertaburan
"Aku berjanji akan selalu menjaga mu" - Bae Jinyoung
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini Daehwi baru aja datang ke sekolah sambil melompat-lompat ria. Tanpa dia sadari didepan ada seorang pria sedang berlari ke arahnya. Dan dalam hitungan detik..
BRUK!
"Aduh! "
Daehwi terpental beberapa senti, sesekali dia meringis karena pantatnya yang pertama jatuh.
"Yak!! Kalo jalan liat-liat! Punya mata gak lu?! "
Daehwi misuh-misuh sambil natep orang yang tadi nabrak dia.
"Loh Daehwi? Astagfirullah maaf sayang! Aku gak sengaja"
Samuel—sang pelaku tabrak lari langsung mengulurkan tangannya ke arah kesayangan nya. Tapi segera ditepis oleh Daehwi.
"Ck"
Daehwi berdiri terus langsung lari tanpa bilang apa-apa pada Samuel.
***
"Ji! Ji! Aku mohon jangan pergi! Aku bisa jelasin! "
Jinyoung terus menerus membujuk Jihoon yang sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam koper.
"Ji.. "
Jinyoung nahan tangan Jihoon tapi langsung ditepis.
"Gak usah sentuh gue! "
"Ji... Dengerin aku dulu"
"Dengerin apa?! Masa lalu yang bahagia?! Yang cerah?! Gak, makasihh"
Jihoon menarik kopernya keluar kamar. Jinyoung segera mengikuti Jihoon.
"Ji.. Ji.. Kamu salah paham"
Jihoon terus berjalan menuruni tangga dengan hati-hati, dia tidak lupa kalau masih ada nyawa lain di tubuhnya.
"Sayang dengerin aku dulu"
Jinyoung mencoba menahan Jihoon lagi.
"GUE BILANG JANGAN SENTUH GUE! Akh! "
Jihoon meringis saat perutnya tiba-tiba sakit, seperti ada sesuatu yang memukul perut nya. Lalu sesuatu mengalir di kakinya dan menetes di lantai.
"Sayang, kamu baik-baik aja kan? "
Jinyoung mencoba mendekat tapi ditepis oleh Jihoon.
"Jangan sentuh gue tuan Bae! Akh! "
Jihoon ambruk sambil memegangi perutnya.
"Hiks.. Sakit.. Akh!!"
Darah terus mengalir membasahi kemeja kebesaran milik Jihoon.
Dengan keberanian yang Jinyoung miliki, dia menggendong tubuh Jihoon dan membawanya ke rumah sakit.
"Kamu boleh pukul aku setelah ini"
*** Saat ini Jinyoung sedang duduk di kursi yang ada di luar ruangan tempat Jihoon di periksa. Jinyoung mengacak rambutnya frustasi. Dia mencintai Jihoon dan anak yang ada di kandungan Jihoon, dia tak mau kehilangan keduanya. Bagaimanapun caranya Jinyoung akan menahan Jihoon.
Dokter keluar dari ruangan dan menghampiri Jinyoung yang sedang menunduk.
"Tuan Bae"
Jinyoung segera mendongakkan kepalanya.
"Iya dok? Bagaimana keadaan istri saya?! "
Dokter itu tersenyum sambil menepuk pundak Jinyoung.
"Keadaan istri anda dan anak anda baik-baik saja, tadi hanya pendarahan sedikit, saya sarankan jangan membuat ibu sang bayi terlalu strees dan kecapean itu akan membuat keadaan sang bayi tertekan "
"Baik dok, saya akan selalu menjaga istri saya! "
"Baiklah, untuk sekarang istri anda masih belum sadar mungkin itu karena dia terkejut atas kejadian tadi"
"Tapi sekarang saya boleh masuk kan dok? "
"Tentu, anda boleh masuk"
Jinyoung menghela nafasnya lega.
"Terima kasih dok"
"Sama-sama, kalau begitu saya keruangan saya dulu "
"Iya dok"
Dokter pun berlalu pergi meninggalkan Jinyoung yang masih berdiri di luar ruangan. Jinyoung menatap pintu ruangan yang memisahkan dia dengan istrinya yang ada di dalam. Dengan langkah yang mantap Jinyoung masuk kedalam ruangan dan melihat istrinya yang sedang tertidur.
Jinyoung berjalan menghampiri Jihoon. Wajah damai Jihoon yang sedang tertidur membuat hati Jinyoung menghangat. Di usapnya pipi Jihoon dengan lembut.
"Maafin aku udah ngecewain kamu ji, tapi aku janji bakal selalu ngejaga kamu" ucap Jinyoung sambil mengecup kening Jihoon.
Tanpa Jinyoung sadari Jihoon meneteskan airmata nya. Karena memang sedari tadi dia sudah bangun dan mendengar ucapan Jinyoung.
"Maafin aku juga bae, aku gamau anak kak kyulkyung gak punya ayah, karena itu biar aku saja yang pergi "
***
Hoonji sedang berbelanja di super market dekat rumahnya. Tak sengaja Hoonji melihat ke arah tempat buah.
"Sepertinya Jihoon akan suka kalau aku membawakan cupcake stroberi"
Dengan senyuman lebar Hoonji mengambil beberapa stroberi dan memasukannya kedalam keranjang miliknya. Lalu dia berkeliling untuk mencari kebutuhan bulanan keluarga park.
Hoonji berhenti di rak tempat mainan anak-anak.
"Wah, apa aku harus membeli mainan untuk keponakan ku nanti? "
Hoonji akan mengambil mainan mobil-mobilan tapi tiba-tiba saja tangan lain akan mengambil mainan itu juga. Hoonji segera menoleh dan melihat seseorang dengan wajah tak asing sedang melihat ke arahnya juga dengan tatapan terkejut.
"Bukan kah dia wanita yang dulu bersama Jinyoung? Tapi tunggu! Kenapa perutnya membesar?! Apa dia hamil? Tapi dia kan masih sekolah, bagaimana bisa? "
"Ji-Jihoon? "
Hoonji menatap tajam wanita itu.
"Oh! Hai noona, kau akan mengambil mainan ini juga? "
Wanita itu tak menjawab, dia hanya diam sambil menatap Hoonji.
"Apa ada yang salah dengan wajah saya? "
Wanita itu masih diam dan itu membuat Hoonji jengah. Hoonji pun segera mengambil mainan mobil-mobilan itu dan melangkah pergi. Tapi langkahnya terhenti saat wanita itu bertanya padanya.
"Jihoon, apa kau sudah berbicara pada Jinyoung? "
Hoonji mengerutkan keningnya lalu menoleh kebelakang.
"Berbicara apa? "
"Soal anaknya"
"Anaknya? Maksud mu? "
"Ya, apa kau lupa kalau aku juga sedang mengandung anak Jinyoung?"
Seperti tersambar petir di siang hari. Hoonji menatap wanita didepannya dengan tatapan terkejut.
"K-kau mengandung anak Jinyoung? "
"Iya, sebentar lagi aku akan melahirkan dan aku ingin Jinyoung ada disamping ku"
Hoonji mengepalkan tangannya.
"Bae keparat Jinyoung! Kau akan berhadapan dengan malaikat mau sebentar lagi! Sialan! "