“Aku mau menikahimu, Rene...”
Teh hijau yang akan segera menuruni kerongkongan Irene itu seolah pindah jalan melewati tenggorokan. Irene tersedak hingga wajahnya memerah.
“He-hei, kau baik-baik saja? Aku mengejutkanmu ya?”, terkejut Sehun cemas seraya menatap wajah Irene dengan jarak yang cukup dekat.
Tangan Irene menepuk dadanya pelan. Setelah cairan minuman itu melewati saluran yang semestinya, Irene meloloskan nafas lega. Astaga!
Sehun, masih dalam posisi yang sama menatap wanita yang baru hari ini ia kencani.
Irene menelan salivanya. Apa Sehun tidak salah? Ini kali pertamanya mereka pergi berdua dan Sehunㅡ ia bilang apa tadi? Ingin menikahi Irene?
Melihat Irene terdiam, Sehun juga terdiam.
Detik selanjutnya Irene tersadar, ia berdeham. Berusaha memposisikan diri agar tidak canggung.
“K-kau bercanda?”, guraunya.“Tidak.”
Satu kata itu membuat Irene kembali terdiam. Ia menatap Sehun dengan mulut sedikit terbuka serta kelopak mata yang mengerjap pelan beberapa kali.
“Ayo kita menikah...”
“Ta-tapi... Tapi, kita baru pertama kali kencan, Hun? Kau tidak salah?”
Sehun menggeleng innocent.
“Sepertinya untuk kearah sana kita masih perlu banyak waktu untuk saling mengenal bukan? Hehe...”, cicit Irene. Jarinya bergerak gelisah.
Kedua sabit di mata Sehun muncul, “Kita bisa melakukan itu setelah menikah nanti. Akuㅡ aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kau menghampiriku dengan membawa obat untuk Ibuku yang tertinggal di apotek waktu itu. Aku selalu memikirkan ini sepanjang malam, aku tidak ingin kehilanganmu, Rene...”
Menurut Irene, Sehun adalah pria yangㅡ yah baik dan cukup pendiam serta tertutup. Wanita itu mengenal Sehun secara tak sengaja beberapa minggu yang lalu di sebuah apotek.
“Kau mau kan menikah denganku?”
Irene tak langsung menjawab. Banyak yang harus ia pikirkan, apalagi ini soal masa depannya. Menikah ya? Hmm...
“Rene...”
“Berikan aku alasan mengapa kau tiba-tiba ingin menikahiku!”, sahut Irene spontan.
Kelopak mata ganda itu berkedip sebanyak 2 kali, “Bukannya tadi sudah kukatakan?”
“Tidak, eumㅡ maksudkuㅡ Sehun, ini kupikir terlalu tergesa-gesa danㅡ y-ya aku terkejut. Hmm...”, ujar Irene terbata-bata. Merasa sungkan mengatakan hal itu pada seseorang tipikal pendiam seperti Sehun.
Seluas senyum tipis tersemat pada wajah tampan nan tegas milik Sehun, “Eum kau belum yakin?”
Kurang lebih memang seperti itu. Hey, ayolah pernikahan itu bukan suatu hal bercandaan, yang inginnya setiap orang lakukan hanya sekali dan seumur hidup! Memilih pasangan yang baik dan mau menerima kekurangan masing-masing itu kuncinya, jika salah pilih pasangan maka akan gawat. Tentu saja butuh pertimbangan untuk menuju kesana kan?
“Kupikir dengan langsung mengajakmu menikah mampu membuatmu yakin bahwa aku tidak pernah seserius ini sebelumnya.”
Tidak seserius itu ia bilang? Bahkan dengan wajah datarnya itu Irene sudah menerka-nerka bahwa Sehun itu pasti menjalani hari-harinya sama seperti ketika menghadapi soal-soal ujian nasional. Setiap hari rasa ujian.
Jadi, orang serius bisa menjadi lebih serius lagi? Sungguh, Sehun mengingatkan Irene pada dosen di kampusnya yang gemar memberi coretan-coretan yang berujung revisi berulang-ulang. Bedanya dosennya tidak setampan pria Oh didepannya ini.
“Aku harus apa agar kau bilang ya? Katakan!”, putus Sehun dengan nada suara yang cukup tenang.
Ini seperti pemaksaan dengan cara terhormat.
“Aku hanya butuh waktu, Sehun. Kuharap kau tidak keberatan...”, balas Irene mengalihkan obisidiannya pada sosok Sehun ke secangkir teh yang masih tersisa banyak didepannya.
Sekuat tenaga Sehun menahan diri agar tidak membuat Irene takut kemudian menjauh. Sepertinya ia harus sedikit mengalah dan memberikan kemenangan untuk jawaban Irene baru saja.
“Baiklah.”Astaga, memberikan waktu untuk Irene berpikir pun rasanya Sehun tidak rela! Secepatnya ingin menjadikan wanita itu miliknya. Takut sekali jika Irene jatuh ke pelukan pria lain. Sangat takut.
→thantophobia, (n.) the phobia of losing someone you love ←
Oh Sehun
Bae Irene
Hey,
Haha work baru! Work baru!
Bagaimana permulaannya? Bagus? Atau biasa aja? Haha biasa aja ya kan? Wkwk
Mau dilanjut? Atau segini aja heuheu?
Konfliknya ga berat-berat kok cuma seputar kehidupan pasutri umum-umumnya aja.Kangen ish nulis pake bahasa baku :((
See you ~~
©ainiierv
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙏𝙝𝙖𝙣𝙩𝙤𝙥𝙝𝙤𝙗𝙞𝙖
Romance[COMPLETED] thantophobia (n.) the phobia of losing someone you love ♥hunrene ♥baku ©ainiierv