Halaman 19

1.7K 234 23
                                    

Halaman rumah itu tampak basah. Bunga-bunga dengan berbagai macam warna dan jenis itu dalam keadaan segar pasca disirami. Bukan hanya bunga, ada beberapa tanaman hias lain yang ikut meramaikan halaman rumah yang cukup luas itu.

Irene mengarahkan selang air ditangannya kearah tanaman yang belum disirami. Melihat mereka yang dipenuhi bulir air membuat mata yang memandang terasa segar, belum lagi aroma tanah basah yang menjadi favorit Irene.

Selepas ditinggalkan Sehun untuk pergi mengajar, wanita itu melihat kearah tanaman yang kira-kira sudah dua hari ini belum disirami. Merasa kasihan, lantas wanita itu buru-buru meraih selang yang diletakkan di dekat kran air.

Aunty Rene sedang apa?”

Begitu dikejutkan dengan kemunculan sosok mungil dengan rok renda warna merah, rambut dikepang dua juga boneka beruang kecil warna cokelat dipelukan. Rachel Kim, anak tetangga sebelah.

“Oh halo, Rachel! Aunty sedang memberi minum tanaman-tanaman ini!”

Bocah itu nampak antusias dan sebetulnya ingin sekali bergabung tapi, pasti baju dan sepatunya akan kotor kena cipratan tanah basah. Nanti Ibunya bisa marah.

“Loh hari ini tidak sekolah?”, tanya Irene yang telah meletakkan selang yang masih mengalir air dibawahnya.

Gadis manis berdarah campuran itu menggeleng pelan, “Aku akan pergi mengunjungi nenek, Aunty. Nenek sedang sakit.”

Irene memasang ekspresi ibanya, “Aunty turut bersedih. Semoga nenekmu cepat sembuh, ya?”

“Terima kasih, Aunty. Nenek pasti akan segera sembuh. Ibu bilang jika saat sakit banyak yang mendo'akan pasti akan cepat sembuh.”, tutur gadis kecil itu polos.

“Ya, Ibumu benar. Kau juga harus banyak-banyak mendo'akan nenekmu ya...”

“Tentu, Aunty. Nenek kan baik, suka membuatkanku cookies kacang yang lezat!”

Senyum Irene melebar mendengar penuturan dari bocah tujuh tahun didepannya itu. Hingga berselang beberapa menit sebuah seruan mengudara, menginterupsi keduanya. Rupanya Ibu Rachel tengah mencari puterinya yang tiba-tiba hilang dari ruang tamuㅡtempat terakhir kali Ibu Rachel meninggalkan puterinya.

“Rachel, ayo kita siap-siap!”

“Nah, Ibumu sudah memanggil! Pergilah dan jangan lupa hati-hati di jalan!”, ujar Irene lantas melambaikan tangan kecil kearah Rachel.

“Eum! Dadah, Aunty...

Irene tersenyum lebar melihat Rachel yang berlalu. Gadis kecil itu setengah berlari menuju rumahnya yang berada disamping rumah milik Sehun dan Irene.

Sepasang mata cantik itu terus memperhatikan interaksi antara seorang wanita dengan gadis kecil di sebuah halaman rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang mata cantik itu terus memperhatikan interaksi antara seorang wanita dengan gadis kecil di sebuah halaman rumah. Ekspresi wajahnya sedikit berubah kala si gadis kecil itu terlihat pergi dari halaman rumah itu. Meninggalkan si wanita seorang diri yang usai menyirami tanaman.

𝙏𝙝𝙖𝙣𝙩𝙤𝙥𝙝𝙤𝙗𝙞𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang