Halaman 17

1.8K 233 19
                                    

Senyum itu mengembang sempurna, “Akhirnya pulang...”

Pintu mobil itu terbuka dari luar, Sehun pelakunya. Membukakan pintu untuk sang isteri setelah mobilnya terparkir manis dihalaman.
“Sudah sampai, Tuan Putri...”, godanya dengan menyodorkan tangannya meminta Irene mengulurkan tangannya.

Irene terkekeh dibuatnya. Menutupi mulutnya sembari tertawa, wanita itu mendorong tangan Sehun yang terulur, “Jangan bercanda!”

Sehun pun turut tertawa pelan, karena Irene menolak uluran tangannya alhasil pria itu menggendong tubuh mungil Irene tanpa ijin.

“Hey!”

Blam.

Selesai mendorong pintu mobil menggunakan salah satu kakinya, Sehun dengan Irene dalam gendongannya bergerak kearah bangunan yang sudah menjadi tempat mereka tinggal setelah menikah.

Rumah.

“Sehun, tasku masih didalam mobil!”

“Ya sudah biar saja.”

“Jangan dulu melakukan aktivitas yang berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jangan dulu melakukan aktivitas yang berat. Ingat apa kata dokter!”

“Ayaya kapten!”

“Jangan bercanda!”

“Hey, kau menjiplak kata-kataku!”

Sehun angkat bahu, “Kita sudah menikah, yang artinya milikku adalah milikmu dan milikmu juga milikku.”

Dalam posisinya Irene tampak berpikir, “Eum apa itu artinya aku boleh memakan ramyun instan milikmu yang ada di rak?”

Mata Sehun setengah mendelik, “Tidak!”

“Hey, kau bilang milikku milikmu dan milikmu milikku!”, protes Irene kontan beranjak dari posisi nyamannyaㅡterjebak dalam dua bongkah dada bidang milik Sehunㅡ dengan bibir mengerucut mirip bebek.

Tangan Sehun terulur menarik lengan Irene agar wanita itu kembali menempel pada dadanya, “Tidak boleh berbicara keras-keras pada suami!”, nasihatnya yang masih berusaha memeluk Irene.

“Kau curang!”, gerutu Irene kembali menempelkan tubuh mungilnya pada tubuh besar Sehun.

“Jangan mengkonsumsi makanan-makanan serba instan! Tidak baik untuk kesehatan, Rene...”

“Lalu bagaimana dengan ramyun instan yang ada di rak?”

“Aku akan membuangnya!”

Lagi-lagi Irene memisahkan diri dari Sehun, “Membuang makanan juga tidak boleh!”

“Baiklah biar nanti ku sumbangkan saja pada Baekhyun! Dia penggila mie.”, sahut Sehun menarik Irene lagi.

Malam masih belum terlalu larut namun, udara sudah semakin dingin saja. Irene semakin menelusupkan tubuhnya guna menjaga dirinya agar tetap merasa hangat. Sedang Sehun hanya diam sembari menatap langit-langit kamar, tangannya sibuk mengelus punggung Irene.

𝙏𝙝𝙖𝙣𝙩𝙤𝙥𝙝𝙤𝙗𝙞𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang