“Dia datang?”
Seraya membiarkan Irene berkutat melepaskan kancing kemejanya, Sehun menatap figur sang isteri dengan raut yang belum jelas definisinya.
Yang diangguki dengan ringannya oleh sang wanita. Kemeja warna kuning lemon itu dilepaskan dari tubuh kekar Sehun.
“Lalu?”
Manik warna hazel itu menatap lurus hingga bersinggungan dengan netra milik Sehun. Irene hanya memampangkan senyum tipis.
“Tidak banyak yang kami bahas. Dia datang untuk meminta maaf.”Pasalnya pikiran Sehun sudah berjalan-jalan entah kemana. Meski ia yakin Mijoo tak akan berbuat hal yang macam-macam pada isterinya, tapi perubahan sifat seseorang siapa yang tau?
“Dorr! Mau sampai kapan terbengong seperti itu? Apa ada sesuatu yang menganggu?”, kejut Irene dengan binar mata yang mirip seperti gugusan bintang malam ini.
Setengah tersadar dari lamunan, Sehun tersenyum lantas menggeleng, “Tidak ada. Semuanya baik-baik saja.”
Irene mengangguk sekilas membawa kemeja kotor itu kearah keranjang plastik yang diletakkan disamping lemariㅡtempat biasanya ia meletakkan pakaian kotor yang belum sempat dicuci.
“Air hangatnya sudah siap sedari tadi...”Bukannya bergerak kearah mandi untuk segera membersihkan diri, Sehun masih berdiri menatap Irene yang sepertinya hendak berlalu dengan beberapa potong pakaian kotor didalam keranjang.
“Kenapa?”, tanya Irene menegakkan tubuhnya dan mendapati Sehun yang masih bertahan dalam posisi yang sama.
“Hanya kemeja? Celananya tidak mau membantu melepaskannya juga?”
Rona kemerahan itu sukses memenuhi kedua pipi seputih susu milik Irene, matanya sedikit melebar, matanya berkedip secara cepat.
“Lepas sendiri!!”Sehun terkekeh dibarengi Irene yang lebih memilih kabur membawa keranjang plastik berisi pakaian kotor keluar kamar.
Dalam duduknya, Minho masih sibuk menghela nafas berat. Menebar pandang ke segala arah. Terjebak dalam pertemuan formal antara Ayahnya dan rekannya seperti ini begitu membuatnya mati dalam kebosanan. Padahal dirinya tadi telah bersiap melarikan diri untuk pergi main saja dengan Key, entah terserah mau kemana yang penting keselamatan dirinya dari kumpulan orang tua itu bisa terealisasi.
“Minho, menurutmu mana yang lebih cantik? Yang maroon atau yang navy?”
Sudah gagal menyelamatkan diri dari kebosanan ini, Minho malah dihadapkan dengan sang Ibu yang sedari tadi sibuk memilih warna tas jinjing yang wanita itu lihat dari layar ponselnya. Tau sendiri kan bahwa wanita pasti tidak akan mudah puas dengan hanya sekali memilih?
“Tapi, yang hitam juga bagus!”, imbuhnya sebelum Minho mengeluarkan pendapat tentang pilihan warna tasnya.
Menyandarkan punggungnya, Minho sekilas melirik kearah Gaeun, “Tidak perlu pusing, Ibu bisa membeli semuanya!”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙏𝙝𝙖𝙣𝙩𝙤𝙥𝙝𝙤𝙗𝙞𝙖
Romance[COMPLETED] thantophobia (n.) the phobia of losing someone you love ♥hunrene ♥baku ©ainiierv