Halaman 16

1.7K 247 45
                                    

“Dasar bodoh! Apa yang kau pikirkan?”

Pria tinggi itu mendengus, “Tunggu, apa kau baru saja membelanya?”

“Tidak ada siapapun yang kubela disini dan apa yang baru saja kau lakukan itu salah, Choi Minho? Apa aku sebagai teman dekatmu salah jika mengingatkan hal itu?”, geram Suho. Keduanya masih berada di area parkir rumah sakit.

Yaaa, sudah jangan bertengkar!”, sela Key yang terakhir sampai di tempat parkir.

Suho membuang nafas kasarnya, “Aku tau kau kesal karena Irene kehilangan bayinya tapi, terus memojokkan Oh Sehun itu sama sekali tidak akanㅡ”

“Kau tidak disana malam itu!”, potong Minho.

Orang-orang yang kebetulan lewat tersita atensinya oleh perdebatan antara mereka. Key yang tidak bisa memisahkan mereka pun hanya mengusap wajahnya, mencoba mengendalikan diri agar tidak ikut emosi.

“Baiklah, sekarang katakan padaku apa yang kau dapatkan malam itu? Wanita, kau bilang kau melihat Oh Sehun dengan seorang wanita kan? Lalu apalagi yang kau ketahui?”

Pria Choi itu mengalihkan wajahnya, “Lee Mijoo, dia menyukai Oh Sehun!”

“Darimana kau tau?”, timpal Key.

Minho menoleh kearah Key, “Wanita itu sendiri yang mengatakannya padaku!”

“Baik, lalu apa kira-kira Sehun juga menyukainya? Jangan memandang segala hal dari satu sisi, Minho! Jangan karena pemikiran mentahmu ini Irene jadi membencimu!”, nasihat Suho.

Bola mata Minho bergulir menatap pria Kim didepannya, tatapannya memicing, “Kau terus membelanya eoh?

Untuk yang kesekian kalinya Suho menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan. Mencoba memperbanyak sabar menghadapi manusia ini.
“Sekarang jika kau ingin marah bahkan mengamuk sampai membuat Oh Sehun babak belur sekali pun tidak akan mengembalikan keadaan! Kenapa susah sekali mengerti sih?”, erangnya merasa frustasi perlahan.

“Suho benar. Bagaimana jika wanita itu tidak mengatakan hal yang benar? Kau hanya sekali bertemu dengannya dan kau langsung mempercayainya?”

Kedua pria Kim itu tau Minho mudah tersulut begini karena Irene harus kehilangan bayinya. Diantara mereka bertiga Minho lah orang pertama yang menjadi saksi bagaimana bahagianya Irene ketika mengetahui bahwa ada bayi dalam rahim wanita itu. Minho yang pertama kali diberitahu oleh Irene. Merasa sedih ketika sesuatu yang membuat Irene bahagia lenyap begitu saja.

“Ini sudah diatur oleh Tuhan. Sudah musibah, jangan membuat Irene banyak pikiran dan sedih karena ini. Aku mengerti apa yang kau rasakan, tapi sekarang konteksnya sudah berbeda, Minho. Perlahan aku mulai mengerti tentang batasan antara seorang teman dan pasangan. Cepat atau lambat kita nantinya juga akan mengalaminya, yang artinya pasangan akan jauh lebih penting daripada teman. Sudah jelas, Irene akan lebih memprioritaskan Sehun ketimbang kita bertiga. Yang kau lakukan tadi sudah tergolong ikut campur dan aku tidak ingin hubungan kita berempat memburuk karena hal itu. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, kau paham?”, tutur Suho panjang lebar. Ia sedikit bersyukur Minho perlahan terlihat melunak.

Tangan Key terulur menepuk berlanjut mengelus pundak Minho, “Tenanglah, kita akan tetap berdiri di barisan paling depan jika seseorang mencoba melukai Irene...”

“Ya sudah ayo pulang!”

“Aku lapar dan kau harus mentraktirku makan!”, sahut Minho berjalan dibelakang Suho.

“Cih tidak tau diri!”, umpat Suho.

Ramyun pedas sepertinya lezat teman-teman!”, timpal Key.

𝙏𝙝𝙖𝙣𝙩𝙤𝙥𝙝𝙤𝙗𝙞𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang