Halaman 23

1.9K 216 28
                                    

Dua anak manusia itu masih terjebak dalam kebisuan. Hanya sepasang mata yang saling lempar pandang. Sungguh takdir mempermainkan keduanya dalam sebuah ikatan yang mereka sebut perjodohan. Astaga jaman sudah berkembang, teknologi sudah pesat, apa sesuatu kolot seperti ini masih mendapatkan eksistensi? Benar-benar membuat gagal paham.

“Aku tidak mau dijodohkan!”

“Lantas kau pikir aku mau?”

Wanita Lee itu menyandarkan punggung. Pening menyerang kepalanya, memikirkan ini membuatnya hampir gila. Orang tuanyaㅡjuga dengan orang tua pria dihadapannya ituㅡsungguh bersikukuh pasal perjodohan. Rupa-rupanya hal ini sudah menjadi wacana sejak dulu. Ketika dirinya memutuskan untuk melarikan diri dari rumah karena akan dijodohkan. Tak taunya dengan seorang pria dengan marga Choi. Minho, yang ia ketahui teman dari isteri Sehun.

Haruskah dunia sesempit ini?

Sebelumnya Minho belum mengetahui apapun. Soal perjodohan itu masih dirahasiakan, namun bocor ke Mijoo yang berujung kaburnya wanita itu keluar negeri.

“Bagaimanapun juga kita harus cari cara agar sesuatu yang mereka sebut perjodohan ini batal! Lagipula aku tidak menaruh minat padamu!” ujar Minho tanpa tedeng aling-aling. Frontal begitu saja. Terdengar pedas dan membuat hati panas.

Mijoo menggertakkan gigi, mengeras rahang, pria Choi ini benar-benar ya! Memangnya Mijoo buruk untuk ukuran seorang wanita? Ya, Mijoo tersinggung! Mau apa?
“Lalu apa kau pikir kau menarik?” sindirnya balik.

Keduanya saling lempar pandangan dengan sengit sampai memunculkan kilatan petir tak kasat mata. Selang beberapa detik mereka membuang wajah kompak.

Mijoo meraih gelas minumannya agak kasar dan segera meminum isinya, menekan emosi agar tak mengguyurkan cairan itu ke wajah tampan Minho. Pria itu... Wajahnya saja yang tampan tapi, mulutnya benar-benar tak tau aturan.

Sementara Minho tampak acuh, meraih ponsel yang terselip di kantong jaketnya. Membunuh jenuh dengan benda persegi panjang pipih itu.

“Kakak?”

Sepasang dewasa itu mengalihkan perhatian. Seorang gadis dengan atribut sekolah menengah atas lengkap muncul dihadapan keduanya. Gadis pemilik surai cokelat gelap dan berponi. Choi Yena.

Gadis yang terkenal dengan sifat jahil dan berisiknya itu menodongkan telunjuknya pada sang Kakak usil, “Kakak sedang kencan ya?”

“Kencan apa? Aish, bocah ini! Siapa juga yang kencan?” sungut Minho menahan umpatannya.

Bukan Yena namanya kalau takut dengan Minho dan segala omelannya, “Ah mengaku saja! Tidak perlu banyak alasan!”

“Yena-ya!!!”

Beralih pada segerombolan siswi SMA yang mengenakan seragam serupa dengannya, Yena mengangkat tangan, menunjukkan simbol oke menggunakan telunjuk serta jempolnya. Sepertinya anak-anak itu baru pulang sekolah.

Memandangi wajah kesal sang Kakak adalah kepuasan tersendiri bagi seorang Yena. Gadis itu terkikik begitu saja.
“Baiklah aku akan pergi. Selamat berkencan!” lantas berlalu begitu saja menghampiri teman-temannya.

Minho bersumpah akan membuang semua skincare yang tersimpan didalam lemari anak itu nanti! Lihat saja!

Minho bersumpah akan membuang semua skincare yang tersimpan didalam lemari anak itu nanti! Lihat saja!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝙏𝙝𝙖𝙣𝙩𝙤𝙥𝙝𝙤𝙗𝙞𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang