4

145 31 2
                                    

Pagi yang cerah Mita biasakan diawali dengan senyuman indah miliknya itu. Mita turun karena dia sudah siap untuk berangkat hari ke2 nya bersekolah.

Mita duduk dikursi, "pagi Ma, Pa, Bi. "ucap Mita kepada semuanya.

Kebetulan Bi Inah sedang ada disana mengisi air untuk Papa dan Mama Mita.

"kamu udah siap aja sayang "ucap Arnold-nama Papa Mita.

Mita mengambil rotinya dan mengoles selai coklat kesukaan Mita, "iya nih Pah. "jawab Mita sembari melahap rotinya tapi sebelum itu dia tidak lupa berdoa.

"gimana disekolah? Ada yang nembak kamu nggak? "satu pertanyaan konyol dan bagi Mita hal yang tidak penting keluar dari mulut Arnold.

Mita membulatkan mata ketika mendengar pertanyaan Papanya. Mita memilih untuk diam.

"Papa ini apa-apaan sih, Mita kan masih kecil ngapain ditanyain begituan? "omel Sintiya-nama Mama Mita.

"Mita kan cantik Ma, pasti ada banyak orang yang suka sama Mita. "jawab Arnold tidak mau kalah.

Semua orang juga tau jika Mita mirip Arnold, meskipun darah Arnold asli Indonesia tapi Arnold sangatlah tampan. Tubuh nya tinggi. Gigi, mata serta badan nya semua putih bersih.

"kalo emang ada intinya Mita gak boleh pacaran! "ucap Sintiya penuh penekanan.

"kenapa? "

"gak boleh pokoknya. "

Arnold mengeluarkan senyum meremehkan, "Mama kamu itu gak gaul ya Mit. "ucap Arnold kepada Mita yang dibalas tatapan tajam Sintiya.

Sintiya marah, dia merajuk, "Papa bilang apa? Papa kira Mama kudet gitu? "tanya Sintiya dengan nada yang sengaja ditinggikan.

Arnold tertawa sebentar, "Mama salah denger kali. "

"Mama itu masih bisa denger Papa bilang apa! "

Sintiya cemberut, "iya-iya sayang maapin Papa lah. "rajuk Arnold kepada Sintiya.

Inilah yang membuat keluarga kecil Mita selalu bersatu, mereka selalu merajuk dengan manja nya. Meskipun ya.. Setiap Arnold dan Sintiya bertemu pasti bertengkar wkwk.

Tiba-tiba 1 pikiran melintas diotak Mita kalian tau pikiran apa itu? sempat takut jika sang Arnold Papa Mita akan meninggalkan Mita untuk selamanya.

Seketika raut wajah Mita cemas. Kenapa dia berpikiran demikian? Itu pasti hanya prasangka semata dan itu tidak akan terjadi.

Jam sudah berada tepat di antar jam 6 dan jam 7 membuat Mita berdiri dan bergegas ke sekolah, "Pa, Ma Mita berangkat dulu ya. "seketika Arnold dan Sintiya berhenti dari tawanya dan memandangi Mita.

Arnold tersenyum, "kamu hati-hati ya. "ucap Arnold.

Mita mengangguk dan memandangi Arnold sebentar kemudian menyalami tangan Arnold. Saat menyalami tangan Sintiya dan sudah menciumnya tapi Sintiya tetap menggenggam tangan Mita.

Mita bertanya-tanya, "kenapa Ma? "

Sintiya berpikir sebentar, keliatanya dia sedang menyusun kata-kata, "ajak Irsat ya sayang, kasian dia kalau harus berjalan. "

Arnold menepuk jidatnya sendiri, "oh iya Papa lupa, kamu harus aja Irsat kesekolah ya. "

Jujur ada secuil rasa kasian dihati Mita, sebenarnya Mita tidak mau merasa kasian tapi rasa itu muncul sendiri.

Kalian ingat kan jika Mita masih kesal dengan Haical, entah berapa kali saja Haical menjailinya. Tapi, Mita juga tidak bisa menolak kalau dia harus berangkat bersama Irsat.

Dua Lelaki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang