Enjoy the story!
Guang an pov.
Sebuah bola api tampak merekah dari balik pepohonan diatas bukit tinggi yang berjajar rapi membentuk jajaran perbukitan yang asri.
Cahaya hangat mentari membangunkan setiap mahkluk yang terlelap.
Aku terbangun begitu silau sinar matahari mengenai wajahku menembus beberapa lubang angin yang ditata sedemikian rupa.Aku baru sadar kalau aku terbangun disebuah kamar yang indah itu.
Aku mengelus lantai kayu kamar itu perlahan. Sangat halus.
Seperti menyentuh air sungai. Halus dan dingin.
Jujur sebenarnya tubuhku masih lemas dan sedikit pusing karena kekurangan air kemarin. Tapi kini aku malah terbangun disebuah tempat indah.
Apakah aku sudah mati dan sedang berada disurga?Sreeek
Aku membuka perlahan pintu geser yang menutup bagian luar kamar ini. Kulihat ada berbagai tanaman yang indah diluar kamar ini.
Aku terkesima melihat begitu asrinya tempat ini. Beberapa daun maple berwarna jingga berguguran ditanah membuat tanah seperti berdarah darah.
"kau sudah bangun..?
Pakailah..!"
Teguran bersuara khas wanita itu membuatku terkejut dan langsung berbalik badan.
Kulihat seorang wanita yang tak lagi muda membawa sebuah pakaian ditangannya dan menyodorkannya padaku."untuk saya, nyonya..?"
Aku memanggil wanita paruh baya itu dengan sebutan nyonya karena pakaian yang ia gunakan terlihat sangat indah dan berkelas lebih seperti milik para bangsawan atau istri dari juragan tanah.
Wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Ia terlihat sangat ramah dan baik hati.Aku melihat ke arah pakaianku. Warna pakaian kesukaan ibu sudah tak lagi merah karena banyaknya debu dan tanah yang menempel bahkan ada beberapa robekan dikanan dan kiri lengannya.
Aku menyesal karena membuat gaun indah milik mendiang ibuku harus rusak."terimakasih nyonya...
Kalau boleh tau ini dimana nyonya?""panggil aku chunhua saja, guang an..!"
Deg,
Nama itu sama persis dengan nama mendiang ibuku. Apakah ia jelmaan mendiang ibu? Apakah ia yang akan menggantikan posisi ibu menjaga dan melindungiku?"nyonya chun..?"
Setetes demi setetes cairan bening itu meluncur mulus melewati pipiku hingga jatuh mengenai tanah."ada apa guang an?
Apakah kau masih memerasakan sakit ditubuhmu?"
Aku menggelengkan kepala.
Wanita yang mungkin masih seumuran memdiang ibuku itu menggiringku untuk duduk dilantai kamar berukuran cukup luas ini."kenapa kau menangis?"
"aku teringat ibuku, nyonya..
Nama nyonya sama persis dengannya..""kalau begitu anggap saja aku sebagai ibumu juga.."
"bolehkah?"
Wanita paruh baya itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Aku merasa sangat senang dengan murahan hatinya untukku."oh iya, bagaimana kabarmu?
Apakah sudah baikan?
Kau seharian tak sadarkan diri disini.."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Empress of Kaisar Wang [END]
Fantasybuat readers yang udah nungguin sequel dari My Little Empress Xia.. Enjoy The Story, Guys.. Di sebuah rumah kecil yang terletak di pinggiran hutan terdengar erangan tertahan seorang wanita. Ia tengah berjuang sendirian melahirkan janin yang ada dipe...