Chapter 45

470 61 12
                                    

"Aku mencintaimu Jinnie" ucap Sharon tanpa melepaskan tatapannya pada Seokjin.

Sementara Seokjin yang mendapat pernyataan dadakan itu pun masih berdiri mematung dan tak bereaksi. Tentu saja ia sangat terkejut seolah takdir sedang mempermainkannya.
"Shar--"

"Ssssst" Sharon meletakkan jari telunjuknya di bibir Seokjin. Meminta Seokjin berhenti bicara.

"I'm sorry, selama ini aku tak memikirkan perasaanmu Jinnie. Aku tahu kau sangat mencintaiku, tapi aku juga takut jika kau hanya menganggapku sebatas adikmu. Dan setelah semua yang kita lalui, selama berhubungan dengan Bryan kau tetaplah tempatku pulang Jinnie. Sejauh apapun jaraknya, aku tetap mencarimu" Sharon kembali menarik nafasnya, mencoba merangkai kata-kata yang akan ia sampaikan pada namja dihadapannya ini.

"--aku tahu kau pun merasakan hal yang sama padaku Jinnie. Bisakah kita mulai dari awal? Dengan hubungan selangkah lebih maju? Kali ini aku yang akan datang padamu, mengejarmu dan tak membiarkanmu pergi. Bisakah?"
Sharon menyentuh tangan Seokjin dan menggenggamnya erat lalu kembali menatap Seokjin dengan senyum manisnya.

Seokjin pun tersenyum tak percaya mendengar ucapan Sharon.
"Kurasa kau terlambat Shar" ucapnya lalu melepaskan tangan Sharon pelan.

"Wae Jinnie? Kau tak lagi mencintaiku?"

Nayeon POV

Mataku mulai terasa berat, tapi tetap harus kutahan jika tak ingin kejadian dulu terulang kembali. Itu sangat memalukan.

Akhirnya bus yang kutumpangi sampai di halte dekat rumah. Aku sudah tak sabar memberi Jin kejutan. Atau mungkin dia akan marah karena aku pulang tanpa meminta jemputan darinya? Tidak. Dia bukan supir pribadiku. Dia kekasihku. Jadi mana tega aku memperlakukannya seperti supir.

Sepanjang jalan aku hanya bersenandung kecil mencoba menghilangkan kantukku. Hingga langkahku sudah dekat dengan rumah, kulihat Sharon dan Jin sedang berdiri di dekat mobil dengan wajah yang tampak serius.

"Apa yang mereka bicarakan?" Gumamku pelan setelah bersembunyi ditempat yang tak akan terlihat oleh mereka. Sayangnya jarak tempatku bersembunyi tak bisa membuatku mendengar apa yang mereka bicarakan.

Rasanya aku harus menunggu mereka selesai berbicara. Mungkin aku akan menunggu di minimarket depan saja fikirku.

Namun saat kakiku hendak melangkah, kulihat mereka berdua berpelukan. Ya, mereka berpelukan, terlebih Sharon yang terlihat sedih. Aku pun mengurungkan niatku untuk ke minimarket depan, kembali mencuri pandang pada keduanya. Aku sangat ingin tahu bagaimana ekspresi Jin. Tapi tak bisa karena posisinya berdiri agak sedikit membelakangiku.

Sharon melepas pelukannya, kembali berbicara pada Jin. Sepertinya saat ini mereka berdebat. Diujung perdebatan mereka, Jin memegang kedua pundak Sharon lalu mengelus puncak kepalanya dengan lembut.

Bolehkah aku egois? Sepertinya aku sangat cemburu saat ini. Rasa tak rela ini terus menjalari fikiran dan hatiku yang sejak tadi melihat keduanya semakin intim. Walaupun aku tahu, kehadiranku tak bisa menyaingi kehadiran Sharon yang sudah lebih dulu bersama Jin bertahun-tahun lamanya. Tapi aku merasa berhak karena aku kekasihnya bukan?

Mataku masih saja tak berpaling dari keduanya, sampai kapan mereka akan terus berdiri disana?
Dan seketika mataku membelalak saat kulihat Sharon memegang pundak Jin berjinjit lalu mencium bibir Jin. Dan tangannya mulai mengunci di leher Jin saat bibirnya baru saja bersentuhan.
Deg

Seketika dadaku terasa sesak. Apakah kau hanya akan diam saja Jin?
Satu detik

Dua detik

Tiga de---

The Best Part || INY X KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang