Chapter 51

575 57 2
                                    

Seokjin keluar dengan membawa selimut, dan juga laptop miliknya. Selimut itu ia pakai untuk menutupi tubuh Nayeon, karena gadis itu hanya memakai dress tidur selutut berbahan tipis. Ia tak ingin Nayeon kembali jatuh sakit.

Dipapahnya Nayeon menuju bean bag favoritnya. Lalu Seokjin meletakkan laptopnya diatas meja kecil persis dihadapan Nayeon.
"Apa ini Jin?" Tanyanya bingung.

Seokjin tak menjawab, ia sibuk mencari sesuatu di laptopnya.
"Kau sudah siap?" Tanyanya beralih pada Nayeon. Nayeon hanya memberikan tatapan bingung pada Seokjin. Kemudian Seokjin menekan tombol enter dan duduk disamping Nayeon.

Sebuah jendela yang tak asing bagi Nayeon muncul di layar, membuat Nayeon mengerutkan keningnya, mengingat-ingat dimana ia pernah melihat jendela itu.

"Cah sudah bi" sebuah suara yang amat familiar itu menjadi pembuka video yang Seokjin tunjukkan. Suara Sana.
"Apa aku terlihat sehat sekarang?"

Nayeon terkejut mendengar suara berikutnya, ia menutup mulutnya, tatapannya beralih pada Seokjin dengan berkaca-kaca. Refleks Seokjin menjeda videonya.
"Jika kau belum siap, aku tak akan menunjukkannya sekarang hm?"

"Ani.. aku ingin melihatnya" pinta Nayeon. Seokjin pun tersenyum dan mengusap puncak kepala Nayeon lembut "Arraseo". Seokjin pun kembali memainkan videonya.

"Tentu bi. Kau terlihat sehat dan sangat cantik. Mirip dengan Yeoniku" kekeh Sana.

"Gomawo Sana-ya" jawab pemilik suara itu dengan lirih.

"Jin oppa kameranya sudah siap?" Tanya Sana.

"Sejak tadi" terdengar suara Seokjin begitu dekat. Lalu fokus kamera bergerak memperlihatkan dua wanita yang sejak tadi bercengkrama.

"Eomma" lirih Nayeon tatkala melihat sosok itu dengan jelas di layar.

"Kau sudah merekamnya? Ah, kenapa aku juga masuk frame oppa" protes Sana lalu secepat kilat berlari menghindari fokus kamera.

Terdengar kekehan suara Seokjin, "Nanti akan 'ku edit Sana-ya. Bibi kau sudah siap? Ayo kita mulai"

Sun Hee eomma menautkan tangannya gugup, namun ia mengangguk tanda setuju untuk memulainya.

"1 2 3.. mulai" Seokjin memberi aba-aba.

"Hai sayang.. Im Nayeon putriku. Jika sekarang kau melihat video ini, itu artinya aku mungkin tak lagi ada di sisimu"

"Eommaa" bulir air mata Nayeon jatuh perlahan mendengar sapaan sang eomma.

"Jangan tanyakan kenapa aku membuat video ini, tak ada alasan dan aku hanya ingin. Tentu aku berterimakasih pada kedua orang yang berada disana" mata dan tangannya terunjuk pada 2 orang yang berada di belakang kamera.

"Dan ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padamu. Jadi berhentilah menangis sayang" terlihat Sun Hee eomma memberikan senyum teduhnya yang menenangkan.

Nayeon segera menghapus air matanya, seolah mengikuti apa yang dikatakan sang eomma.

"Kau tahu sayang? Aku sangat suka melihat senyummu. Dan aku percaya aku telah menitipkanmu pada orang-orang yang tepat. Aku yakin mereka akan menjagamu dan selalu membuatmu tersenyum. Kita belum banyak membuat kenangan bersama, tapi aku sudah sangat bahagia karena cintamu nak. Im Nayeon gadis kecilku,--" sang eomma menengadahkan wajah ke atas, menahan air matanya yang seakan ingin tumpah dari tempatnya.

"--ah, aku tidak menangis sungguh" tawanya, menjeda ucapannya.

"Aku menyayangimu nak. Sejak kau masih diperutku hingga nanti aku tak lagi bersamamu, aku akan tetap mencintaimu. Aku bersyukur mendapatkan putri berhati emas sepertimu. Terimakasih sudah memaafkanku, terimakasih sudah menerimaku sebagai eomma kandungmu dan tak membenciku"

"Jangan katakan itu eomma" gumam Nayeon seraya menggigit bibirnya menahan tangis. Walaupun pada akhirnya air mata miliknya menetes tanpa bisa ia kendalikan.

"Sayang, bisakah kau jangan terus bersedih untukku? Karena itu pasti akan memberikan penyesalan dalam tidur abadiku, seolah aku belum bisa memberikan semua yang terbaik dalam hidupku.
Sayang, hiduplah dengan baik dan saling mengasihi. Jagalah Ahn Rin dengan sepenuh cintamu. Karena eomma akan selalu memantaumu. Makanlah dengan teratur, tidurlah yang cukup, dan hiduplah dengan bahagia. Jadilah anak baik, jadilah Im Nayeon yang selalu bercahaya sekalipun kau hidup dalam kegelapan. Sebenarnya aku tak pergi kemanapun, aku akan terus ada disini." Tangannya menunjuk pada dadanya.

"Aku selalu ada di hatimu dan akan selalu mencintaimu" kalimat itu menjadi penutup dari video yang Sun Hee eomma buat, tak pelak lagi air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya membobol pertahanannya. Tangannya bergerak menutup wajahnya, seolah tak membiarkan kamera merekam hal menyedihkan itu.

Masih dalam kamera yang on record, Sana menghampiri Sun Hee eomma, memeluknya dan menenangkan walaupun kenyataannya Sana juga menangis pilu. Hingga tak berapa lama video itu sampai didetik terakhirnya.

Nayeon dengan wajah basahnya masih saja menatap layar yang sudah menghitam. Jemarinya bertautan gelisah diatas kedua lututnya.

"Nay?"

"Malam ini, hanya untuk malam ini saja--" gumam Nayeon pelan.

"Ne? Wae Nay?"

"Bolehkah aku menangis hingga rindu ini mereda Jin?" Nayeon menoleh pada Seokjin, kilauan di kedua mata indahnya mengisyaratkan rasa kehilangan yang teramat dalam.

Seokjin paham, Seokjin tahu, yang Nayeon butuhkan hanyalah sebuah tempat nyaman yang bisa menjadi obat pelipur laranya. Dan Seokjin bersedia menjadi tempat bergantungnya asalkan gadis itu merasa lebih baik.

"Menangislah" ia menarik tubuhnya lembut, dan memeluk Nayeon erat. Sementara Nayeon membenamkan wajahnya di dada Seokjin, menangis seraya melingkarkan tangannya meremas baju yang Seokjin kenakan.

----

"Selamat pagi"

Seokjin mengalihkan perhatiannya dari sayuran yang sedang ia potong-potong, tubuhnya refleks berbalik pada asal suara dari belakangnya. Dilihatnya Nayeon turun dari tangga berjalan mendekat sembari mengikat bun rambutnya tinggi.

"Nay? Kau butuh sesuatu?" Refleks Seokjin menghampiri Nayeon hendak menuntunnya duduk di kursi meja makan.

Namun Nayeon menolak gadis itu justru berjalan menuju tempat Seokjin memotong sayuran tadi, "Biar aku yang memasak. Kau mau buat apa?"

"Aniya.. kau duduk saja Nay" jawab Seokjin tegas.

Namun Nayeon tak menggubris, ia mengambil alih pisau dan melanjutkan apa yang Seokjin kerjakan.

Seokjin hanya berdiri di samping Nayeon, masih dengan raut khawatir yang jelas tersirat di wajahnya.

"Jangan memandangku seperti itu" ucap Nayeon tanpa menoleh,
"Aku baik-baik saja sekarang."

Nayeon meletakkan pisaunya, menghadapkan tubuhnya pada Seokjin. Ia sedikit mendongak untuk memandang lekat mata dan juga wajah sempurna ciptaan Tuhan milik pemuda dihadapannya.
"Berkatmu, aku bisa bangkit. Berkatmu aku bisa mendapat kekuatan dari eomma. Dan berkatmu juga aku bisa menjalani kembali hidupku. Gomawo Jin" senyum tulusnya jelas menganggu detak jantung Seokjin. Senyum yang hampir berminggu-minggu hilang kini telah kembali membuat gemuruh di dalam dadanya.

Refleks, tangan besar Seokjin mengusap lembut wajah Nayeon. Membalas senyumnya dengan tatapan yang penuh kerinduan. Untuk beberapa detik, mereka terhanyut dalam perasaan masing-masing sebelum akhirnya Nayeon tersadar bahwa mereka bukan lagi sepasang kekasih. Dengan cepat ia memalingkan wajahnya yang memerah, lalu kembali pada kegiatan memasaknya.

"Duduklah, aku yang akan melanjutkan ini" ucap Nayeon sembari mengendalikan degup di hatinya.

----

"Bisakah aku bertemu denganmu? Di kafe Namsan-dong besok jam 3 sore. Hanya kita berdua"

"Baiklah"

"Dan tolong jangan beritahu Jinnie tentang ini"

TBC
Terimakasih untuk dukungan kalian sama cerita ini💜
Dp.011219

The Best Part || INY X KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang