Prolog

8.2K 319 9
                                    

Gerimis hujan mengiringi pemakaman sosok wanita yang baru saja meninggalkan dunia untuk selamanya.

Tumpukan tanah menelan tubuh ringkih berbalut kain putih. Isak tangis seorang remaja tanggung berusia 15 tahun terdengar begitu pilu menyayat hati. Sekumpulan orang-orang berbaju hitam tampak mengelilingi pusara sang wanita yang sudah terlelap dalam damainya.

"Mama...hiks.. Mama.."

Tangis gadis malang itu terdengar begitu menyesakkan. Ibu yang selama ini melindunginya kini telah berpulang ke sisi Tuhan.

Setelah ini siapa yang akan melindungi dirinya?

Siapa yang akan memberinya pelukan hangat di saat dirinya dirundung duka?

Tidak ada. Setelah ini dia akan hidup sendirian.

"Sabar Sayang. Sabar nenek yakin Mama kamu akan berbahagia di sisi Tuhan."Sepasang lengan keriput memeluk erat tubuhnya yang tidak berdaya.

"Tapi Nek. Tapi Mama belum bahagia ketika bersamaku. Aku belum sempat membahagiakan Mama. Hiks."tangisnya kembali pecah mengingat bagaimana dirinya dan sang Mama menjalani hidup selama ini.

"Nenek tahu dan Nenek sangat mengerti perasaan kamu tapi kamu harus bangkit Nak. Kamu harus bangkit demi Ibu kamu biarkan Ibu kamu tenang di alam sana."

"Sudahlah Prilly! Jangan cengeng! Mau kamu tangisin sampai besok pun Mama kamu nggak akan hidup kembali!"

Gadis yang dipanggil Prilly menoleh menatap tajam sosok wanita yang menjadi penyebab kematian Ibunya penuh kebencian.

"Kenapa harus Mama? Kenapa harus Mama aku yang mati? Kenapa bukan wanita jahat seperti Tante aja yang mati?!"Teriaknya di tengah hujan yang turun mulai lebat.

"Kamu."Wanita itu menuding menatap tajam anak dari perempuan perebut kekasihnya dulu.

"APA? TANTE MAU APA? TANTE PEMBUNUH! TANTE UDAH NGEBUNUH MAMA AKU!!"

PLAK!!

Semua terjadi begitu cepat, saat wajah mungil itu terlempar ke samping setelah di tampar kuat oleh seorang pria yang tidak lain adalah Ayahnya.

Prilly menyentuh pelan pipinya yang terasa sakit sebelum menoleh menatap Ayahnya penuh kebencian.

"Jika Papa tidak mencintai Mama seharusnya Papa menceraikan Mama bukan malah bersekongkol dengan wanita jahat ini untuk membunuh Mama."

Semua terhenyak desas-desus orang-orang yang berada di sana mulai terdengar.

"Benar apa yang di katakan Prilly Haris?"Wanita tua bernama Yana menatap tajam putranya.

Haris terlihat tenang berbanding terbalik dengan wanita yang setia berada di sisinya.

"Tidak ada pembunuhan semuanya hanya salah paham! Dan mulai sekarang kamu akan melanjutkan pendidikan kamu di Jerman! Suka atau tidak suka Papa tetap akan mengirimkan kamu kesana!"Putus Haris sebelum berbalik meninggalkan putrinya yang menatapnya penuh kebencian.

Perlahan orang-orang yang datang untuk menghantarkan jenazah Wita Sandoko almarhumah istri Haris Sandoko Ibunda tercinta dari Ratu Aprillyana Sandoko mulai beranjak meninggalkan area pemakaman hingga menyisakan Prilly dan Neneknya serta wanita yang menjadi penyebab kematian Ibunya.

Wita memilih mengakhiri hidupnya setelah mengetahui sang suami ternyata berselingkuh dengan Mitha Varasita, mantan kekasih Haris yang ternyata masih dicintai Haris sampai saat ini.

Mitha tersenyum licik pada anak tirinya. Benar dirinya sudah menikah dengan sosok Haris bahkan mereka sudah mempunyai anak yang berumur sepantaran dengan Prilly.

"Selamat berduka anak tiri."Ejeknya sebelum meninggalkan Prilly yang mengepalkan kedua tangannya.

Prilly tidak menyangka hari di mana Ayahnya membawa wanita itu kerumah mereka menjadi hari terakhir dia melihat sang Ibu.

"Perkenalkan dia Mitha istri kedua ku dan ini Tama putra kami."

Prilly masih mengingat perkataan sang Ayah yang tanpa bersalah mengenalkan selingkuhannya pada Ibunya.

Benar-benar Ayah yang kejam.

Dan Prilly bersumpah akan membuat mereka yang pernah menyakiti Ibunya menyesal seumur hidupnya.

"Sabar Sayang. Ada Nenek."

Dan Prilly segera melabuhkan pelukannya pada sang Nenek yang setia menemani dirinya.

"Jangan kemana-mana Nek! Tunggu aku pulang."

***

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang