14. Sudah Terikat

7.2K 655 133
                                    


Kim Jongin terkesiap, tersadar dari lelap. Bukan karena sinar matahari yang menyusup masuk, bukan pula cicit burung-burung yang tak sengaja bertengger di pagar beranda rumah; semua ini ulah aroma masakan itu dari dapur rumahnya.

Untuk Jongin, ini adalah kali pertama ia dapat mencium aroma masakan dari rumahnya sendiri di pagi hari. Menyadari itu semua, ia menyimpul senyum di bibir dan berguling di atas ranjang.

Bola mata perlahan terbuka, rasa dingin dari pendingin ruangan kemudian menyeruak ke seluruh tubuh lantaran selimut yang dipakai tersibak lebar. Jongin pun menyadari jika tubuhnya masih dalam keadaan acak, celana yang semalam dikenakan sudah tak tahu entah ke mana.

Kendati semalam Jongin benar-benar mabuk, bukan berarti ia melupakan semua yang terjadi semalaman. Ini memang samar teringat, tetapi Jongin tidak melupakan bagaimana ia merengkuh sang lelaki Omega dan bersatu padu dalam hasrat panas membara. Ia bahkan mengingat bagaimana sang Omega menangis merasakan nikmat yang ia berikan.

Jongin memutuskan untuk bangun kemudian, beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Ia akan menemui lelaki Omega yang sedang memasak di dapur rumahnya.

***











Dia sudah menyelesaikan makan paginya ketika Jongin keluar dari dalam kamar setelah mandi. Mata mereka bersirobok dan Jongin bisa menangkap mata bulat itu yang menelusuri sekujur tubuh atletisnya; merayap, mengamati bentuk tubuh Jongin yang hanya ditutupi selembar handuk di bawah pinggulnya.

Barangkali ada tiga detik saja mata bulat itu lantas menatap tajam penuh amarah, dia mengangkat tubuh beranjak dari kursi meja makan dan menuju wastafel di konter memasak bersama piring kotornya.

Jongin tersenyum dan datang mendekati. Kaki terhenti tepat pada meja makan yang di sana sudah tersedia piring lain yang berseberangan dengan tempat duduk sang Omega tadi.

Mengingat bagaimana menyeramkan sang Omega ini, Jongin tak menyangka jika ia juga repot-repot menyiapkan sarapan pagi untuk Jongin. Ah, barangkali hatinya sudah melunak.

Jongin kembali memacu langkah, mendekati ia yang sedang mencuci peralatan makan, dan memeluk semena-mena tanpa izin. Sang Omega begitu saja tersentak dibuatnya.

Jongin memeluk erat perut ramping milik sang Alpha. "Terima kasih ... Ini adalah pagi pertama yang terindah dalam hidupku."

Satu detik. Dua detik. Tak ada jawaban yang terdengar dari bibir Omega. Hanya kemudian, tangan yang masih berbalut karet pencuci piring mengayun dan siku tipis tangan itu mengenai perut atletis Jongin; dengan begitu keras.

"Akk!" Jongin terhuyung ke belakang. Pelukan hangat begitu erat tadi terlepas cuma-cuma.

Lelaki Omega melepas karet pencuci piring dari lengannya. Dia berbalik dan menatap tajam pada Kim Jongin yang sedang meringis kesakitan. "Lelaki berengsek!" Umpatan itu terdengar rendah, tetapi begitu menusuk.

Lantas, tanpa bersedia mendengarkan jawaban Jongin, kaki Omega mengayun pergi. Jongin bahkan dapat mendengar bagaimana pintu rumah dibuka dan ditutup kembali secara kasar.

"Sial!" Jongin pun ikut mengumpat.

Sang Omega memang selalu begitu; selalu saja bersikap kasar setelah malam panas mereka.

Luscious FinnimbrunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang