"Ahh ... Ahh ... J—Jongin!"
Jongin menghantam dan dia mendesah. Bokong terus menunggik bersukarela menyerahkan lubang kemaluan. Tangan meremas alas ranjang melampiaskan bagaimana nikmat hasrat yang menggulung-gulung.
"Apa kau menyukainya, Baek?" Jongin berbisik di belakang punggung.
"S—Suka ... aku suka ... lagi! Kumohon!"
Jongin menyeringai. "Katakan kau mencintaiku, Baek." Sengaja sekali ia memperlambat gerakan; menuntut lelaki di bawahnya untuk berucap kata cinta.
"A—Aku cinta! Aku mencintaimu! H—Hei, apa yang kau lakukan?! Kumohon, lebih cepat! Jongin, berikan lagi!" Dia merengek, mengemis rasa nikmat.
"Katakan dulu, kau akan memberikan segalanya padaku," pinta Jongin.
"A—Aku akan berikan segalanya milikku padamu. Segalanya. Kumohon, hancurkan aku!"
Jongin terkekeh tipis, dia lantas menarik kedua bahu lelaki cantik berjenis Beta yang sedang digauli dan memberikan kenikmatan maksiat yang diinginkannya.
"Argh! Aku ingin! ARGH!" Dia memekik dan menggelinjang. Jongin tahu dia sudah mencapai puncak orgasme; tubuhnya ambruk dan bergemetaran dengan begitu hebat.
Dengan cepat lantas Jongin melepas penyatuan. Dia meremas surai sang lelaki cantik dan mulai mengguncang kejantanan yang besar tepat di wajah cantik itu. Lidahnya menjulur, bersiap menyambut cairan milik Jongin yang akan mencurat.
"Argh! Argh!" Sedetik kemudian, Jongin menggeram; menumpahkan seluruh air sanggamanya tepat di wajah cantik itu. Setelahnya, ia menghempas tanpa perasaan tubuh ramping sang lelaki Beta di atas ranjang. Mereka terengah-engah.
Hanya dua menit saja, karena setelahnya Jongin beranjak dari atas ranjang dan memilih duduk di sisi pinggir ranjang. Dia meraih pemantik dan puntung nikotin untuk diisap.
"Digauli seorang Alpha memang lebih nikmat apalagi kau tampak bersemangat malam ini. Aku menyukaimu." Sang lelaki cantik terlihat girang sembari menghapus air bercinta di wajahnya.
"Seharusnya kau berkata; aku mencintaimu, Jongin." Kembali Jongin menuntut kata cinta yang sebenarnya tidak begitu ia harapkan sedikit pun saja dari hatinya. Dia hanya ingin menguasai lelaki Beta ini, menguasai segala yang dimilikinya, pula milik keluarganya.
Decakan manja itu terdengar. "Perlu berapa kali lagi aku berucap, aku mencintamu. Byun Baekhyun mencintai Kim Jongin."
Hanya senyum tipis berlagak tulus yang kemudian ditunjukkan Jongin. Dia mengisap rokoknya kembali. "Apa tak masalah jika kau di sini? Ini kan malam duka, ayah tirimu baru saja meninggal."
Kali ini decakannya terdengar kesal. "Kau sendiri tahu aku memang menginginkan hal ini. Aku ingin ia segera mati. Dia bahkan tak sudi memasukkan namaku dalan keluarganya. Namaku tetap Byun, bukan Shim. Dia tak menganggapku sama sekali."
Jongin mengisap habis rokoknya dan membuang sisa pada tempat abu rokok di atas nakas ranjang. Mata elangnya kemudian dengan lekat melirik mata kucing yang manis milik sang lelaki Beta. Jongin tersenyum dengan begitu menawan untuk memikatnya. "Jadi, karena dia sudah mati, apa aku bisa menduduki jabatan eksekutif di perusahaan?"
Terkaku. Sang Beta tak dapat menjawab. Tubuhnya tergerak lambat untuk mundur menjauhi lelaki perkasa. Senyum yang canggung menghiasi bibir yang tipis.
"Ayolah Baek, dia mati dan harta kekayaannya akan jatuh padamu dan ibumu." Kim Jongin meyakinkan, dia bahkan serta-merta menarik lembut kedua pipi lelaki Beta-nya. "Aku hanya meminta satu jabatan eksekutif, bukan meminta satu cabang perusahaan milik ayah tirimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luscious Finnimbrun
Fanfic[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Tujuan hidup Kim Jongin hanya satu; menghancurkan keluarga Beta yang telah menghancurkan k...