5

1.1K 209 38
                                    

"Huwekkk.. astaga.. apa ini?!" seorang wanita cantik tengah memarahi wanita lain yang nampaknya wanita yang sedang dimarahi itu adalah seorang maid. "Kenapa rasa makanan-makanan itu sangat aneh? Apa kau tak mengikuti resep yang ada?"

Brak

"Astaga! Hwang Minhyun, tak bisakah kau bilang permisi kak... atau ketuk pintu dulu?" tak hanya maid, pria yang baru saja masuk ke ruangan itu juga kena omelan darinya yang tak lain adalah Hwang Miyoung, kakak dari Hwang Minhyun.

"Hentikan tingkah konyolmu ini kak. Tak usah mencoba-coba makanan manusia jika kau hanya berakhir dengan memarahi-marahi maid. Kau," tunjuk Minhyun pada maid yang sedari tadi hanya bisa menunduk takut. "Pergilah. Bawakan minumanku kemari."

Setelah mengangguk, maid itu pamit undur diri. Miyoung menatap curiga pada Minhyun. Apa ada masalah?

"Apa Katy itu donatur utama museum?"

Miyoung mengangguk yakin. Ia seringkali rapat dengan para pengurus museum hanya agar bisa diijinkan turut serta dalam pameran. Dan nama Katy seringkali disebut, meski tak datang dalam rapat.

"Aku sering mendengar namanya ketika rapat. Ada apa? Apa kau tertarik mencari istri?"

Minhyun menggelengkan kepala dengan begitu kuat. Ia ingat di masa sebelum dirinya berubah menjadi abadi, ia kehilangan cintanya. Dan rasa cinta itu mati sampai saat ini. Tak ada lagi yang bisa membuat rasa cinta itu tumbuh kembali. Bagi Minhyun, hati dan perasaannya sudah mati bersamaan dengan hilangnya orang yang ia kasihi.

"Mencari istri tidak harus orang yang dicintai, bukan?" Miyoung mengerti jiika topik itu sangat sensitif diantara mereka. Ia tau luka batin yang dimiliki sang adik hingga tumbuh jiwa pembenci dalam dirinya.

"Tapi aku tak akan menyia-nyiakan hidupku hanya untuk menikah dengan orang asing, kak."

Miyoung meniup poninya karena kesal. Pembahasan seperti itu tak akan pernah terhenti, sungguh.

"Minhyun, kau tau? Aku sudah mengorbankan suamiku demi balas dendammu. Dan semua sudah berakhir. Kau menang, mereka jadi budak kita, dan sekarang tugasmu menepati janji untuk hidup bahagia tanpa dendam-dendam lagi."

Tangan Minhyun terkepal kuat.

.

Seorang gadis berusaha mengangkat roknya yang berat untuk berlari meninggalkan gemuruh dari derap langkah kuda yang mengejarnya. Dandanannya yang cantik terlihat berantakan. Rambutnya sudah tergerai dan hiasan rambut itu berjatuhan. Sungguh, ia sangat ketakutan mendapati dirinya adalah incaran mereka.

Sret

Setengah berteriak gadis itu berada dalam pelukan seseorang. Mereka bersembunyi dibalik pohon yang besar. Gemetar dan terasa lemas, meski tanpa bersuara, gadis itu menumpahkan air matanya di dada bidang pria yang menyelamatkannya. Ia tau siapa pria itu karena ia sudah mengenali aroma khas dari prianya.

"Syukurlah...," gumam pria itu. ia segera melepaskan pelukan dan memeriksa apakah gadisnya baik-baik saja atau ada yang terluka.

"Jisoo, apa ada yang terluka?"

Tak menjawab, gadis itu masih menangis tersedu-sedu. Ia masih belum bisa merasa jauh lebih baik. Melihat hal itu, pria yang tak lain adalah Hwang Minhyun segera memeluk erat menenangkan.

"Tenanglah, aku akan melindungimu. Kau akan aman..."

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cold Blood √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang