Hari demi hari telah terlewati tanpa sia-sia. Sejak malam dimana Jungkook menyatakan apa yang dia inginkan, mengungkapkan apa yang diputuskannya, mereka segera fokus pada latihan. Setiap malam datang, Jungkook pergi menuju apartement Yerim dan melalui portal yang dimiliki wanita itu, Jungkook pergi ke kastil milik Klan Kim.
Jungkook melewati latihan yang sedikit keras. Dari bela diri, menggunakan senjata dimana senjata yang mereka gunakan berbahan dasar perak. Belum lagi latihan kelincahan lain yang Jungkook dapatkan. Seringkali mereka melakukan meditasi bersama kecuali Haeun. Gadis itu tak mengikuti latihan apapun selain karena enggan, Ryeowook juga tak mengijinkan.
Tanpa terasa dua minggu berlalu. Jungkook sudah mahir menggunakan peralatan yang ada disana. Kecerdasan Jungkook membuatnya mampu mempelajari sesuatu hal baru dengan cepat. Termasuk untuk mengendalikan rasa emosi, ketakutan, kekhawatiran dan berbagai macam perasaan yang datang ketika ia bermeditasi. Gambaran aneh akan muncul begitu saja ketika meditasi termasuk gambaran-gambaran di masa lalu.
"Aku rasa latihan malam ini sudah cukup. Kita lanjutkan besok."
"Papa," panggil Yerim pada Ryeowook yang hampir berbalik meninggalkan ruang latihan. "Kapan kita bisa merubah Jungkook?"
Ryeowook menatap Yerim dan Jungkook bergantian. Lalu ia tersenyum. "Dua hari lagi purnama, bukan? Kau bisa mengubahnya saat itu. Kami akan mempersiapkannya."
Setelah mengatakan hal itu, Ryeowook pergi diikuti oleh Jennie, Taehyung dan anak buah lainnya. Hanya tersisa Jungkook dan Yerim berdua. Yerim menyerahkan sebotol air minum untuk Jungkook. Ia tak merasa begitu lelah karena energinya lebih besar dari manusia. Berbeda dengan Jungkook. Sekuat apapun pria itu, pasti ia merasakan kelelahan yang teramat sangat. Latihan terus menerus di malam hari, lalu keesokan paginya bekerja. Waktu istirahat sagat singkat.
Jungkook menghabiskan air yang di botol pemberian Yerim tersebut tanpa sisa. Setelah meletakkan botolnya, Jungkook menatap Yerim. Ada rasa heran dan penasaran yang muncul dalam benaknya.
"Apa yang perlu disiapkan? Bukankah ketika kau mengubahku, yang dilakukan hanyalah menggigit?"
Yerim tersenyum. Ia mengambil handuk dan mengelap keringat yang menetes di wajah Park Jungkook. "Tidak semudah itu, Tuan tampanku...," Yerim merasa gemas. Entah mengapa setiap Jungkook bertanya ia menyukainya. Terkesan polos seperti anak kecil yang tak tau apa-apa. "Kau berbeda. Pertama, kami sedang tidak mengubah vampire biasa. Kedua, kami dari klan Kim memiliki cara sendiri untuk mengontrol diri dan mengubah vampire baru."
"Aku klan Jeon. Bukankah begitu?"
Yerim yang semakin gemas dengan tingkah Jungkook memegang kedua pipi Jungkook lalu mengecup singkat bibir pria itu. "Kau lucu sekali jika bertanya dengan ekspresi seperti ini," setelah mengatakan kalimat itu, Yerim sedikit menjauh dari Jungkook, lalu tangannya berpindah. Menggenggam tangan Jungkook. "Kau klan Jeon, tapi kau akan diubah olehku, Kim Yerim dari klan Kim. Jadi kau harus mengikuti cara kami. Kau akan diikat. Kaki dan tangan. Setelah itu, aku akan mengubahmu. Ketika selesai, kami akan membiarkanmu selama beberapa waktu. Bisa sampai tiga hari. Membiarkanmu merasakan haus. Tersiksa karena rasa haus itu."
"Aku pernah mendapatkan cerita dari kekasih managerku, Chaeyeon. Vampire baru akan mencari korban. Mereka menghisap darah manusia secara langsung. Apa itu benar?" Jungkook bergidik ngeri. Ia tak bisa membayangkan jika harus menggigit orang lain yang tak ia kenal sebagai mangsa.
Yerim mengangguk. "Ada benarnya. Tapi tidak hanya manusia. Hewan juga bisa menjadi sasaran. Karena ketika kau diubah, semuanya mulai dari awal. Kau dilahirkan kembali. Haus, lapar, nafsu lainnya segalanya membuncah keluar secara bersamaan yang akhirnya membuatmu tak akan bisa mengontrol dirimu sendiri bahkan rasa itu menguat ketika mencium aroma darah. Dan kau pasti tau kelanjutannya."
![](https://img.wattpad.com/cover/168470602-288-k199593.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Blood √
FanfictionTakdir itu... lucu. Kenapa aku bilang demikian? Karena memang begitu faktanya. Kami yang berbeda, dipertemukan dan dipisahkan seolah kami tak memiliki perasaan. Perasaan kami tulus namun mengapa takdir dengan kejamnya berlaku demikian? Sungguh, jika...