"Aku sudah membuat keputusan."
Suara penuh keyakinan yang dilontarkan dari mulut seorang Park Jungkook itu membuat semua yang ada disana menatapnya tanpa terkecuali. Bahkan karena merasa tidak begitu yakin dengan apa yang didengar, termasuk salah satunya Haeun menaikkan satu alisnya. Apa kira-kira keputusannya?
"Aku akan menjalani pelatihan, ya seperti menggunakan senjata, kelincahan dan lain-lain. Dan jika sudah tiba waktunya, aku sudah mampu, maka aku akan kembali seperti aku di masa lalu."
"Park Jungkook, apa kau yakin dengan ini? Kau harus menjadi seperti...," ucapan Ryeowook dipotong begitu saja oleh Jungkook.
"Seperti kalian. Aku akan berubah sepenuhnya."
"Jungkook," gumam Yerim.
Jungkook menggenggam erat tangan Yerim. Ia menoleh pada wanita yang duduk sangat dekat dengan dirinya itu. Menatapnya lalu tersenyum. "Tetapi, hanya Kim Yerim yang aku ijinkan untuk merubahku."
"Aku?"
Jungkook mengangguk. "Hanya kau. Tak ada yang lain."
Haeun tersenyum. Matanya terasa panas hingga tanpa terasa ada setetes air mata yang jatuh ke pipi. Ia tak ingin mendramatisir suasana jika mereka tau apa yang terjadi padanya. Maka dari itu, tanpa berpikir panjang lagi, Haeun pergi menuju kamar Yerim meninggalkan semua orang yang ada disana yang masih harus melanjutkan pembicaraan. Tingkah Haeun tak luput dari perhatian Yerim juga Jungkook.
"Haeun," Yerim yang melihat putrinya mendadak meninggalkan ruangan tersebut berniat menyusul. Namun, dengan sigap Taehyung menahannya.
"Biarkan aku saja yang melihat keadaan Haeun. Aku akan mengajaknya melukis mungkin untuk menenangkannya. Kalian lanjutkan saja pembicaraan ini."
Setelah mengatakan hal itu, Taehyung melesat meninggalkan ruang tamu di apartement milik Kim Yerim.
"Apa Haeun tak menerima keputusanku?" Tanya Jungkook keheranan. Jika memang demikian, tentu saja ia merasa tak enak pada gadis manis itu. Apalagi pertemuan-pertemuan terakhir diantara mereka terjadi sesuatu hal yang kurang baik. Hubungan mereka juga masih sangat canggung.
Ryeowook menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Jungkook. "Jangan berpikir seperti itu. Dia sangat menerima dan menghargai keputusanmu. Hal tadi hanya spontan saja karena ia merasa terkejut. Sebenarnya Haeun merasa lega karena kau memilih kembali."
Jungkook menunduk. Ia meresapi kejadian demi kejadian, keadaan demi keadaan lalu ia mengingat kembali mimpi-mimpi atau gambaran yang pernah ia dapatkan. Seberharga itukah dirinya?
"Bukankah kau memiliki PR?" Tanya Yerim pada Jungkook.
Jungkook menatap Yerim dengan ekspresi bertanya-tanya. Apa maksudnya? PR apa?
"Bagaimana kau memberitahu ini pada mama dan papamu?"
Jungkook teringat. Ia tak mungkin meninggalkan orang tuanya begitu saja. Mereka sudah terpukul karena kehilangan adiknya. Dan tentu, kehadirannya adalah berkah, permata yang tak bisa digambarkan lagi. Akan sangat menyakitkan jika anak semata wayang seperti dirinya harus berubah menjadi vampire.
"Aku akan mengatakannya jika aku sudah berubah. Tapi, saat itu juga aku akan meminta Irene untuk memberikan penjelasan tentang adikku. Jadi, aku masih membutuhkan Irene."
Jennie mengangguk. Ia tersenyum. "Kau tenang saja. Ia masih belum hancur. Minhyuk tak akan mau menghancurkan Irene secepat itu karena pasti dendam dan gejolak dalam dirinya belum merasa puas."
"Belenggu mereka sudah lama," koreksi Jungkook akan ucapan Jennie yang terkesan meremehkan waktu yang dilalui oleh Klan Jeon khususnya Seokjin dan Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Blood √
FanfictionTakdir itu... lucu. Kenapa aku bilang demikian? Karena memang begitu faktanya. Kami yang berbeda, dipertemukan dan dipisahkan seolah kami tak memiliki perasaan. Perasaan kami tulus namun mengapa takdir dengan kejamnya berlaku demikian? Sungguh, jika...