Yerim hanya terdiam sepanjang perjalanan. Ada rasa sungkan menghantui melihat Jungkook baru saja bertengkar dengan tunangan, tidak, tetapi calon istrinya. Ia tak suka dianggap sebagai perusak hubungan orang lain, karena memang faktanya ia tidak begitu. Hanya saja, Jungkook memang harus bersamanya, bukan yang lain. Katakanlah Yerim egois, dan memang begitu.
"Kau diam saja, Katy?" Jungkook mulai menyapa. Mereka baru saja kembali dari mengecek mobil milik Katy. Ternyata ada yang perlu diganti dan belum bisa diambil. Merkea harus kembali lagi besok, sehingga Yerim memutuskan untuk pulang.
"Aku merasa tak enak denganmu. Karena kedatanganku tadi disaat yang tidak tepat membuatmu dan ke..."
"Tak apa. Aku bisa menyelesaikan permasalahanku dengan Shinhye nanti. Kau tau, sebelum pernikahan terkadang pertengkaran kecil bisa saja terjadi. Kau jangan terlalu mengkhawatirkannya. Oh ya, apa ini apartementmu?"
Jungkook bertanya ketika ia memasuki pelataran sebuah bangunan pencakar langit yang terlihat kokoh dan megah. Kawasan apartement elit. Jungkook sudah bisa menduga jika Yerim tak akan tinggal di sembarangan tempat apalagi tempat dengan privasi dan keamanan rendah.
"Jungkook, aku tak bisa memintamu untuk mampir. Aku masih tak enak soal tadi di kantormu. Jadi, aku masuk dulu, kau juga segeralah pulang, istirahat dan berdamai dengan dia," ucap Yerim ketika melepaskan seatbelt.
Jungkook mengangguk. "Selamat istirahat, Katy Kim."
Yerim membalas dengan anggukan. Ia segera turun dari mobil dan meninggalkan Jungkook. Sementara Jungkook masih belum bergerak. Ia melihat sampai Yerim benar-benar masuk ke dalam gedung tersebut.
"Kim Yerim...," gumam Jungkook.
Baru saja Jungkook akan menarik tuas rem tangan, ada seseorang yang membuka pintu yang Yerim tutup. Seorang nenek tua. Lagi?
"Anda...."
"Anak muda, kau nampaknya mengenaliku. Apa kita pernah bertemu?" Tanya si nenek dengan memasang ekspresi polosnya.
Jungkook Nampak berpikir sejenak. Namun, dengan cepat si nenek memasangkan masker berwarna hitam di wajah Jungkook, disertai dengan kacamata hitam.
"Apa yang anda lakukan?!"
"Kau percaya pada ramalan? Kau buka masker dan kacamata ini sebelum sampai rumah, maka kau akan tamat. Kau akan menikah bukan? Jadi lebih baik sayangi nyawamu," nenek tersebut terkekeh setelah itu meninggalkan Jungkook yang masih kebingungan.
Si nenek yang sudah turun dari mobil hanya mengamati gerak-gerik Jungkook yang awalnya ingin melepas apa yang ia pakaikan di wajah Jungkook, namun nampaknya pria itu memilih untuk tak melepasnya. Si nenek tersenyum. Setelah memastikan mobil yang dikendarai Jungkook meninggalkan area apartement, ia menoleh pada sisi seberang.
Hwang Minhyun mendatangi apartement itu bersama beberapa anak buahnya. Kebetulan yang menguntungkan bukan? Tak ada yang kehilangan nyawa karena ini.
.
Yerim menekan tombol lift. Ia akan menuju ke kamar. Terlihat lift masih berada di lantai 5, sebentar lagi akan turun. Namun, hidung Yerim mengendus sesuatu yang lain. Sesuatu yang jelas tak ia suka. Menunggu lift terbuka, tentu ia tak akan sampai pada waktunya. Lift masih terhenti di lantai lima.
"Sial, kenapa masih lama sekali!"
Tak ada pilihan lain, ia berlari menuju tangga darurat. Berlari sejauh mungkin dari jangkauan mereka. Yerim sedang tak ingin berurusan dengan mereka.
Dengan menggunakan kemampuan vampirenya, Yerim berlari dengan mudah. Sudah berada di lantai dua, Yerim tetap berlari. Menuju lantai tiga. Tidak berhenti di situ saja, ia tetap berlari hingga di lantai lima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Blood √
FanfictionTakdir itu... lucu. Kenapa aku bilang demikian? Karena memang begitu faktanya. Kami yang berbeda, dipertemukan dan dipisahkan seolah kami tak memiliki perasaan. Perasaan kami tulus namun mengapa takdir dengan kejamnya berlaku demikian? Sungguh, jika...