15

728 160 69
                                    

Brak

Tubuh renta itu berbenturan sangat keras pada sebuah dinding. Tidak hanya itu, tubuhnya sekali lagi terdorong begitu keras, dan berakhir dengan sebuah tangan berada mencekik lehernya. Ia tak merasa kesakitan, malah tersenyum miring melihat mata merah dihadapannya berkilat. Pemilik mata itu marah.

"Kim Yerim, apa yang kau lakukan huh?"

"Kau... kenapa kau berani bertemu bahkan berbicara pada Jungkook, huh? Aku sudah memperingatkan untuk tidak ikut campur, apa kau lupa si tua Shin?!"

Nenek Shin sama sekali tak merasa takut. Ia tersenyum pada Yerim penuh makna. "Mau sampai kapan kau bergerak lamban? Mau sampai bocah menghilangkan satu nyawa tak bersalah?!" Nenek Shin berbalik menggertak Yerim yang membuat wanita membelalakkan matanya. Terkejut, itu pasti.

Nenek Shin melepaskan tangan Yerim yang mencekik lehernya. Ia mendorong pelan tubuh Yerim sembari melihat-lihat keadaan sekitar. "Wah, rupanya kau mendapatkan klan yang kaya, damai dan memberikan perlindungan biasa padamu. Aku jadi itu," gumam Nenek Shin. Langkah kakinya membawa wanita tua itu pada sebuah sofa. Sementara Yerim hanya mengawasi gerak-gerik nenek tersebut. Terlihat, si nenek menyentuh sofa yang lembut. "Wah... pasti akan sangat nyaman jika bisa tidur di kursi ini."

"Sofa," Yerim mengoreksi. "Tunggu, bukan ini tujuanku mengajakmu kemari," Yerim menyusul nenek Shin yang sudah merebahkan diri diatas sofa.

"Cepatlah. Dekati pria itu, atau jujurlah, jangan tutupi apapun. Demi nyawa wanita itu. Apa namanya? Kekasih? Ah, itu. ya, kekasih. Kau tak kasihan padanya?" Tanya Nenek Shin berpura-pura bodoh.

Yerim terdiam. Ia duduk di hadapan nenek Shin yang mulai memejamkan mata.

"Jika aku mengatakan begitu saja, apa dia bisa menerima? Aku rasa Jungkook tidak bisa menerimanya. Lalu, jika aku tiba-tiba menjauhkan dia dari kekasihnya, aku akan terlihat seperti pengemis cinta yang buruk."

"Kau memang sudah terlihat buruk," celetuk Nenek Shin membuat Yerim merasa kesal. "Setidaknya biarkan teman-temanmu membantu. Seperti Jennie? Jangan kau salahkan dia jika ingin membantu. Pilih, membuat Jungkook bingung tapi mau menjauhi kekasihnya atau mengorbankan kekasihnya? Kita tak tau kapan bocah SMA itu akan menghabisi kekasih dari Jungkookmu itu."

"Diamlah. Kau terlalu banyak bicara," ucap Yerim kesal. "Aku akan pergi. Kau," Yerim menunjuk nenek Shin tepat didepan wajahnya.

"Kau akan menemui anakmu?" Tanya Nenek shin tanpa basa-basi lagi.

"Astaga... intinya, tetap disini karena aku tau kau akan mengacau di luar sana. Kau akan ditemani tetangga sebelah," ucap Yerim yang merujuk pada Roa.

"Titipkan salamku pada putrimu yang cantik itu..."

Brak

*COLD BLOOD*

Park Shinhye baru saja menuruni mobil milik Park Jungkook. Mereka nampaknya mulai sibuk mengurus hal privasi mereka. Kedua keluarga setuju untuk mempercepat acara pernikahan. Tentu Jungkook tak menyangka hal ini akan terjadi secepatnya, lebih tak menyangka lagi jika hubungannya dengan Shinhye terlihat normal dan tak ada hal yang mengkhawatirkan.

Shinhye meraih tangan Jungkook, menggandengnya menuju depan gerbang yang terlihat kokoh. Wanita itu terlihat bahagia. Entah mengapa, ia sama sekali tak ada firasat atau suatu yang aneh ketika mengenal Jungkook. Hal yang berbeda tentu saja dari beberapa pria yang pernah dikenalkan padanya. Meski secara usia, ia lebih dewasa daripada Jungkook, tapi itu tak membuatnya minder.

"Jungkook, kau masih tak mau memanggilku dengan sebutan khusus?" Tanya Shinhye disertai dengan senyuman yang menawan.

"Aku belum terbiasa. Maafkan aku."

Cold Blood √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang