Ramaikan gengsss... kolom komentar selalu terbuka kok...
※
※
※
"Katy..."
"Ya?"
"Apakah kita pernah berjumpa?"
Pertanyaan itu membuat Yerim merasa sedikit terharu. Entah bagaimana perasaannya ini bisa digambarkan, karena pada faktanya, kata demi kata tak bisa menceritakan bagaimana isi hati dan perasaannya kini. Senyum mengembang di wajah ayu milik Yerim itu terlihat begitu tulus dengan sorot mata keharuan dan kehausan akan rindu. Segera, Yerim berusaha mengalihkan fokusnya agar ia tak terlena dan terlarut dengan keharuan yang kini ia rasakan. Ia harus sadar jika Jungkook dihadapannya ini membutuhkan waktu. Ia tak ingin Jungkook kaget dan menjauhinya karena merasa mereka berbeda.
"Nona Katy?"
"Oh? Ya, ada apa?"
"Kau melamun?"
Yerim menggelengkan kepalanya pelan. "Sedikit terharu karena ada orang setampan anda yang mau menyapa saya," ucap Yerim begitu formal.
Jungkook tertawa canggung. Ya, keadaan itu begitu canggung baginya. "Kenapa kita tak saling bicara layaknya teman saja? Tak perlu seformal itu, dan lagi, pertanyaanku tadi belum kau jawab."
Yerim mengangguk paham. "Menurut anda sendiri bagaimana?"
"Jangan sebut anda. Sebut saja seperti kita sudah berteman. Dan lagi, kenapa pertanyaanku dibalas dengan pertanyaan?"
Yerim kembali mengangguk. Senyum tak luntur dari wajahnya. "Kalau menurutmu kita sudah bertemu sebelumnya, berarti memang kita sudah bertemu. Jika kau tak ingat dengan pertemuan diantara kita, berarti kita belum bertemu."
"Kenapa begitu?" Jungkook merasa heran dengan apa yang Yerim katakan. Kenapa jawabannya seperti teka-teki dan sesungguhnya Jungkook sendiri sedang tak ingin menyelesaikan teka-teki apapun itu bentuknya.
"Karena aku tak ingin. Jika memang kau mengingat kita bertemu sebelumnya, maka aku terima. Jika kau tak mengingatnya, aku tak ingin memaksakan suatu hal yang kau ingat."
"Ye....Ty? Katy?" suara seorang wanita yang tak asing bagi Yerim terdengar jelas, bahkan wanita itu nyaris menyebutkan nama aslinya.
"Sepertinya kau kedatangan tamu, nona," ucap Jungkook.
"Oh tidak. Urusanku dengan Katy tidak penting. Silahkan lanjutkan obrolan kalian," wanita yang baru datang itu terlihat ingin menahan kepergian Jungkook.
"Emm, tidak-tidak. Tidak apa-apa. Silahkan jika kalian memang ada keperluan. Aku harus segera pergi untuk mengurus pertunanganku dalam waktu dekat in akan diselenggarakan. Aku harap nanti kalian datang," ucap Jungkook. Hati kecil pria itu menjerit mendengar ucapannya sendiri. Kenapa terasa sakit? Apakah ia salah mengucapjan sesuatu? Ditatapnya wanita yang beberapa menit lalu bertemu dan berbincang dengannya. Senyum yang terlukis kini nampak hampa. Kenapa?
"Anda mau bertunangan?" wanita yang baru datang terlihat terkejut.
"Jen, tak sopan," tegur Yerim. "Silahkan jika memang kau ada keperluan. Semoga kita bisa bertemu lagi dan bekerja sama, next time," Yerim mengucapkan kata demi kata hingga terangkai menjadi sebuah kalimat yang manis, semanis senyumannya. Namun, dibalik senyuman yang akan membuat siapapun luluh itu, tersimpan jerit tangis dan rasa cemburu yang teramat sangat. Lucu bukan? Perubahan dalam dirinya dari manusia menjadi vampire, tidak membuat hati dan perasaannya mati. Justru perasaannya itu bertumbuh kala melihat kembali sosok 'Tuan Tampan'nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Blood √
FanfictionTakdir itu... lucu. Kenapa aku bilang demikian? Karena memang begitu faktanya. Kami yang berbeda, dipertemukan dan dipisahkan seolah kami tak memiliki perasaan. Perasaan kami tulus namun mengapa takdir dengan kejamnya berlaku demikian? Sungguh, jika...