Yerim menyapa dengan senyuman manisnya pada setiap orang yang ia lalui di sebuah koridor. Ya, tempat itu adalah salah satu gedung di sebuah kompleks museum. Gedung yang digunakan untuk rapat dan tinggal bagi para pengurus museum. Yerim memang menyenangi hobinya tersebut. Baginya tinggal di bangunan yang menyimpan banyak benda yang bersejarah membuatnya bisa bernostalgia akan kehidupannya beberapa tahun yang lalu.
Sebagai seorang vampire, umur Yerim belum begitu lama. Masih sekitar seratus dua puluh empat tahun. Namun ternyata, hidup yang belum seberapa lama bagi vampire sudah cukup menyiksanya karena ia harus pergi berpindah-pindah tempat dan menyaksikan kepergian orang-orang yang ia sayangi.
Dalam perjalannya menuju ruang rapat, Yerim menghentikan langkah kakinya sejenak untuk melihat pemandangan yang ia suka dan benci sekaligus. Kehadiran dua sejoli yang tiba-tiba membuat dadanya berdenyut sakit. Pria yang ia rindukan datang dengan wanita yang tak asing bagi dirinya karena ia sudah pernah melihat wanita itu sebelumnya.
Tiba disaat sepasang obsidian itu menatap Yerim. Kerlingan matanya begitu cerah mampu menghipnotis Yerim. Senyum mengembang muncul memperlihatkan gigi kelincinya. Semua masih sama. Yerim akhirnya tersenyum dan berjalan mendekat. Batin Yerim merasa sakit namun pikirannya tak mau mengerti rasa sakit itu karena rasa rindu yang mendominasi. Pikiran Yerim akhirnya memerintahkan kaki cantik Yerim untuk melangkah mendekat.
"Halo, bertemu lagi kita," sapa Yerim seraya memamerkan senyum terbaiknya.
"Hay Katy. Senang bertemu lagi denganmu. Kau juga ikut rapat?"
Yerim mengangguk. "Sepertinya kita akan sering bertemu dan terlibat dalam rapat atau pertemuan antar donatur museum-museum yang ada di negeri ini, Tuan Park," ucap Yerim.
"Iya. Ternyata kau adalah Katy yang selalu absen setiap rapat itu. Akhirnya rasa penasaranku terbayar sudah," Jungkook mengatakan hal tersebut diiringi dengan gelak tawa yang membuat Yerim tersenyum, namun hal itu membuat Shinhye tertegun. Jungkook begitu ceria, ramah dan mampu membawa suasana dengan baik.
"Cukup aneh bukan? Wanita modern sepertiku ternyata tak bisa lepas dari sejarah dan benda-benda yang berkaitan dengannya."
Jungkook menggelengkan kepala. "Itu artinya kau adalah wanita unik. Kita ternyata memiliki hobi yang sama. Datang saja ke kantor jika ada yang ingin didiskusikan mengenai benda-benda antic yang kau punya. Siapa tau aku tertarik."
"Tapi apa yang aku punya tidak untuk dijual, Tuan."
"Dipinjam?"
"Itu bisa diatur," ucap Yerim lalu tertawa pelan, begitu juga dengan Jungkook. Hal tersebut membuat Shinhye merasa seperti sebuah patung.
"Oh ya, Katy. Perkenalkan. Dia Park Shinhye."
Yerim terdiam sesaat. Kembali ia merasa tak suka melihat kehadiran Shinhye. Kenapa harus ada dia disaat ia sedang berusaha dekat dengan Jungkook?
'Kenapa kau datang kemari? Aku tak ingin membencimu lebih jauh lagi, nona.'
Yerim segera menormalkan ekspresi wajahnya. Ia mengulurkan tangan. "Hallo, nona. Perkenalkan. Aku Katy."
Shinhye tersenyum dan menerima uluran tangan dari Yerim. Dingin. Itulah yang pertama kali terlintas di pikiran Shinhye. "Aku Park Shinhye. Kekasih Park Jungkook."
"Wah, cantik dan tampan. Semoga kalian langgeng," ucap Yerim.
'Aku ralat. Semoga kalian tidak langgeng dan secepatnya berpisah. Aku tak mau terjadi hal buruk padamu, nona. Kau tak pantas mendapatkannya.'
"Oh ya, Tuan, nona. Aku tinggal lebih dahulu. Di luar gedung sepertinya ada kenalanku. Aku harus menemuinya sebentar. Masih ada waktu lima belas menit sebelum rapat dimulai. Permisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Blood √
Fiksi PenggemarTakdir itu... lucu. Kenapa aku bilang demikian? Karena memang begitu faktanya. Kami yang berbeda, dipertemukan dan dipisahkan seolah kami tak memiliki perasaan. Perasaan kami tulus namun mengapa takdir dengan kejamnya berlaku demikian? Sungguh, jika...