20

800 162 67
                                    

"Apa yang sepenuhnya terlihat itu belum tentu benar. Ada penjelasan di setiap kejadian. Dan sebagai manusia dewasa, semestinya, bisa memahami itu. Memberikan kesempatan untuk mendengar penjelasan. Baru menilai. Sekali lagi, jika tak bisa bersama mamaku, tolong jangan sakiti dia. Jangan berikan kalimat, tidak, tapi kata yang menyakitkan meski hanya satu kata. Dan terakhir, jauhi dia agar dia tak terlalu berharap."

Haeun berdiri. Berniat untuk meninggalkan Jungkook, namun pria itu menahannya.

"Apa aku bisa bertemu dengan Kim Yerim?"

Jungkook tak lagi menyebutkan Katy. Ia sudah mengetahui nama asli dari Katy.

"Untuk menyakitinya lagi?" Haeun menggelengkan kepala. "No, aku tak akan membiarkannya. Sudah cukup ia menderita karena penantian yang tiada akhir. Jangan kau tambah lagi lukanya."

"No, aku tak akan melakukan itu."

Haeun menoleh pada Jungkook. Apa maksudnya? Lalu apa yang akan Jungkook lakukan?

"Aku akan melakukan sebagaimana orang dewasa melakukannya. Memberi kesempatan untuk mendengarkan penjelasan."

Ada rasa lega merayap di hati Haeun. Ada celah dan kesempatan. Tapi, akankah ia mempercayai Jungkook?

"Sudah, ayo kembali, Haeun. Kita tak bisa disini terlalu lama," Taehyung sudah muncul dan melepaskan tangan Jungkook yang menahan Haeun tanpa menoleh sedikitpun pada Jungkook.

"Ke kastil?"

Taehyung menggelengkan kepala. "Ke apartement kerabat," Taehyung menunjuk Roa yang sudah berdiri di ujung lorong.

Haeun menggandeng tangan Taehyung. Sebelum benar-benar pergi, ia melewati nenek Shin dan berhenti. "Kau masih berhutang sesuatu padaku."

Nenek Shin mengangguk. "Tentu."

"Kau...," lirih Jungkook.

Nenek Shin tersenyum. Menoleh kearah Haeun yang sudah tak terlihat karena baru saja berbelok kearah lorong yang lain. "Lebih jeli lagi. Lain kali jangan gegabah. Dan, sekarang, apa kau masih mau melanjutkannya? Setelah melihat ini semua?"

"Apa aku tak pantas bahagia?"

Nenek Shin tersenyum semakin lebar. "Kau sangat pantas berbahagia. Tapi kebahagiaan tidak hanya diukur dari adanya pasangan. Hidupmu sudah sangat baik sejauh ini."

"Aku kesepian. Dan tentu masih ada yang kurang. Jika aku pantas bahagia, mengapa harus seperti ini? Takdirku, cintaku, harus terhalang."

"Takdir memang konyol. Tapi jika tidak konyol bukan takdir namanya. Bukan karena kau tidak pantas mendapatkan kasih sayang dan cinta dari wanita, tapi semua terjadi karena takdirmu tidak dengan mereka. Sesimpel itu dan kau masih tak mengerti?"

Jungkook terdiam. Ya, mungkin jodohnya bukan Park Shinhye. Mungkin... Kim Yerim. Ia harus kembali pada Kim Yerim karena masa lalu diantara dirinya dan Yerim. Tapi, apakah mungkin? Mereka sudah berada di jaman dan kehidupan yang berbeda.

"Jika kau membutuhkanku, membutuhkan penjelasan, atau teman untuk mendengarkan keluh kesahmu, datanglah ke tempat parkir apartement Yerim. Wanita keras kepala itu sudah memberikanku tempat tinggal. Datanglah kesana dan aku siap mendengar keluh kesahmu."

Nenek Shin berjalan meninggalkan Jungkook yang masih termenung. Namun, ia kembali berhenti. Berbalik pada Jungkook. "Oh iya, mengenai kekasihmu, masih ada kesempatan untuk menyelamatkannya. Menjaganya untuk tetap hidup dan sehat. Karena Kim Haeun sudah menyelamatkannya dari masa kritis."

*COLD BLOOD*

Ryeowook menatap lawan bicaranya. Ia ingin menyampaikan hal yang seharusnya ia sampaikan. Sebagai pemimpin dari klan Kim yang dikenal damai dan tak memihak, ia harus bisa meredam segala gejolak atau segala hal yang bisa menyakiti anggotanya. Terutama Kim Yerim. Wanita yang selama lebih dari satu abad hidup dibawah naungannya.

Cold Blood √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang