"Bisakah kau datang kemari?"
.
Jungkook berselimut dengan badan menghadap pintu kamar. Ia masih menangis. Entah mengapa, hatinya terasa sakit, dadanya merasa sesak yang teramat sangat. Ia tak pernah berpikir akan terlahir dengan membawa banyak pengaruh negatif pada orang-orang disekitarnya. Ia merasa bersalah. Rasa bersalah yang membuatnya ingin lenyap dari dunia ini. Tak sanggup lagi jika harus menjadi alasan seseorang bisa bertahan hidup atau tidak. Ia tak akan sanggup.
Telinga Jungkook mendadak tuli. Tak mendengar langkah perlahan yang menuju tempat tidurnya. Ia masih menangis dan menangis. Tangan menggenggam ponsel berharap ada balasan dari sosok yang ia panggil. Hingga, tangan hangat melingkarinya. Mendekap dengan penuh kelembutan serta ketulusan.
"Don't cry," bisik suara tersebut tepat di telinga Jungkook. Memeluk tubuh Jungkook dari belakang. "I am here."
Tangan lembut itu mengusap rambut Jungkook, menyelipkan tangan kanan dibawah kepala Jungkook. Membuat kepala Jungkook bersandar penuh padanya. Sementara tangan kiri mengusap-usap lembut rambut Jungkook. Memberikan ketenangan. Ia tak bisa berkata banyak untuk saat ini.
Beberapa menit berlalu, Jungkook terbangun. Ia lalu duduk dan menoleh pada sosok disampingnya. Jungkook menggenggam tangannya. "Terimakasih Kim Yerim," lirih Jungkook membuat hati Yerim berdesir.
"Kau..."
"Aku akan memanggilmu Kim Yerim. Yerim."
Yerim tersenyum. Ia merasa lega. Jungkook melunak padanya.
"Jungkook, aku ingin menjelaskan..."
Jungkook menggelengkan kepala. Ia menyandarkan kepala pada bahu Yerim. "Ternyata aku memiliki adik. Aku kira aku anak tunggal. Aku tak bisa mengingat apapun."
Yerim menggenggam tangan Jungkook. "Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang, hmm?"
"Apa nenek misterius itu bisa memberi petunjuk keberadaan adikku?" Jungkook mengangkat kepalanya, untuk menatap Yerim. Yerim sedikit salah tingkah. Tapi ia berusaha untuk kembali fokus.
"Aku tak yakin. Kau mau bertemu dengannya? Besok?"
Jungkook menggelengkan kepala. "Sekarang."
Yerim mengeluarkan kunci emasnya. "Mau mencoba?"
Jungkook mengangguk. Ia bersama dengan Yerim berjalan menuju pintu balkon. Pintu yang sudah tertutup. Yerim menancapkan kunci emas miliknya pada lubang kunci pintu balkon. Secara ajaib, kunci tersebut menyesuaikan dengan bentuk lubang kunci balkon. Ketika klik, pintu terbuka, muncul sebuah gumpalan biru seperti gel. Yerim menarik tubuh Jungkook. Melingkarkan tangan Jungkook tepat di perutnya.
"Apapun yang terjadi, jangan lepaskan pelukanmu, aku takut kau malah terlempar ke tempat lain."
Jungkook mengangguk. Satu demi satu langkah mereka tempuh. Yerim dan Jungkook masuk ke dalam portal. Setelah badan keduanya menghilang, pintu balkon otomatis terkunci dan kembali seperti sediakala.
.
Yerim tiba di sebuah ruangan. Ruang tamu yang tak seperti ruang tamu miliknya. Meski memiliki bentuk yang sama, tapi designnya berbeda. Apartement milik Roa. Roa dan nenek Shin terpaksa tinggal di apartement milik Roa karena di apartement milik Yerim ada Taehyung juga Haeun yang terpaksa menginap. Meski vampire, tapi kedua orang itu paham jika Haeun bukanlah tipe yang suka keramaian dan orang asing.
Kedatangan Yerim tak membuat nenek Shin terkejut. Namun Roa cukup terkejut melihat Jungkook juga turut hadir di apartementnya.
"Ada yang bisa dibantu, tuan Park?" Tanya nenek Shin seramah mungkin.
![](https://img.wattpad.com/cover/168470602-288-k199593.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Blood √
FanfictionTakdir itu... lucu. Kenapa aku bilang demikian? Karena memang begitu faktanya. Kami yang berbeda, dipertemukan dan dipisahkan seolah kami tak memiliki perasaan. Perasaan kami tulus namun mengapa takdir dengan kejamnya berlaku demikian? Sungguh, jika...