09. Fight🍎

355 43 30
                                    

Jeno dan Nadia baru saja sampai ketika suara piring pecah terdengar dari dalam rumah. Mereka segera masuk dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Betapa terkejutnya kedua kakak beradik itu saat melihat kedua orang tuanya sedang bertengkar, adu mulut pun tak terelakkan. Keduanya pun hanya mematung di depan pintu, tak tau harus melakukan apa.

"Berani-beraninya kamu!!" Arga hendak memukul Hanna, tapi Jeno dengan cepat menahannya.

"Jangan pukul Mama!" seru Jeno, pupil matanya terlihat bergetar.

"Jangan ikut campur kamu anak kecil!!" teriak Arga kemudian menendang Jeno hingga tersungkur ke lantai.

Jeno meringis sembari memegangi perutnya, tendangan sang ayah bukan main sakitnya.

"Kak Jeno.." suara lirih itu berhasil mengalihkan atensi Jeno.

"Kakak nggak apa-apa, mendingan kamu masuk kamar," suruh Jeno.

Nadia menggeleng, air mata jatuh begitu saja di pipinya. Untuk pertama kalinya, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat sang kakak diperlakukan seperti ini oleh ayah kandungnya.

"Nadia, nurut sama kakak."

Lagi-lagi Nadia menggeleng, gadis itu berjalan menghampiri kedua orang tuanya.

"MAMA, PAPA, STOP!!" teriakan si bungsu berhasil membuat suasana menjadi hening sejenak.

"Kenapa sih kalian berantem?! Nadia nggak suka liat kalian berantem!!" Nadia terlihat sangat marah.

Hanna memegang pundak putrinya, "Nadia, masuk ke kamar ya?"

Nadia menepis tangan Hanna dari pundaknya, "Ngapain nyuruh Nadia masuk kamar? Kalian nggak malu berantem di depan anak-anak kalian?!"

"Nadia, dengerin Mama-"

"Mama sama Papa yang harusnya dengerin Nadia!!"

"Nadia, masuk kamar!" perintah Arga.

Nadia menatap tajam sang ayah, "PAPA JAHAT! KENAPA SIH NADIA HARUS PUNYA PAPA KAYAK GINI?!!"

Arga sudah melayangkan tangannya, hendak memukul si bungsu, tapi gerakan Jeno lebih cepat melindungi adiknya sehingga pukulan itu mendarat di punggungnya.

Nadia terlihat syok di pelukan Jeno, ia hanya menatap kakaknya yang berusaha keras menahan rasa sakit akibat pukulan sang ayah.

Jeno melepaskan pelukannya, "Kamu nggak apa-apa?"

Nadia menggeleng pelan, terlihat masih ling-lung.

Jeno berbalik, menatap Arga dengan penuh amarah. "Papa boleh pukul Jeno, tapi jangan berani-berani sakitin Nadia atau Mama!"

Arga tertawa meremehkan, "Sok jadi pahlawan kamu ya?"

"Maaf Pa, Jeno bukan mau jadi pahlawan. Tapi, apa ini yang disebut keluarga?"

"Umur kamu belum ada 20 tahun, tau apa kamu tentang keluarga hah?" tanya Arga kesal kemudian melayangkan satu pukulan di wajah Jeno.

Tak sampai disana, Arga menarik kerah seragam Jeno dan memaksa putranya itu untuk berdiri tegap. "Kamu bisa hidup juga dari uang Papa, jadi jangan pernah kamu sok nasehatin Papa!"

Jeno mengerang ketika Arga lagi-lagi mendaratkan sebuah pukulan di perutnya. Kali ini lebih keras sampai anak laki-laki itu memuncratkan darah segar dari mulutnya. Rasanya sakit tentu saja, menjalar ke seluruh tubuhnya yang perlahan menjadi mati rasa.

"Gimana? Sakit? Itu hukuman untuk anak yang suka ngelawan orang tua!!"

Lagi-lagi Jeno merintih kesakitan ketika Arga menendangnya dengan tidak berperikemanusiaan.

Sweet AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang