17. Mati Rasa🍎

369 42 28
                                    

"Kak Jeff kapan pulang dari Amerika?" tanya Jeno. "Kok tiba-tiba udah nongol disini? Kayak jin aja."

"Kakak sebenarnya mau ngasi surprise buat kalian. Baru sampe rumah maunya teriak surprise, eh malah kakak yang dikagetin liat kamu sekarat di ruang tamu."

Jeno terkekeh mendengar ucapan Jeff. "Terus, kakak yang bawa Jeno ke rumah sakit?"

Jeff mengangguk kemudian memberikan apel yang sudah dikupas pada sang adik. "Kakak panik banget, nggak tau harus ngapain. Untung ada mobil nganggur, jadinya bisa langsung cus."

"Maaf ya, Kak. Jadi ngerepotin."

Jeff tertawa pelan, "Alay banget sih minta maaf segala."

Jeno hanya tersenyum hingga menampakkan sederet giginya yang rapi.

"Katanya hari ini kamu udah boleh pulang?" tanya Jeff.

Jeno mengangguk antusias, "Habis diperiksa nanti, Jeno boleh pulang."

"Gimana? Seneng?" tanya Jeff.

"Seneng banget. Jeno nggak suka di rumah sakit."

Jeff mengusap lembut kepala sang adik. "Makanya jangan sakit kalo nggak mau ke rumah sakit."

"Jeno udah berusaha, tapi Jeno bukan Tuhan."

Jeff terhenyak mendengar ucapan sang adik. "Kalo gitu, kakak bakal minta sama Tuhan supaya Jeno nggak sakit lagi."

"Makasih, Kak," ucap Jeno sumringah lalu memakan apel yang dibawanya.





***





"Ada yang baru pulang nih." Ketiga bersaudara itu menoleh ketika Arga bersuara di ruang tamu.

"Malem, Pa," sapa Jeno.

Arga terkekeh kemudian berjalan menghampiri anak-anaknya. "Dapet ngapain aja di rumah sakit? Santai-santai ya?"

Jeno hanya diam menunduk, enggan menanggapi ucapan ayahnya.

"Kenapa nggak sekalian mati aja?" tanya Arga sarkas.

Kedua tangan Jeno terkepal kuat, darahnya seakan berhenti mengalir ketika mendengar kalimat sarkas sang ayah yang ditujukan kepadanya.

"Udah Pa, Jeno baru aja sembuh," ucap Jeff.

"Bukannya adik kamu ini sakit kanker? Katanya kanker itu nggak bisa disembuhin, jadi lebih mending dia mati lebih cepet daripada ngabisin banyak uang buat pengobatannya kan?"

Perlahan Jeno mengangkat dagu, memberanikan menatap Arga, ia ingin melihat sosok ayah yang menginginkan putranya mati cepat agar uangnya tidak habis untuk biaya pengobatan. Ayahnya itu tak jauh berbeda dengan seorang iblis.

"Papa nggak usah khawatir, Jeff yang nanggung semua pengobatan Jeno," ucap Jeff.

Arga tertawa pelan, "Dasar, jadi anak cuma bisa nyusahin orang."

"Nadia, ajak Jeno ke kamar," suruh Jeff.

Gadis itupun mengangguk lalu merangkul pundak Jeno untuk pergi ke kamarnya.

Nadia begitu terkejut ketika Jeno menatapnya dengan dingin serta tak mengizinkannya masuk ke dalam kamar.

"Kamu bisa pergi," ucap Jeno.

"Tapi, Kak-"

"Kakak mau istirahat."

"Kak-"

Brakk!!

Nadia tersentak hebat ketika Jeno menutup pintunya dengan kasar. Ia menghela napas kemudian turun ke bawah untuk menghampiri kakak tertua beserta ayahnya.

Sweet AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang