12. Kenyataan Pahit🍎

433 43 26
                                    

Jeno baru saja membuka mata ketika kepalanya terasa sakit sekali. Ia mengambil posisi duduk dan sialnya kepalanya malah bertambah sakit.

"Arghh!!" Jeno mengerang sembari menjambak rambutnya, berharap rasa sakit itu malah hilang.

Tapi, bukannya menghilang, rasa sakit itu malah menjadi-jadi. Jeno mengobrak-abrik laci dan mengambil obat sakit kepala. Segera ia meminumnya, harap-harap sakit itu bisa mereda.

Sekian menit Jeno berbaring, ia merasa sakit kepalanya mulai mereda. "Dosa apa gue sampe sakit kepala pagi-pagi gini?"

Lelaki itu bangkit dari tempat duduknya dan segera menyegarkan badannya di kamar mandi.

Keluar hanya dengan sehelai handuk yang menutupi tubuhnya membuat Jeno sedikit kedinginan. Ia mematikan AC dan segera memakai seragam.

There is bitter in everyday
But then I feel it
That you would be the only one
Sometimes it doesn't have to be so sure
The sweetest love can be so hard to find

Bibir Jeno terlihat komat-kamit mengikuti alunan lagu yang terputar di ponselnya. Sepertinya suasana hatinya pagi ini sedang bagus, meskipun sempat diserang sakit kepala hebat beberapa saat yang lalu.

Lelaki itu terus bersenandung tipis-tipis sembari menata rambutnya di depan kaca. Lengkap dengan pomade holy grail yang baru saja dibelinya kemarin.

"Wahh, ajaib ni pomade. Bisa bikin gue tambah ganteng," ucap Jeno sembari memperhatikan dirinya di cermin.

Setelah puas memperhatikan wajah tampannya di cermin, Jeno pun menyambar ranselnya dan keluar kamar.

Sejak kepergian Hanna, rumah ini seperti kehilangan nyawanya. Tak ada lagi aroma masakan yang menyengat hidung ataupun suara berisik mesin penyedot debu.

Jeno berdiri tegap di ruang tamu, menatap sebuah foto keluarga yang cukup besar. Foto itu masih terpajang di dinding, mungkin sang ayah malas menurunkannya, makanya foto keluarga yang utuh itu masih ada disana.

"Kak.." Jeno tersentak ketika Nadia menyentuh pundaknya.

"Eh, udah siap?" tanya Jeno.

Nadia mengangguk, "Ayo sarapan dulu."

"Kakak nggak laper, kamu aja yang sarapan."

"Nadia juga nggak laper."

Jeno menghela napas, "Kok gitu? Nanti kamu nggak fokus belajar gimana?"

"Nanti kalo Kakak nggak fokus juga gimana?"

"Ya.. itukan-"

Nadia meraih tangan Jeno dan menariknya ke meja makan, "Ayo sarapan."

Jeno hanya tersenyum kemudian menuruti permintaan adiknya untuk sarapan terlebih dahulu.

"Selai cokelatnya habis, Kakak mau ganti rasa apa?"

"Hng.. apa aja deh," balas Jeno.

Nadia mengangguk dan mengoleskan selai strawberry pada roti kakaknya.

Akhirnya kedua kakak beradik itu menikmati sarapannya dengan baik, walaupun hanya dengan sehelai roti dan segelas susu.




***




"Semacam ada yang berbeda dari Jeno Pradipta hari ini," ucap Eric dengan telunjuk di dagunya.

Jeno hanya haha hehe saja sembari menyodorkan kepalanya di depan wajah Eric.

"Oalah, pomade baru ya??" tebak Eric.

"Yoi."

"Bagi dongg."

Sweet AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang