21. Friend🍎

334 35 25
                                    

"Kak Jeno, makan ya?"

Jeno menggeleng pelan kemudian menumpukan kepalanya di atas meja.

"Gimana kakak mau sembuh kalo nggak mau makan?"

"Perut kakak mual."

"Sedikit aja. Kakak mau apa? Nadia beliin deh."

"Nadia-"

"Kalo nggak mau nasi, roti sama susu aja gimana? Yang penting perut kakak nggak kosong."

Jeno akhirnya mengangguk pelan.

"Yaudah, kakak tunggu disini ya," ucap Nadia kemudian pergi.

Jeno memejamkan matanya sejenak, mungkin dengan begini kondisi tubuhnya akan lebih baik. "Jeno kuat, jangan mau kalah sama penyakit," gumamnya.

"Jeno? Lo nggak apa-apa?"

Pemuda itu sontak membuka matanya dan melihat siapa yang datang. "Haira? Ah, iya. Nggak apa-apa kok."

"Kapan mau bahas Porseni?" tanya Haira. "Biar gue nggak kelabakan kayak waktu ini. Lo sih, ngasi tau rapat pas hari H, lo kira nyari ruang rapat gampang hah?"

"Sorry," balas Jeno seadanya. "Lusa gimana?"

"Oke. Oh ya, kemana aja lo nggak pernah masuk?"

"Sakit."

"Sakit apa?" tanya Haira.

"Flu."

"Lama banget flu doang."

"Bolos."

Haira tertawa kecil, "Nggak mugkinlah seorang Jeno Pradipta bolos sekolah."

"Terserah kalo nggak percaya," ucap Jeno cuek lalu kembali menumpukan kepalanya di atas meja.

"Ish! Dasar ngeselin!" seru Haira kemudian pergi.

Jeno tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya kemudian berlari menuju kamar mandi. Sejak kemarin lelaki itu terus saja merasa mual, bahkan sudah tak terhitung berapa kali ia muntah-muntah sejak pagi tadi.

Jeno terbatuk terlebih dahulu dan lagi-lagi memuntahkan cairan bening yang ia sendiri tidak tau namanya apa. Kemudian lelaki itu membasuh wajahnya dan menatap dirinya lewat pantulan cermin. Ia benar-benar benci melihat dirinya saat ini, kurus, layu dan selalu terlihat pucat pasi.

Jeno bersandar di tembok dan perlahan merosot ke bawah hingga terduduk di lantai. Ia memejamkan matanya sejenak sembari mengatur napasnya. Tubuhnya selalu saja terasa lemas setelah muntah seperti ini. "Sakit.. Jeno nggak kuat lagi.." lirihnya.

"KAK JENO?! KAKAK ADA DI DALEM?!"

Teriakan itu sontak membuat Jeno membuka mata. Ia hendak bangkit, tapi tubuhnya masih terlalu lemah.

"KAK?!"

"Masuk, Nadia!" seru Jeno dengan sisa tenaganya.

Mau tak mau, Nadia pun masuk ke dalam kamar mandi pria. Betapa terkejutnya ia melihat sang kakak yang terduduk dengan lemas di lantai kamar mandi.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Nadia membantu Jeno berdiri. "Kakak istirahat di UKS aja ya?"

Jeno hanya mengangguk, memang yang dibutuhkannya saat ini adalah istirahat.

Suasana di UKS siang ini sangat sepi, tak ada seorang pun di dalamnya. Tentu saja ini menguntungkan untuk Jeno karena ia bisa beristirahat dengan tenang.

"Kenapa liatin kakak kayak gitu?" tanya Jeno yang merasa risih dengan tatapan adiknya.

Bukannya menjawab, Nadia malah terisak pelan.

Sweet AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang