27. I'm Not Okay🍎

378 26 0
                                    

Jeno sedang duduk di pinggir tempat tidurnya sembari menunggu teleponnya diangkat oleh seseorang.

"Halo?" Suara wanita paruh baya itu lantas membuat Jeno tersenyum.

"Mama, apa kabar?"

"Baik sayang. Jeno sendiri gimana?"

"Baik juga, Ma."

"Jeno kenapa jam segini belum tidur, Sayang?"

"Jeno nggak bisa tidur. Mama bisa kesini buat temenin Jeno?"

"Maaf sayang, bukannya Mama nggak mau. Tapi kerjaan Mama lagi banyak banget."

"Yaudah, nggak apa-apa kok. Mama jaga kesehatan ya, jangan lupa istirahat."

"Iya sayang. Jeno juga ya, jangan lupa minum obat."

"Iya, Ma. Dadah!"

Jeno segera memutuskan sambungannya dan menaruh ponselnya di atas nakas. Helaan napas berat keluar dari mulut lelaki itu. Ia terlihat begitu gelisah, mungkin karena besok adalah hari H OSN.

Jeno bangkit dari tempat duduknya kemudian pergi keluar kamar. Ia awalnya ingin mengambil air di dapur, tapi entah kenapa langkahnya berhenti di depan kamar Nadia dan langsung mengetuk pintu kamar adiknya itu.

Pintu berderit pelan dan menampilkan wajah kusut Nadia dengan matanya yang sembab.

"Nadia? Kamu habis nangis?" tanya Jeno.

Gadis itu mengangguk pelan.

"Kenapa nangis??"

Nadia menunjuk laptopnya, "Filmnya sedih, Kak."

Jeno terkekeh pelan kemudian mengacak rambut adiknya. "Kakak kira kenapa."

"Kakak kenapa belum tidur? Besok bukannya OSN?"

"Kakak nggak bisa tidur. Boleh nebeng disini?"

"Boleh banget lah!!" ucap Nadia sumringah. "Ayo masuk!"

Jeno masuk ke kamar adiknya dan langsung merebahkan tubuh di tempat tidur bernuansa pink itu. "Udahan nonton filmnya. Sini tidur."

Nadia mematikan laptopnya terlebih dahulu kemudian berbaring di sebelah kakaknya.

"Kak Jeno udah minum obat?" tanya Nadia.

"Udah kok."

Nadia hanya diam menatap wajah kakaknya yang begitu tampan.

"Kakak ganteng ya?" goda Jeno.

"Iya," ucap Nadia. "Kakak lebih dari kata tampan. Sempurna."

Jeno terkekeh pelan kemudian menarik Nadia ke dalam pelukannya.

"Kak Jeno wangi, Nadia jadi suka."

Lagi-lagi Jeno terkekeh mendengar ucapan adiknya. "Memangnya kayak kamu, bau asem."

Spontan Nadia memukul kakaknya keras-keras. "Nggak usah ngeledek! Ayo tidur, besok kan Kakak harus bangun pagi."

"Iya sayang."

Nadia sedikit terkejut ketika Jeno memanggilnya sayang, jarang sekali sang kakak menyebutnya dengan sebutan itu. Alhasil ia pun kembali menggoda kakaknya.

"Nadia sayang Kak Jeno."

"Kakak juga sayang Nadia."

"Heh?"



...




"Cerah sekali kakakku hari ini."

Jeno tersenyum kemudian menarik kursi di meja makan, "Terima kasih."

Sweet AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang