10. Mom🍎

378 44 19
                                        

Hari ini Jeno benar-benar pergi ke rumah sakit bersama Hanna. Awalnya lelaki itu menolak, tapi Hanna memaksanya.

Jeno merupakan tipikal orang yang tidak suka ke rumah sakit, mencium bau rumah sakit saja sudah membuatnya mual, apalagi dengan obat, jarum suntik dan darah, rasanya ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu.

Jeno sampai tidak masuk sekolah karena pergi ke rumah sakit dan itu mengharuskan Nadia berangkat sendirian ke sekolah, malang sekali. Tapi di sisi lain Jeno senang, karena ia dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan ibunya.

"Ma?" panggil Jeno pelan, mereka sedang dalam perjalanan pulang.

"Kenapa sayang?" tanya Hanna.

"Jeno boleh tanya sesuatu?"

Hanna melirik putranya sekilas, lalu fokus kembali pada kemudi. "Tanya aja."

Jeno menghela napas pelan, "Apa Jeno harus sakit dulu biar dapet perhatian dari Mama?"

Hanna tersentak, seperti ada yang menyayat hatinya. Tak ingin mengambil resiko, wanita itupun menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti, Ma?" tanya Jeno.

"Itu ada cafe, kita ngobrol disana yuk?" ajak Hanna.

Jeno mengangguk saja kemudian keluar dari mobil dan mengikuti langkah Hanna yang lebih dulu masuk ke cafe.

"Jeno mau apa? Taro Milk Tea?" tanya Hanna sembari memperhatikan menu.

Jeno mendongak, entah kenapa ada perasaan bahagia menghinggapinya ketika tau bahwa ibunya masih ingat betul dengan minuman kesukaannya.

"Heh? Kok ngelamun?"

"A-ah, iya itu aja," jawab Jeno gelagapan.

Hanna pun mengangguk lalu memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka.

"Mama masih inget minuman kesukaan Jeno?" tanya Jeno pelan.

Hanna terkekeh, "Gimana bisa Mama lupain minuman kesukaan anak Mama sendiri hm?"

Jeno hanya menunduk sembari memainkan jemarinya.

"Maafin Mama ya, Nak." Hanna menghela napas pelan. "Selama ini Mama sibuk kerja dan perhatiin Nadia. Seharusnya Mama tau kalo Mama udah nggak adil sama Jeno."

"Iya, nggak apa-apa kok, Ma. Jeno ngerti," balas Jeno, masih menunduk.

Hanna meraih tangan Jeno yang ada di atas meja. "Kalo ada masalah, Jeno jangan sungkan cerita sama Mama ya, Nak?"

Perlahan Jeno mengangkat dagu dan menatap Hanna. "B-boleh?"

Hanna terkekeh, "Boleh dong. Nadia aja sering cerita sama Mama, masa Jeno nggak boleh?"

Senyuman manis mulai mengembang di bibir Jeno, senyum tulus tanpa beban sama sekali. "Makasih, Ma."




***




Malam ini terasa begitu hangat, Hanna bersama kedua anaknya tengah bercengkrama sebelum mulai makan malam. Sesekali mereka tertawa karena lelucon Nadia yang sebenarnya tidak lucu sama sekali. Terasa lebih baik seperti ini daripada dengan kehadiran sosok Arga.

Tapi, kehangatan itu tak berselang lama ketika ada seseorang yang tiba-tiba datang. Seseorang yang tidak mereka harapkan, yaitu Arga.

Seperti tidak terjadi apa-apa, Arga langsung duduk di meja makan tanpa bersuara. Hanna dengan sigap menyiapkan makanan untuk sang suami agar tak kena marah. Mereka makan dalam keheningan, hanya ada suara piring yang beradu dengan sendok.

Sweet AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang