Hari sudah mulai sore ketika Haira menginjakkan kakinya memasuki sekolah. Gadis itu baru saja datang dari upacara penutupan Porseni di GOR. Lelah sekali, mengingat ia sangat sibuk sejak pagi. Ia tak ingin dimarahi Jeno lagi, maka dari itu semua tugasnya hari ini sudah dikerjakannya dengan baik.
Pintu berderit pelan, ruang OSIS terlihat sepi sekali. Semuanya memang langsung bubar ketika upacara penyerahan selesai dan Haira terpaksa harus kembali ke sekolah untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal.
Setelah memastikan bahwa semuanya sudah lengkap, Haira melangkahkan kakinya keluar. Akan tetapi, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat note berwarna hitam yang ada di bawah meja. Ia pun mengambil note itu dan nama Jeno Pradipta terpampang jelas di sampulnya.
"Punya Jeno? Kok bisa disini?"
Karena penasaran, Haira pun membuka note itu. Hanya buku catatan biasa yang berisi jadwal pelajaran, rencana OSIS kedepan, dan catatan-catatan lainnya. Tapi ada satu hal yang menarik perhatiannya, yaitu resolusi seorang Jeno Pradipta untuk satu tahun ke depan. Terlihat ada beberapa resolusi yang sudah dicentang dan kebanyakan yang belum, diantaranya :
- Ranking 1 parallel✔
- Pensi sukses✔
- Jeno sayang mama✔
- Jeno sayang papa
- Porseni sukses
- Emas OSN buat papa
- Bahagia
- Nembak HairaGadis itu mematung ketika melihat tulisan tangan Jeno yang paling bawah. Jadi, selama ini Jeno juga suka kepadanya?
Dengan segera Haira memasukkan note itu ke dalam tas dan beranjak dari sana. Ia sempat mengumpat karena hujan tiba-tiba turun membasahi jalanan.
Haira melirik jam tangannya yang hampir menunjukkan pukul tujuh malam, sial tidak ada kendaraan umum yang lewat jam segini. Akhirnya ia memutuskan untuk berlari menerobos hujan, berpayungkan jaket OSISnya. Untung saja jaket itu kedap air sehingga kepalanya terlindungi dari derasnya hujan.
Gadis itu terus berlari menyusuri jalanan yang mulai gelap hingga langkahnya terhenti di depan rumah Jeno. Selain ingin mengembalikan buku catatan yang tertinggal, ia juga ingin menanyakan kejelasan tentang hal yang ditulis lelaki itu.
"Rumah Jeno kok rame banget? Ada acara apa ya?" gumam Haira. "Masuk nggak ya?"
Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Betapa terkejutnya ia saat melihat Eric, Dema, bersama teman-teman OSISnya ada di dalam.
"Loh, kalian kok disini? Ada acara apa? Kok nggak ngajakin gue?" tanya Haira.
"Jeno.. dia.." Dema menggantungkan ucapannya.
"Jeno kenapa?" tanya Haira.
"Jeno meninggal," ucap Eric pelan.
Note yang ada di tangan Haira jatuh begitu saja ketika mendengar ucapan Eric.
"Kok bisa? Kemarin dia masih baik-baik aja kok," ucap Haira.
"Sebenarnya Jeno punya penyakit kanker dan dia nutupin itu semua dari kita," jelas Eric.
Spontan Haira menutup mulutnya menggunakan tangan, tak menyangka jika kenyataan akan sepedih ini. "Sekarang Jeno dimana?"
"Di dalem," balas Dema.
Dengan langkah gontai, Haira masuk ke dalam dan melihat sebuah peti besar yang ada disana. Dunia seakan berhenti berputar ketika melihat sosok yang terbaring disana, lengkap dengan setelan jas rapi. Meski sudah tak bernyawa, lelaki itu masih tetap terlihat tampan di matanya. Pujaan hatinya, cinta pertamanya kini telah pergi. Air mata tak henti-hentinya menetes di pipi, terlebih melihat senyum tipis yang terukir di bibir Jeno.
"Jeno.." lirih Haira. "Kenapa lo pergi secepet ini?"
Gadis itu terduduk di lantai karena kakinya terlalu lemas untuk menopang tubuhnya. Ia memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya disana untuk meredam suara tangisannya. Ingin sekali ia berteriak dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai Jeno. Diam-diam ia berdoa pada Tuhan agar segera mempertemukannya kembali dengan Jeno di kehidupan selanjutnya.
"Selamat beristirahat, Jenoku."
~End~
Kepergianmu membawa duka bagi semua orang, menggoreskan luka di lubuk hati terdalam. Tak ada yang lebih menyakitkan selain melihat mata cantik itu tertutup rapat dengan tubuh yang terbujur kaku.
Mengingat bagaimana kejamnya dunia menghakimimu, kini kau sudah tertidur lelap tanpa beban sedikitpun. Rasa sakit yang sering dirasakan pun berangsur-angsur sirna tergantikan pelukan hangat oleh sang pencipta. Satu hal yang perlu kau tau bahwa kami menyayangimu, Jeno Pradipta✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Apple
Fanfic"Sayang nggak sih kalo makhluk ciptaan Tuhan seganteng gue ini cepet mati?" Start: 17 Juni 2021 ©mahasantidevi, 2021