22. You're Strong🍎

335 21 0
                                    

H-seminggu OSN, Jeno belajar dengan mati-matian. Belum lagi urusan Porseni yang membuat pusing tujuh keliling. Ia memang mempunyai banyak anggota di OSIS, tapi tetap saja tanggung jawab berada di tangan ketua.

Pukul 5 sore, Jeno baru keluar dari dalam kelas bersama guru yang membimbingnya untuk persiapan OSN. Sekolah sudah sepi mengingat semua siswa sudah pulang, Nadia juga sudah pulang lebih dulu dijemput oleh Jeff. Awalnya gadis itu bersikeras untuk menunggu Jeno sampai selesai bimbingan, tapi Jeno tentu saja melarangnya karena tak ingin membuat adiknya itu menunggu terlalu lama.

Jeno berjalan sendirian di koridor menuju ruang OSIS. Selesai bimbingan, ia harus memimpin rapat untuk membahas Porseni. Lelah sekali, tapi mau bagaimana lagi?

Langkah Jeno terhenti ketika mendengar suara tangisan yang berasal dari dekat gudang. Karena penasaran, ia pun mencari asal suara tersebut.

Di dekat gudang, Jeno dapat melihat adik kelasnya yang sedang menangis tersedu-sedu dengan seorang lelaki yang berdiri dengan angkuh di hadapannya.

Jeno menghampiri mereka. Ia langsung melepas jaket yang dikenakannya ketika melihat seragam adik kelasnya yang sudah robek, hingga mengakibatkan dada gadis itu terekspos dengan jelas.

Jeno menutupi dada gadis itu menggunakan jaketnya, "Lo nggak apa-apa?"

Gadis itu tak menjawab, ia masih menangis sesenggukan.

"Heh, nggak usah ikut campur urusan gue deh!"

Jeno berdiri dan menatap nyalang lelaki yang ada di hadapannya. "Ini masih di area sekolah. Nggak malu?"

"Ngapain malu? Gue sekolah disini bayar kok."

"Sekolah ini nggak butuh duit dari cowok brengsek kayak lo!"

"Bangsat!!"

Buggh!!

Satu pukulan mendarat sempurna di wajah Jeno, membuatnya langsung tersungkur ke tanah. Jeno hendak bangkit, tapi kepalanya terasa berputar hingga ia tak mampu untuk berdiri.

"Gaya doang selangit, baru satu pukulan udah teler, haha!"

Lelaki itu menarik kerah seragam Jeno dan mendaratkan pukulan bertubi-tubi di wajah Jeno.

"KEPARAT!!" samar-samar Jeno mendengar suara Eric, ia harap ini bukan mimpi.

Buggh!!

Buggh!!

"Kak, bangun kak!"

Suara-suara itu silih berganti berdengung di telinga Jeno, tapi rasanya ia sulit sekali untuk membuka mata karena rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.

"Bangsat!! Berani-beraninya lo nyakitin temen gue!!"

Buggh!!

Buggh!!

"Kak, bangun. Aku mohon.."

Akhirnya dengan susah payah Jeno berhasil membuka kedua matanya.

"Kakak bisa denger aku?" tanya gadis itu.

Jeno mengangguk lemah.

Kemudian gadis itu membantu Jeno untuk mengambil posisi duduk. Ia mengambil sebotol air dan diberikan pada Jeno. "Minum dulu, Kak."

Jeno mengambil air itu dan meminumnya sedikit.

"Makasih udah nyelametin aku. Aku nggak tau gimana jadinya kalo kakak nggak dateng barusan," ucap gadis itu.

Lagi-lagi Jeno hanya mengangguk.

"Maaf, Kak. Gara-gara aku, kakak jadi kayak gini."

"Nggak apa-apa," balas Jeno.

"Kak Jeno ini kakaknya Nadia kan?"

"Iya."

"Nadia temen sekelasku, Kak. Biar aku kasi tau dia ya?"

"Jangan, nggak usah."

"Oh gitu.. yaudah deh."

"Lo nggak apa-apa kan, No?" tanya Eric yang sudah selesai menghajar lelaki tadi dan langsung membawanya ke ruang guru.

"Nggak apa-apa," balas Jeno pelan.

Eric berjongkok di hadapan Jeno dan meneliti wajah lelaki itu. "Memarnya parah juga, No. Ayo ke UKS."

Akhirnya Jeno pun digiring ke UKS oleh Eric beserta adik kelasnya itu.





...





"Wow, habis berantem ya?"

Langkah Jeno terhenti ketika mendengar suara sang ayah. Jantungnya berdegup tak karuan ketika suara langkah kaki itu kian mendekat.

Arga menarik kasar dagu Jeno dan meneliti wajah putranya yang lebam di sana-sini. "Hebat, H-seminggu OSN masih bisa berantem."

"J-Jeno nggak berantem, Pa."

"Terus ini apa?! Udah ada bukti masih aja ngelak!!"

"I-ini.. ini.. Jeno dipukulin temen.."

Arga tertawa, "Ya, itu namanya berantem kan?"

Jeno menggeleng pelan.

Plakk!!

Satu tamparan cukup keras mengenai pipi Jeno. Lelaki itu meringis sembari memegangi pipinya yang terasa perih.

"Papa kira kamu udah berubah, tapi ternyata Papa salah. Masih aja bandel, masih aja suka berantem."

Jeno berlutut dan memeluk kaki sang ayah. "Maafin Jeno, Pa. Tolong jangan pukul Jeno.. Seminggu lagi udah OSN, Jeno nggak mau buang-buang waktu di rumah sakit."

"Terus, kamu kira berantem sama temenmu itu nggak buang-buang waktu hah?!"

"Jeno minta maaf, Jeno janji nggak akan berantem lagi."

"Cih, kamu kira Papa bakal percaya sama janji-janji palsumu itu?!"

"Maaf, Pa. Kalo Jeno ketahuan berantem lagi, Papa boleh bunuh Jeno saat itu juga."

"Bener?" tanya Arga.

Jeno mengangguk pasti.

"Oke, Papa pegang omonganmu. Sana masuk kamar."

"Makasi, Pa," ucap Jeno kemudian segera menuju kamarnya.

Jeno menatap pantulan dirinya di cermin, ia tertawa melihat wajahnya yang terlihat buruk sekali.

"Mati lebih baik."

"Jangan. Pikirkan orang-orang di sekitarmu."

"Orang-orang di sekitar yang mana? Maksudmu ayahku yang biadab itu?"

"Sebenarnya ia sangat menyayangimu."

"Cih, terlalu sayang sampai ingin melihatku mati."

Suara-suara aneh itu bergema di kepala Jeno, saling bersahutan dan berusaha menjatuhkan satu sama lain.

"CUKUP!!" teriak Jeno frustrasi.

Jeno benar-benar lelah dengan semua ini. Ia melirik pisau yang ada di atas meja. Perlahan tangannya meraih benda tajam itu. Hidupnya memang tidak lama lagi, tapi ia ingin mati sekarang juga.

Jeno menempelkan pisau itu di atas nadinya, dipastikan dalam sekali gesekan dirinya hanya tinggal nama saja. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam lalu memejamkan matanya. Dalam hitungan satu.. dua.. ti-

"Kak Jeno, jangan tinggalin Nadia." Suara itu tiba-tiba saja berdengung di telinga Jeno secara terus-menerus.

Jeno menjatuhkan pisau yang ada di tangannya kemudian kembali menatap wajahnya di pantulan cermin. Setitik air mata jatuh begitu saja di pipinya.

"J-Jeno kuat, Jeno harus bertahan," ucapnya di sela-sela isakannya.

Akhirnya lelaki itu terjatuh, meringkuk di atas dinginnya lantai ditemani isakan-isakan menyedihkan yang memenuhi seluruh kamarnya.

🍎🍎🍎














To be continued...

Sweet AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang