Banyak yang kenal, cantik, anak cheerleaders, suka make up, fashionista. Seperti itu kan ciri pemeran antagonis di novel atau film?
Harinsha Hapsari, bukan bermaksud sombong, tapi banyak yang bilang kalau dia cantik. Meskipun bukan anak cheers tapi dia seorang anggota Dance Club, eskul yang banyak dipandang rendah karena katanya terlalu menontonkan tubuh, menggoda, atau apalah itu.Bukan Harin namanya kalau sampai memikirkan hal sepele itu, selama ia bisa menikmati apa yang ia lakukan, ia tak peduli kata orang. Sifat yang menguatkan pandangan orang bahwa dia benar tokoh antagonis novel itu.
"Duluan ya," ucap Harin setelah mengikatkan jaket pada pinggangnya. Ia menyampirkan ransel pink fanta pada sebelah bahunya kemudian berjalan keluar.
Harin merentangkan tangan dan menghirup udara dalam. Udara sore yang menyegarkan bagi dia yang baru saja bercucuran keringat dan kehilangan banyak tenaga.
"Jangan lupa latihan," suara Fanya mengintrupsi. Dia ketua DC sekaligus kakak kelasnya.
"Awas kalo lo nggak bisa imbangin yang lain, gue gebukin tuh si Alvaro yang main bawa lo ke Bali aja padahal bukan waktunya liburan."
Harin hanya menyengir, paham akan kesalahannya yang 3 hari tak masuk padahal DC tengah sibuk-sibuknya latihan karena ulang tahun sekolah yang sebentar lagi.
"Udah ya gue duluan, nyokap udah lama nungguin."
Fanya menepuk-nepuk pundak Harin sebelum berjalan cepat ke arah parkiran. Sementara Harin langsung berjalan ke arah gerbang, menununggu bis di halte depan.Harin biasanya pulang bersama Alvaro, namun karena hampir setiap hari harus latihan dulu, ia tak mungkin membuat Alvaro menunggu. Jadi mau tak mau transportasi umum solusinya.
"Harinsha!"
Harin kontan berhenti dan menoleh. Sebuah motor sport menghampiri dengan kecepatan rendah.Artha.
Gumam Harin dalam hati ketika orang itu membuka helmnya. Jangan dulu berpikir mereka saling kenal, Harin tahu tentang cowok itu karena Pak Rahman yang sering memberi wejangan di depan kelas."Jangan ngikutin si Artha, mau masa depannya suram. blablabla...."
"Mau kamu seperti Artha? Yang dari ujung kepala sampai ujung kaki blabla...."
Hingga salah satu teman DCnya pernah bilang "Tuh Rin yang namanya Artha, yang famous 'kebanggaan sejati' Pak Rahman." ucapnya sambil tertawa.
Berkat itu Harin tahu bahwa yang di depannya ini Artha tanpa perlu kenalan lebih dulu.Mungkin bisa dibilang satu sekolah kenal Artha sih. Berkat kebadungannya, cowok itu berhasil 'memikat hati' Pak Rahman hingga mengiklankannya secara gratis pada setiap kelas.
"Ada apa?"
Mengingat ini pertemuan pertama, tak mungkin cowok itu menghapirinya hanya untuk sekedar menyapa.Namun bukannya menjawab, cowok itu malah memperhaikan Harin dari ujung kaki sampai kepala. Harin pun dibuat waswas.
Kenapa? Ada yang salah dengan penampilannya? Harin hanya memakai celana training dan kaos polos putih. Ini sopan kok."Lo seriusan Harinsa Hapsari bukan?" tanya Artha dengan menatap ponsel dan Harin bergantian.
"Iya gue, ada apa?" Harin sedikit merasa kesal.
Sementara cowok di depannya memasukkan ponsel dan kembali memakai helm. Tunggu! Jangan bilang kalau dia menghampiri Harin hanya untuk memastikan nama saja?
"Kalau pake filter itu jangan kebanyakan, susah nyarinya kalo lo diculik."
Mulut Harin menganga, sementara bagian bawah mata sebelah kirinya berkedut. Filter?
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario [Tamat]
Teen FictionArtha kalah taruhan, temannya memaksa ia untuk mengantar-jemput seorang cewek yang sering mereka stalk di Instagram sebagai hukuman. Cewek itu Harin, yang Artha lihat dari postingannya saja cewek itu sudah punya gandengan. Menuruti keinginan Satya...