"Lo ngapain di sini?" tanya Harin menatap heran pada Artha, iya Artha Nawasena. Si Kang Ojek gadungan yang berlagak menjadi aktor di bawah lampu jalanan.
"Ngapain hah? Diem di depan rumah orang, mau nyolong lo?"
Tak bisa dipungkiri kekesalan karena cowok itu yang tak ada ketika pulang sekolah tadi menjadi kompor untuk Harin berkata ketus sekarang."Lo ke mana aja? Gue teleponin nggak diangkat-angkat."
Harin mengernyit, sedikit tak terima dengan nada nyolot Artha. Tak punya kaca ya? Harusnya kan Harin yang marah! Dia yang membuat Harin menunggu! Membuat Harin menolak ajakan teman-temannya yang akhirnya malah pulang sendiri!
"Lo yang ke mana? gue DM nggak dibales-bales!"
Sekarang Artha yang mengernyit bingung, "Kapan lo DM?"
Harin ingin sekali tertawa keras. Berjam-jam Harin menunggu balasan dari cowok itu dan dia bilang tak ada DM darinya?
Tuhan.... Kenapa juga Harin melakukan hal se-tak berguna itu."Nih lo buka sendiri, nggak ada DM dari lo." Artha menunjukkan layar ponselnya, dan memang tak ada chat apa pun. Ini aneh.
"Dari tadi gue telepon lo nggak diangkat, makanya gue ke sini," jelas Artha yang intonasinya bisa dikatakan normal. Tumben. Kalau seperti ini Harin jadi segan untuk koar-koar.
"Mau ngapain lo nelepon gue?"
"Mastiin kalo lo baik-baik aja karena gue yang nggak bisa--"
"Hey! Lo pikir gue masih TK apa? Biar pun lo nggak jemput gue, bukan berarti gue nggak bisa pulang sendiri. Gue bukan orang dungu kali buat terus nungguin lo!"
Mungkin Artha ini manusia sejenis pematik api, dekat dengannya membuat Harin yang bersumbu pendek mudah meledak."Sorry...."
"Hn?" Harin menaikkan sebelah alisnya kaget. "Lo bisa minta maaf jug--Aaaa!"
Harin mengangkat tangannya. Ia lupa bahwa ia tengah memakan es krim yang kini sudah meleleh pada tangannya."Ah... Gara-gara lo nih gue jadi lupa."
Harin nyaris saja menjilati lelehan es krim sebelum otak warasnya menyadarkan untuk tidak melakukan tindakan yang akan membuat Artha ilfeel.
Meskipun ia juga tidak peduli Artha ilfeel padanya. Setidaknya di depan bangsa cowok Harin harus menjaga image."Ck! Bocah banget sih lo," cibir Artha yang membuat Harin mengepul seketika.
"Heh lo kenapa sih sewot banget sama gue perasaan. Terserah gue dong! Hidup-hidup gue. Lagian kalau lo nggak terima jadi tukang ojek gue, protes sama temen lo! Bukan sama gue yang nggak ngerti apa-apa."
Bablas sudah semua uneg-uneg yang sedari kemarin Harina tahan. Ini semua bukan keinginan Harin, bahkan bisa dibilang dirinya adalah korban dijadikan bahan taruhan. Setidaknya Artha tahu diri dong, bersikaplah baik pada Harin."Bawel!"
Hah?
"Buruan naik."
Ini Artha ngapain sih? Dia paham apa yang bausan Harin katakan tidak? Harin itu ingin Artha tak bersikap seenaknya!
"Nih!" Artha melempar jaketnya. Beruntung refleks Harin bagus hingga bisa menangkapnya dengan sebelah tangan.
"Bersihin tangan lo."
Harin yang belum bisa mencerna situasi hanya bisa menatap Artha dengan raut tanda tanya.
Artha pun berdecak dan menghela napas sebelum ia turun dan menghampiri cewek itu.
"Ngomong sama lo emang harus rinci dulu ya?" tanyanya seraya mengambil kembali jaketnya dari Harin. Tanpa diduga Artha meraih tangan kanan Harin kemudian membersihkan tangan itu dengan jaketnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario [Tamat]
Teen FictionArtha kalah taruhan, temannya memaksa ia untuk mengantar-jemput seorang cewek yang sering mereka stalk di Instagram sebagai hukuman. Cewek itu Harin, yang Artha lihat dari postingannya saja cewek itu sudah punya gandengan. Menuruti keinginan Satya...