17. Pernyataan^

247 40 1
                                    

Artha:

Lo ada waktu?

Harin membaca pesan Artha sekitar pukul 11 siang. Lagi, Artha mengiriminya pesan ketika tidur.

Harin:

Banyak

Artha:

Mau keluar?

Harin:

Jalan-jalan maksunya? Boleh.

Harin menggeliat seraya menguap, ia bangkit dari sofa yang sedari tadi menopang tubuh tak bernyawanya.
Harin menyentuh pipinya dan menarik sebuah sticky note dari sana. Ini pasti kerjaan Alvaro yang menyampaikan kalau cowok itu pergi keluar dan ... benar saja.

Harin menguap lagi, menggaruk rambut singanya sebelum bangkit dan berjalan ke rumahnya sendiri.

oOo

Harin memakai celana jeans putih dengan blus senada. Artha sempat mengejeknya, menyebutkan bahwa tak ada peringatan hari suci pada hari ini. Tapi bukan Harin namanya kalau tidak menjawab.

"Sengaja biar mata lo kebuka kalo kulit gue udah kembali ke semula."

Harin mengedarkan pandangannya. Di sini begitu ramai. Mulai dengan orang-orang dengan rambut berwarna pastel yang tengah trend, hingga yang memakai pakaian seperti hanbok atau kimono.

"Ini acara apa sih?"

Artha yang membawanya ke sini, dan selama di perjalanan cowok itu sama sekali tak menjawab tujuan mereka.

"Festival Korea."

"Korea?"

"Iya. Lo emang pernah bilang nggak terlalu suka Korea, tapi mumpung ada, nggak ada salahnya dicoba."
Setelah mengatakan itu, Artha menarik Harin mendekati sebuah stand.

"Biar lebih sah, kita pake pakaian tradisionalnya."

Dan mereka pun menyewa pakaian dari sana. Harin merasa ia seperti pemain-pemain dalam serial kolosal. Apalagi rambutnya juga ditata sedemikian rupa hingga sama seperti dandanan orang-orang yang sempat Harin temui tadi.

"Fotoin gue."
Harin menyerahkan ponselnya, ia setengah berlari mendekati spot foto yang sudah disediakan. Harin bergaya dengan lihai, sampai Artha pun mengomel.

"Rin, kita kesini bukan buat pemotretan kan?"

Sedikit mengerucutkan bibir, Harin menghampiri Artha dan meraih ponselnya. Ia menunduk dan mengamati hasil jepretan cowok itu.

"Gue udah mirip model gini, protes aja." Harin akui, jepretan Artha benar-benar bagus.

"Bukan gitu, kasian yang lain juga pengen foto di sana. Lagian banyak tempat yang belum kita liat."

"Ya ya ya...." Harin berujar malas tapi tetap mengikuti cowok itu ketika mulai berjalan.

"Ada es krim sama permen kapas, lo pilih yang mana?"

Meskipun namanya Festival Korea, bukan berarti tak ada jajanan di luar makanan khas negara itu. Contohnya di depan mereka ini, ada penjual es krim dan permen kapas yang bersebelahan.

"Ya pasti es krim."

"Karena?"

Harin berpikir sejanak. Padahal ia bisa saja menjawab karena dari dulu ia adalah seorang pecinta es krim.

"Dua-duannya manis, sama-sama bisa bikin mood naik. Tapi kalo misalnya permen kapas lo butuh minum, beda sama es krim," jelas Harin dengan sok berfilosofinya.

Skenario [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang