6. kenyataan yang menyakitkan

5 4 0
                                    

Guntur membuka pintu rumahnya dengan kasar.
Dirinya benar-benar marah sekarang.

"Guntur!"

Bentak Setya papahnya Guntur yang sudah berdiri didepan pintu sambil melipat tangannya.

Guntur menghela nafasnya lalu menatap Setya sekilas kemudian melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan papahnya yang kini nampaknya sedang marah.

"Berhenti Guntur! Papah lagi ngomong"
Cegah papahnya

Langkah Guntur seketika berhenti tanpa melihat wajah papahnya.
"Apalagi pah? Bukannya Vega udah ngadu semuanya ke papah?"
"Terus papah mau minta Guntur jelasin lagi? "

Papahnya kini menghampiri Guntur

"Papah udah bilang berapa kali sama kamu...jangan sekali-kali kamu nyakitin Vega!"

"Guntur udah muak pah,dia memperlakukan Guntur seenaknya."
"Guntur ga suka!"

"Apa susahnya kamu nurut sama papah,Guntur...?"
"Ini untuk kebaikan kita juga..."

"Kebaikan apa pah? Apa om Andi ga sadar kalo secara tidak langsung papah manfaatin dia melalui Vega?"

"Lancang kamu Guntur!!"
Plak

Satu tamparan keras berhasil mendarat mulus diwajah Guntur.
Bukan...bukan...
Ini yang kedua kalinya setelah tamparan dari Vega.

Tubuh Guntur goyah dan sempat terdorong karena tamparan yang diberikan papahnya cukup keras.
Membuat salah satu sudut bibir Guntur berdarah dan memar.

"Lakuin apa aja yang papah suka..."
Pungkas Guntur yang berusaha terlihat tegar dan berlalu pergi meninggalkan papahnya.

Gunturpun naik ke lantai dua...
Tepat disana adalah kamarnya

Bug!!

Guntur menutup kasar pintu kamarnya dan membantingkan tubuhnya keatas kasur.

Membiarkan matanya terpejam untuk sesaat bahkan jika boleh Tuhan membiarkan matanya terpejam untuk selamanya.
Karena untuk sekarang dirinya dalam situasi yang tidak baik...dimana dunia tak pernah berpihak padanya lagi.

Terasa perih karena tamparan yang diberikan papahnya sendiri membuat Guntur tak bisa memejamkan mata dengan tenang.
Tangannya meraih luka itu yang terasa sangat perih jika disentuh.

Kemudian dia terduduk dari tidurnya.
Lalu matanya menangkap pigura yang berisi foto dirinya yang tengah merangkul seorang perempuan paruh baya yang tak lain dia adalah ibunya.
Tak lama kemudian perlahan langkah kakinya menuju meja kecil disebelah kasur dan mengambil foto tersebut.
Didetik berikutnya Guntur mengelus foto itu perlahan.
Rasanya ingin menangis namun entah air matanya tak keluar.

Ada rasa rindu pada ibunya yang melekat didalam dirinya.
Sudah beberapa hari belakangan ini Guntur tidak pergi menjenguk ibunya di salah satu rumah sakit jiwa yang ada di kota Kriya.
Ratih,ibunya Guntur sudah mengalami gangguan kejiwaan selama kurang lebih dua tahun yang lalu.

....

Jam di dinding kamarnya sudah menunjukan pukul lima sore.
Gunturpun pergi kekamar mandi dan hendak membersihkan badannya.

Ketika Guntur sedang mengguyur dirinya dibawah shower.
Pikirannya tiba-tiba teringat kembali tamparan dari Vega dan tamparan keras yang kedua kalinya dari papahnya sendiri.
Dia benci itu...
Kemudian dengan spontan Guntur menonjok dinding kamar mandi.

Sekilas tentang perempuan yang bersama Guntur di mall :
Stela Vega Andiyani putri seorang pembisnis sukses yang bernama Andi Cahyandi yang bersahabat dekat sekaligus rekan papahnya Guntur.
Vega ini tidak bersekolah layaknya anak lain,dia melakukan home schooling karena penyakit ginjal kronis yang dideritanya,membuat tubuhnya menjadi sangat lemah ketika beraktivitas lebih.

For A Thousand YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang