31. terungkap

4 1 0
                                    

Hari minggupun yang dinanti-nanti Mega akhirnya tiba.Sambil tak henti-hentinya bergaya dicermin Mega sesekali merapikan kembali rambutnya yang terurai.Tak lupa satu kali polesan lipbalm dibibirnya agar terlihat lebih segar.
Perlahan tangannya meraih kenop pintu kamarnya dan keluar dari kamarnya yang kemudian kembali menutup pintu kamarnya.Hidungnya menciumi angin segar yang memiliki wangi khas ruangan rumahnya yang dihasilkan dari pewangi jeruk semprot otomatis.

Disana ada Adie dan Kokoh Jamal yang nampaknya tengah menikmati kopi hitam didepan sambil berbincang-bincang yang membuat mereka akhirnya tertawa.
Mega berdiri menatapnya sebentar melihat baik-baik agar diingat dalam memorinya penampakan langka itu.
Adie yang sibuk bekerja diluar negeri jarang sekali berkumpul dengan keluarga kecilnya.

Mega melangkah perlahan menghampiri mereka lengkap dengann tas slempang,menandakan sudah siap berangkat.

"Pah,Koh! Mega hari ini mau keluar ya"

Adie yang semula menyeruput kopi hitamnya itu perlahan menengok melihat anaknya yang berdiri dengan senyumnya.

"Mau kemana?"
"Papah anter"
Kata Adie yang sudah siap hendak berdiri mengambil kunci mobil.

"Engga usah pah,Mega udah pesan gojek ko"
Tolak Mega yang langsung menghampiri kokoh Jamal dan menyalaminya.

"Date?"
Tanya Adie tiba-tiba lalu menyamankan duduknya kembali sambil tersenyum jail menatap wajah anaknya yang diam.

"Tugas sekolah pah!"
Jelas Mega yang langsung bergantian menyalami Adie.

"Yaudah....Mega pamit ya koh,pah,,assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

.....

Akhirnya Mega tiba ditempat tujuan dengan alamat yang dikasih Bima kemarin malam.
Dia turun dari motor abang gojek kemudian memberinya ongkos sesuai tarif,,tak lupa juga memberikan bintang.

Setelah itu Mega melangkah masuk kedalam area rumah dengan melewati gerbang besar yang terbuka begitu saja.Rumah yang cukup besar dan mewah menurut Mega,karangnya begitu lega cocok untuk tempatnya bermain dengan Jiji.

Degup jantung begitu terasa berpacu cepat sekali dua kali lipat dari biasanya ketika kakinya menginjakan di ubin rumah bak istana itu.
Dengan modal pegangan pada dadanya,Mega menghela nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya yang kegugupan.Perihal menyatakan cinta yang terus menerus selalu mendapat penolakan,Mega nampaknya tak peduli lagi itu.

Rasanya bercampur antara senang dan gugup ketika dalam bayangan Mega akan bertemu dengan calon mertuanya.

Tangan mungilnya perlahan meraih bel dipinggir pintu besar berwarna cokelat itu.Satu kali pencet tangan Mega rasanya tersetrum listrik jutaan folt,ia pun langsung meniup tangannya.
Dia mengkerutkan dahinya heran karena masih belum ada yang menyaut.

Mega menatap ponsel yang sedari tadi digenggamnya dan berniat untuk menghubungi Guntur hanya untuk sekedar memberitahu dia jika ia sudah ada diluar.
Mega memukul kepalanya sambil merutiki ide anehnya dan seketika bayangan tentang Guntur yang akan berpura-pura sedang tak ada dirumah,atau usiran kasar dari Guntur yang bisa saja terjadi.

Mencoba dan terus mencoba,itulah yang tengah dilakukan gadis itu demi bisa masuk kedalam istana pangerannya.Mega memiliki sedikit rasa kegugupan namun tekadnya untuk bisa masuk kedalam sana menjadi pendorongnya untuk terus mencoba.Seperti yang sedang ia lakukan yaitu berjuang mendapatkan pengakuan tulus dari seorang yang susah ditaklukan yaitu Guntur,,bahkan ia mengotot tak ingin ada seorang pun yang bisa menghentikannya untuk mencintai Guntur.

Mega sedikit tersentak kaget ketika akhirnya seseorang datang untuk membukakan pintu besar itu.Namun,didetik kemudian wajah kagetnya berubah menjadi wajah sumringah penuh kebahagiaan karena seseorang yang tengah sukarela membuka pintu itu adalah Guntur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For A Thousand YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang