Miss

1.9K 248 9
                                    

Sambil duduk diatas kursi hitam tempat nya belajar dan bekerja, Baek kyung memijat pelipis kananya pusing.

Awalnya hanya karena lelah membaca dan memyalin beberapa hal yang perlu dari buku catatan Namju yang ia pinjam untuk ujian percobaan yang akan mulai dilaksanakan 2 minggu mendatang, namun kemudian gaduh kedatangan Aera menambah pening dikepala.

Lihatlah bagaimana gadis itu sudah berdiri membelakangi jendela setelah merebut buku Namju yang katanya akan dijatuhkan dari atas balkon kalau Baek kyung tetap menatap buku Namju acuh padanya.

Baek kyung tak seserius dan sepintar Namju yang selalu menempati urutan nomor satu rangking sekolah, namun Baek kyung serius untuk hidupnya, untuk masa depan dan setiap hari yang ia lalui akibat dari didikan keras sang Ayah dan ingatan-ingatan kecil dari suara lembut sang ibu ketika terbaring sakit dibangsal rumah sakit yang bilang akan selalu melihat meski ia tak berpijak dimuka bumi.

"Come on, kau tidak akan jatuh menjadi yang terakhir tanpa belajar sekalipun"

Baek kyung berdecih, "tentu saja, aku bukan dirimu" katanya, membuat Aera manyun-manyun. Baek kyung tak habis pikir oleh Aera yang terus mengganggunya dari waktu ke waktu, dari Korea, Kanada sampai kembali lagi ke Korea.

"Tapi Aera-yah--"

"Masih tapi lagi?!"

Baek kyung mengangkat kedua tangan sebagai lambang menyerah, memaksa pantatnya bangkit meraih coat tebal abu miliknya tak ingin memperpanjang perdebatan.

"Yessss!!!!"

Aera tersenyum menang mengekori Baek kyung setelah membuang buku Namju diatas kasur Baek kyung asal, menempel seperti anak kucing manis pada Baek kyung yang luluh dan selalu mengalah padanya untuk apapun.

"Om-Tante, aku pinjam Baek kyung!"

Ibu Baek jin hanya tersenyum singkat sewaktu melihat sekelabat bayangan keduanya tanpa menyauti dan Ayah Baek kyung yang menggeleng diatas meja makan dengan selembar koran ditanganya.

"Kapan dia akan dewasa.."

"Dia mungkin akan menangis dialtar melihat Baek kyung dan Danoh nantinya..." ucap Ibu Baek Jin, selesai mengoleskan selai kacang untuk suami yang kemudian memakannya dengan senang hati.

"Mungkin saja, mereka sudah seperti anak kembar" saut Ayah Baek kyung setelah mengunyah habis satu gigitan yang ia ambil.

"Apa dia belum memiliki kekasih?" Ayah Baek kyung menutup koran setelah pertanyaan sang istri membuatnya sedikit berpikir.

"Tidak tahu, tapi bagaimana dia bisa memiliki kekasih jika masih menempel dengan Baek kyung seperti itu" jawabnya kemudian

"Kenapa tidak coba kau dekatkan dengan Jin"

"Ooh.. kenapa aku tidak berpikiran sejauh itu"

"Jawabanya tidak!"

Entah muncul dari arah mana, Baek Jin sudah berdiri disamping salah satu kursi mengelilingi meja makan mencomot selembar roti tawar melahapnya tanpa basa-basi setelah menjawab percakapan kedua orang tua yang tak sengaja ia dengar.

"Hyung dan noona saling mencintai, karena itu tidak ada masalah apapun sewaktu dijodohkan. Tapi yah, aku akan mencarinya sendiri, untukku"

Ayah Baek kyung hanya tertawa kering Baek Jin berlalu setelah tegas menolak untuk dijodohkan.

"Mau kemana di hari minggu?!" Ibu Baek jin berteriak menyadari keanehan karena biasanya putra tampan nya itu hanya akan mengurung diri didalam kamar dihari minggu.

"Posesif" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang