Hari (Sial)

1.8K 215 3
                                    

"Motor siapa?" tanya Danoh sembari menepuk jok motor yang dibawah Baek kyung, Merasa aneh dan ngeri melihat bentuk besar, warnanya yang hitam dan mesin-mesin nya yang mengkilap, "Tahun depan kau akan berusia 20, sudah telat untuk memberontaknya, kau hanya akan membahayakan nyawamu" tutur Danoh.

Baek kyung yang baru saja melepas helm tertawa kecil. "Siapa yang mau berontak, sayang. Kebanyakan nonton drama sih" jawabnya riang.

Danoh berdecih, mengitari motor besar itu tak berkedip teringat Namju yang juga pulang-pergi sekolah menaiki kendaraan roda dua tak jauh berbeda dengan milik Baek kyung itu.

"Dia teman baikku" jelas Baek kyung lebih lanjut, ikut menepuk body motor yang dikatakan teman baiknya itu dengan bangga, "banyak yang perlu untuk diurus jadi memerlukan waktu lebih lama untuk sampai di Korea"

"Jadi ini punyamu dari Kanada?"

Baek kyung mengangguk, "iya"

"Kau menaikinya setiap hari?"

"Iya"

Danoh tak sempat mengomeli lebih banyak ketika Oh Namju datang, memarkir motornya tepat disisi milik Baek kyung.

Danoh mendecak, menggeleng sambil menutup telinga oleh suara bising yang ditimbulkan sementara dua pria itu kemudian saling melempar tatapan dan senyum.

"Bagaimana?" tanya Baek kyung, Namju turun dari motornya dan mengangkat jempol. "Lumayan" katanya.

"Secantik yang kukatakan kan?" tanya Baek kyung lagi tak puas oleh jawaban lumayan itu.

Disuruh menjawab, Oh Namju tegak berdiri, kedua matanya lurus membingkai tubuh mungil Danoh dan motor besar milik Baek kyung berada disisi, "ya, lebih cantik dari tunanganmu" katanya cengengesan.

"APA KATAMU!"

Baek kyung ikut meringis sewaktu Danoh dengan keji menendang lutut Namju hingga pria itu hampir berlutut di tanah.

"Aigo, siapa yang menyuruhmu menyakiti diri sendiri dipagi hari" kata Baek kyung tak mau tahu. "tentu saja dia jauh lebih cantik bagiku, sayang, ayo ke kelas"

Namju yang masih memegangi lututnya kosong di tempat, Baek kyung merangkul Danoh pergi meninggalkannya begitu saja.

"Bwee"

Danoh masih sempat menoleh kebelakang, menjulurkan lidahnya mengejek melengkapi kesialan Namju dipagi hari.

--

"Akh-punggungku sakit sekali"

Saemi merenggangkan punggunya lelah selama hampir tiga jam terjebak dalam kesunyian kelas setelah guru memberi titah belajar sendiri dengan tenang, lalu pergi bagai angin tak kunjung kembali hingga bel istirahat berbunyi.

"Aku tidak tahu kenapa semua orang menjadi sangat kompetitif, Padahal kan cuma ujian percobaan. Lagi pula juga bakal sia-sia karena Namjuku yang akan tetap jadi yang pertama" tandas Saemi kembali, mengamati satu persatu siswa yang keluar dari kelas menuju kafetaria atau ketempat manapun untuk mengistirahatkan fisik juga mental yang kelelahan.

"Aku lapar" rengek Danoh, berbeda dengan Saemi yang melalui tiga jamnya meronta ingin kebebasan didalam hati, Danoh sibuk mengagumi buku catatan Baek kyung yang lengkap hasil begadang sepanjang hari bahkan melewati weekend mengejar ketertinggalan.

"Saemi-yah, aku lapar" Danoh masih merengek, menarik-narik ujung seragam Saemi bagai anak kecil meminta gula-gula pada sang Ibu.

"Terlambat Danoh-yah, kita tidak akan mendapatkan kursi dan aku benci mengantri" balas Saemi menatap arloji dipergelangan tanganya.

"Posesif" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang