Epilog

3.4K 250 34
                                    

Cuaca Seoul sangat buruk akhir-akhir ini. Hujan turun dengan sangat lebat sejak pagi dan tak berhenti sampai sore menjelang membuat basah seluruh ruas jalanan disegala penjuru.

Baek kyung membuka pintu apartemen tepat pukul sembilan malam bersama penat efek cuaca dan pekerjaan. Kedua mata pria berusia 27 tahun itu menyipit tak menemukan siapapun didalam apartemen saat memandang sembari membuka sepatu kemudian menempatkannya ketempat semestinya.

"Sayang.... " suara lelahnya dipaksakan untuk keluar memanggil sang istri yang beberapa saat kemudian menyauti dari dalam kamar dengan suara nyaring namun sampai sedikit lemah pada Baek kyung didepan pintu.

"Ya tuhan!!"

Jantung Baek kyung hampir saja putus dari tempatnya menemukan sang istri tegak berdiri diatas kursi dengan kedua tangan berusaha menggapai sesuatu yang tak ia tahu diatas lemari.

"Sayang, Apa yang sedang kau lakukan?!"

Diturunkannya tubuh sang istri yang hanya memerkan deretan giginya dengan hati-hati. Menatapnya keatas dan kebawah, memutar tubuhnya kekanan dan kekiri memastikan wanita itu baik-baik saja tanpa luka sedikitpun sebelum kemudian menyentuh perut sang istri yang kian membesar dengan perasaan lega.

"Aku sedang mencari album foto kenangan sekolah kita, tapi aku tak menemukannya dimanapun" ucap istrinya nampak sedih dengan pandangan kembali terpaku keatas berharap benda yang dicari sungguh ada disana.

"Bisa menungguku pulang dulu kan?! sayang, bagaimana bisa kau naik keatas seperti itu! Kau hampir membuatku serangan jantung" Baek kyung menggerutu, menarik wajah Danoh untuk menghadapnya.

"Maafkan aku. Tapi aku sudah sangat berhati-hati" ucap Danoh menyentuh lengan Baek kyung berusaha membela diri, "Sungguh sayang, aku tidak berbohong"

"Ya sudah. Duduk disana, aku akan mencarinya"

Eun Danoh tersenyum dan mengangguk, menepi gembira lalu duduk diatas kasur memandangi sang suami yang masih dalam setelan kerjanya dengan tangan bagai galah berhasil menggapai album besar foto kenangan yang hampir berusia 7 tahun itu sampai ditanganya.

"Sungguh ada disana.. Terima kasih" seru Danoh sembari mengecup pipi kanan Baek kyung sumringah.

Baek kyung tentu saja ikut tersenyum. Meski sang istri sering membuat sakit kepala dengan beragam permintaan-permintaan anehnya, senyum Danoh dan bayi dalam kandungannya menyingkirkan segala penat dan beban yang dirasa Baek kyung diatas pundaknya.

Setiap hari yang Baek kyung lalui mengajarkan segalanya. Ayah Danoh mendidik dan memperlakukannya dengan baik selayaknya menantu dan anak kandungnya sendiri, menegur atas kesalahannya dan memuji ketika ia berhasil mengatasi kesalahan itu.

Baek kyung berjongkok didepan Danoh, mencium perut buncitnya sekali lalu mengusapnya seperti sebuah rutinitas yang akhir-akhir ini digemari olehnya.

"Aku tidak sabar melihatnya" gumam Baek kyung, benar-benar gemas untuk segera melihat dengan kedua matanya sendiri seperti apa rupa dari sosok anak pertamanya nanti.

"Kau yakin tidak ingin tahu laki-laki atau perempuan anak kita?" Tanya Danoh untuk yang kesekian kalinnya.

Baek kyung tetap menggeleng, kekeuh pada pendiriannya untuk tidak melakukan USG meski membuatnya penasaran setengah mati apakah seorang pangeran atau putrikah yang akan hadir dikehidupannya 2 bulan lagi.

"Tidak masalah laki-laki atau perempuan, aku akan sangat bahagia karena dia adalah anak kita"

Danoh mengacak rambut suaminya dan tertawa, ucapan Baek kyung membuatnya sangat bahagia meski ia sesungguhnya tahu Baek kyung menginginkan seorang putri lebih dari apapun.

"Posesif" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang