Baek kyung menunggu lama untuk kedatangan Danoh yang hanya mengabaikannya dan berlalu begitu saja menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya.
Baek kyung lantas menengadah, menenangkan lebih dulu kemelut dalam benaknya. Dulu Baek kyung sering mendapatkan keluhan tentang sikap Aera dari teman-teman nya di Kanada yang menjadi titik puncak awal dari semuanya terjadi.
Mereka bilang Aera seperti inilah, seperti itulah, Baek kyung baru mengerti maksud mereka setelah mengalaminya secara langsung. Ini membuatnya frustasi, harusnya ia bertindak lebih tegas setelah malam pengakuan Aera waktu itu, bukan malah membercandainya dan berpikiran dangkal bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aera akan mengerti, mereka hanya teman, tempat berbagi keluhan dan berbagi cerita nostalgia jaman dahulu, kala bosan dengan kehidupan dunia yang semakin kacau dijaman sekarang.
Baek kyung kini hanya dapat menatap nanar tubuh kecil Danoh yang kemudian hilang tenggelam dibalik pintu. Bukan Baek kyung tak ingin mengejar, namun sesuatu yang lebih besar harus lebih dulu diatasi olehnya. Melihat Ayah Danoh sendiri yang menjemput putrinya dari sekolah, Baek kyung tahu permasalahan ini bukan lagi hanya sekedar masalah kecil antara ia dan Danoh, melainkan masalah antara keluarga mereka.
"Duduk"
Ayah Danoh mengendurkan ikatan dasi melilit lehernya dengan satu tangan sementara satu tangan lainya memberi isyarat Baek kyung untuk duduk.
Baek kyung mengangguk, menelan ludah cemas mendapat tatapan tajam
dari Ayah Danoh seolah ingin menelannya hidup-hidup."Maafkan aku"
Baek kyung sedikit berdiri dan membungkuk untuk meminta maaf, melakukannya sebanyak tiga kali sebelum kembali duduk menghadap ayah Danoh dengan sopan.
"Kyung-ahh" Ayah Danoh menghela nafas panjang hanya setelah memanggil nama Baek kyung, membuat Baek kyung semakin gugup setengah mati.
"Ini kesalahanku, harusnya aku tidak tergesa mengambil keputusan mempercayakan status besar untuk ditanggung pada remaja yang harusnya bermain-main saja diusia kalian" kata Ayah Danoh lebih lanjut,
"Sangat mengecewakan karena aku menaruh banyak harapan padamu, kyung-ahh. Kau terlihat dewasa dan dapat diandalkan untuk putriku yang belum sepenuhnya dewasa. Aku salah, sepertinya kau masih perlu waktu lagi untuk bisa benar-benar kupercayai sebagai seorang laki-laki yang bisa menjaga putriku. Dia satu-satunya yang kumiliki. Berulang kali aku mengatakan ini ketika kau serius menyetujui pertunangan ini. Baek kyung, Eun Danoh seharga nyawaku sendiri. Kau tahu konsekuensi seperti apa yang akan terjadi jika sesuatu yang buruk terjadi denganya kan?"
Baek kyung mengangguk, menunduk mengeratkan kedua tanganya dibalik meja. Wajar saja jika Ayah Danoh sangat marah dan kecewa melihat bagaimana putrinya menangis dan berlari memeluknya tadi ketika ia datang kesekolah meski jam belajar Danoh belum berakhir.
"Aku mengerti" jawab Baek kyung, menyingkirkan rasa terintimidasi dan kembali mencoba membangunkan kepercayaan diri yang sempat lenyap oleh perkataan Ayah Danoh "Aku tidak akan membela diriku tentang foto itu, ini murni kesalahan yang kuperbuat, aku sangat menyadarinya dan tentu saja siap untuk bertanggung jawab"
Baek kyung pelan mengangkat wajahnya, mengadu tatap dengan kedua mata Ayah Danoh yang serius mendengar kan semua ucapannya, "Sekali lagi, aku meminta maaf untuk apa yang terjadi hari ini. Eun Danoh, Dia juga seseorang yang berharga untukku. Ini hanyalah sebuah kesalahpahaman, Akan kupastikan kami tidak akan berakhir begitu saja hanya karena permasalahan ini"
Ayah Danoh memijat keningnya dan terdiam. Baik dulu dan ketika kini usia Baek kyung genap 20 tahun, Baek kyung tak pernah goyah berhadapan denganya. Ayah Danoh kesulitan menebak isi dikepala pria muda ini, pria muda yang dengan gampangnya bisa meyakinkan dan mengendalikan dirinya begitu saja.
"Jelaskan saja pada Eun danoh jika kau ingin menjelaskan. Semuanya kini tergantung padanya, ingin meneruskan atau mengakhiri, saat ini yang bisa kupercayai hanya putriku sendiri"
Baek kyung ikut berdiri kala Ayah Danoh bangkit, menunduk sekali lagi didepan Ayah Danoh yang kemudian hanya meninggalkannya begitu saja bersama kecewa yang terdengar dari desah nafas panjangnya yang terus terdengar ditelinga Baek kyung.
"Naiklah, Danoh mungkin menunggumu"
Namun agaknya, Baek kyung masih dapat bernafas lega mendengar suara berat Ayah Danoh dipertengahan anak tangga. Baek kyung dengan cepat ikut bergegas menaiki anak tangga, melangkah dengan berat dan hati-hati menuju kekamar Putri semata wayang keluarga Eun dengan hati berdebar.
"Danoh-yah"
Sekedar berbasa-basi Baek kyung mengetuk pintu pelan, lalu mendorong gagang pintu meski sang empunya kamar tak menyauti barang sama sekali.
"Aku tidak mempersilakanmu untuk masuk" ketus Danoh, gadis itu duduk membelakanginya diatas meja belajar berpura sibuk dengan buku tebal bertuliskan matematika besar pada sampulnya.
"Danoh-yah, itu---"
"Kau juga tidur denganya?"
"eun danoh....."
Danoh sedikit berbalik, satu tanganya mengepal diatas buku dan satu lainya berpegang erat pada ujung kursi yang menjadi sandaran punggungnya yang lelah.
"Apapun yang akan kau katakan, itu tidak akan membuatku lebih baik. Aku tidak ingin melihatmu jadi pergilah" usir Danoh kejam.
Baek kyung tidak menyerah, menarik kursi Danoh menghadapnya dan berlutut mensejajarkan tubuhnya yang tinggi dengan Danoh yang dengan cepat menghindari bertatap mata denganya.
"Maafkan aku"
"Ku bilang pergi, kau membuat suasana hatiku bertambah buruk"
Danoh bangkit, menyeret Baek kyung untuk ikut berdiri lalu mendorong punggungnya menuju kearah pintu.
"Bawa ini" Baek kyung sangat terkejut ketika Danoh melepaskan cincin dari jarinya. "Berikan padanya, dan Berbahagialah! Jangan khawatir, aku tidak akan pernah mengganggu kalian lagi"
Blam.
Danoh menutup pintu kamarnya, tak ingin membuka sekeras apapun Baek kyung mengetuk dan berteriak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Cincin Danoh yang kini berpindah dalam genggamanya membuat Baek kyung semakin kalang kabut.
Choi Aera benar-benar sukses membalaskan dendam kepadanya.
Dibelakang pintu, Danoh akhirnya terjatuh dengan air mata membanjiri kedua mata yang susah payah ditahan untuk tak tumpah didepan Baek kyung sedari tadi. Menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut lalu mulai terisak meluapkan segala emosi dalam dirinya.
"Danoh-yah, maafkan aku"
Baek kyung menatap cincin ditanganya, tak juga pergi dan hanya bisa berdiri bersandarkan pintu mendengarkan suara isak tangis Danoh yang jauh lebih menyakitkan didengar olehnya.
"Maafkan aku"
---
Tinggalkan jejak 👣
Typo ⚠️---
Senin, 24 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
"Posesif" ✔
General Fiction★ Extraordinary you ♥ #1 Baekkyung #1 Lee Jaewook #1 KimHyeyoon [Complete] - 26 Maret 2020 -