Wish

1.5K 212 21
                                    

Matahari sore masih begitu terik, namun semilir hembusan angin yang sedikit kuat menepis hawa panas, memberi nyaman pada keberadaan Danoh dan Baek kyung berdiri membagi senyum didepan tempat persemayaman terakhir dimana Ibu Baek kyung berada.

"Dia bertambah tinggi lagi tante, sangat tinggi. Para gadis disekolah menggila karena itu, tapi aku tidak menyukai nya, leherku pegal kalau lama-lama berbicara denganya"

Baek kyung sama sekali tidak bersuara mendengar tiap kata yang diucapkan Danoh disampingnya.

"Kyung tumbuh dengan sangat baik, dia juga berteman dengan teman-teman yang baik. Cuma, dia sedikit.. Emm.. Dia sangat mirip dengan Ayahnya, tante tahu apa yang aku maksud kan? tapi dia benci jika aku mengatakan itu"

Danoh tertawa sementara Baek kyung menggeleng tidak setuju oleh itu. Tidak ada yang bisa menghentikan Danoh yang sangat bersemangat membawa sejuta informasi untuk dibagi kepada Ibu Baek kyung, seperti kebiasaan yang Danoh lakukan ketika berkunjung kemakam Ibunya sendiri.

Hari ini menjadi kali kedua bagi Danoh bertemu dengan Ibu Baek kyung, Danoh menjadi sangat antusias dan bahagia seolah bisa bertatap langsung dengan sosok yang telah melahirkan Baek kyung kedunia ini.

"Beristirahatlah tanpa mengkhawatiran apapun tante. Kami akan selalu menjaga dan baik-baik saja. Sampaikan salamku untuk Ibu juga disana, aku akan segera berkunjung dengan Ayah"

Baek kyung mengambil satu langkah kedepan, berdiri tepat disamping Danoh, meletakkan bunga yang ia bawah lalu merangkul Danoh sembari memandangi foto manis sosok Ibu yang selalu ia rindu.

"Sudah selesai bicaranya?" tanya Baek kyung.

Danoh mengangguk. "Kau sungguh baik-baik saja?" menengadah menatap wajah Baek kyung tinggi yang jauh dari wajahnya.

"Tidak. Aku tidak baik-baik saja" jujur Baek kyung.

Hanya dua tahun setelah kematian Ibunya saja Ayah Baek kyung rutin dan peduli berkunjung saat hari peringatan. Setelah Ayah Baek kyung bertemu Ibu Baek Jin lalu menikah lagi. Ayah Baek kyung tidak lagi peduli, Baek kyung datang seorang diri setiap tahun sebelum dua tahun belakangan ini sosok Danoh datang menemani.

"Tahun lalu baik-baik saja, kenapa sekarang tidak?"

"Aku juga tidak tahu"

Danoh terdiam, memeluk pinggang Baek kyung dan menyandarkan kepalanya dibahu Baek kyung.

"Kau pasti sangat merindukan tante. Itu wajar. Aku juga sering merasakan itu"

"Em, sepertinya"

"Kau ingin aku pergi? Aku bisa menunggumu ditempat parkir supaya kau bisa nyaman berbicara dengan Ibumu"

Baek kyung cepat menggeleng. Menahan bahu Danoh sebagai tanda bahwa ia tak ingin gadis itu meninggalkanya seorang diri lagi ditempat sunyi itu.

Danoh mengerti dan paham, berusaha semakin keras menjadi mood maker untuk Baek kyung bagaimanapun caranya tanpa membuat pria itu terganggu.

Matahari perlahan-lahan turun, hembusan angin yang terus meniup dari segala penjuru alam terbuka secara alami menggerakkan tangan Danoh menyentuh kedua bahunya.

Baek kyung menarik Danoh bergegas menuju tempat parkir, Langit musim semi sepertinya tak bersahabat dengan mereka, terus menggelap, awan-awan hitam mulai bermunculan menakuti Danoh meringkuk memeluk Baek kyung yang menggandengnya.

"Kita akan baik-baik saja kan? Kalau hujan bagaimana? Berhenti saja ya.. Jalanan pasti jadi licin" cicit Danoh, menatap Baek kyung mengangguk sembari memasangkan helm dikepalanya.

"Posesif" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang