Miss (3)

1.5K 198 16
                                    

"Kuharap semua akan selesai sampai disini" Ujar Juda pada semilir angin menyentuh ujung hidungnya.

Perdebatannya dengan Namju malam itu berbuntut panjang. Namju marah dan meminta Juda jauh-jauh dari permasalahan atau apapun itu yang berkaitan dengan Choi Aera.

Juda terus mengutuk dirinya sendiri didalam hati, alih-alih mencoba berdamai dengan Namju ia malah pergi dan sibuk mencari file cctv yang Danoh inginkan.

"Maafkan aku" lirih Juda menatap nomor telepon Namju dilayar ponselnya.

Baik Namju dan Danoh, keduanya tidak membalas pesan dan panggilan-panggilan darinya setelah pagi yang kacau tadi terlewati.

Entah Lee Dohwa atau Kim Ha roo, ketua kelas mereka yang rumpi tiba-tiba saja mengetahui perihal cctv dan Choi Aera.

Masalah yang sebenarnya sudah berlalu itupun kini kembali dan menjadi topik utama beserta nama Choi Aera, Eun Danoh dan Baek kyung. Ketidakhadiran Baek kyung dan Aera seolah mengkonfirmasi semua rumor yang beredar benar adanya, sementara Danoh memilih mengurung dirinya didalam UKS tanpa ingin diganggu oleh siapapun.

Juda kemudian berjalan pelan mendekati taman, menghirup udara segar dan memandangi beberapa tanaman taman yang dirawat dan disirami sendiri olehnya dengan sepenuh hati, bunga-bunga bermekaran dengan cantik sesuai ingin nya namun cukup menyebalkan dilihat oleh Juda hari ini.

Orang bilang, kau hanya perlu terlahir menjadi cantik untuk dihargai, itu sebabnya ratusan pasien mengantri diruang operasi klinik kecantikan untuk memperbaiki wajahnya. Hidung yang dirasa tidak membawa keberuntungan, kelopak mata ganda yang sedang tren di kalangan selebriti akhir-akhir ini, filler bibir, sulam alis atau apapun itu.

Juda memiliki semuanya tanpa melewati proses rumit itu. Tapi tetap saja sangat menyedihkan menyadari sekuntum bunga dihadapannya seperti mengejek bahwa ia lebih berharga dari pada keberadaannya didunia ini. Juda adalah korban yang sesungguhnya, Juda yang dituduh, dipukul, dihina dan diinjak-injak harga dirinya. Setelah kebenaran terungkapun tidak ada yang mengasihinya.

Juda berjongkok, mematahkan satu kelopak bunga berwarna merah cerah yang kemudian jatuh tergeletak diatas rumput hijau ketika sebuah tangan memaksanya untuk berdiri.

"Kau pasti tahu apa yang sedang terjadi! Katakan padaku! Katakan padaku semuanya!" Shin Saemi histeris.

Juda hafal betul semua ekspresi wajah Saemi kala menindasnya. Marah, jengkel, jijik, namun kali ini Juda benar-benar terkejut karena wajah Saemi sangat merah, urat-urat leher gadis itu seperti ikut berteriak mengiringi suaranya.

Juda mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya, mengarahkan layar benda persegi itu kearah Saemi setelah jemarinya menekan tombol play lalu sebuah video berdurasi kurang dari 7 menit itu mulai berputar.

"Bahkan jika aku gila sekalipun. Orang yang paling tidak mungkin untuk kusakiti adalah Eun Danoh, Shin Saemi. Lihat dan sesali perbuatanmu. Kau pantas menanggung rasa malu itu!" tegas Juda penuh penekanan.

Kaki Saemi lemas seketika, mundur beberapa langkah dari Juda setelah video itu berakhir dan mulai terisak pelan didepan Juda.

"Saemi-yah, Danoh benar-benar seorang teman yang baik. Jujur saja aku senang ketika kalian berdua bertengkar, aku senang karena kemudian bisa lebih dekat dengan Danoh. Tapi Saemi-yah, dia masih hanya membicarakanmu ketika bersamaku, dia bilang dia takut kau merasa kesepian setelah bertengkar dengannya, dia bilang kau adalah orang yang ingin diajaknya minum soju untuk pertama kalinya ketika usianya genap mencapai 20 nanti. Dia... Dia selalu bilang sangat merindukanmu meskipun bersama denganmu terkadang sangat menyebalkan"

Isakan Saemi semakin kuat, seluruh tubuhnya bergetar, kedua tangannya terangkat membekap mulutnya erat-erat, rasanya sangat sakit, Saemi merasa sangat hancur, sangat marah, sangat malu dan sangat-sangat menyesal.

"Posesif" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang