16. Pertolongan Pertama

2.1K 306 324
                                    

Setelah menyelesaikan beberapa tugas yang tersimpan di dalam dokumen komputer, Irina bersiap-siap untuk pulang. Dia hanya ingin cepat-cepat sampai rumah karena merasa tubuhnya terlalu lelah malam ini. Tadi sore, Teno menawarinya tumpangan untuk pulang bersama. Tapi Irina tidak janji akan ikut. Dan kenyataannya memang seperti itu.

Dengan langkah kaki yang terburu-buru dia mendorong pintu utama keluar gedung, menuruni beberapa anak tangga sampai tubuhnya tiba-tiba berhenti begitu saja disaat menyadari bahwa ada sebuah mobil yang menghadang jalan di depannya. Kacanya terbuka dan menampilkan sosok pria yang sekali lihat saja sudah dapat Irina hafal. Tanpa sadar Irina mendekat, menghampiri mobil tersebut dengan kebingungan yang cukup kentara.

"Kok disini?" Irina mengernyitkan alisnya bingung.

"Emangnya gak boleh jemput pacar sendiri ya?"

Maksud Irina bukan begitu, cuma... bingung saja tiba-tiba Juna menjemputnya tanpa mengabari lebih dulu. Padahal sejak pagi tadi dia tidak menerima satu pun pesan kabar tentang pria itu. Dan sekarang wajahnya sudah ditampakkan seolah-olah memang seharusnya dia disini. Irina tidak bisa tersenyum karena sebenarnya ini bukan waktu yang tepat untuknya senang. Pertama, dia cukup lelah hari ini. Kedua, Juna datang mendadak padahal tadi pagi sama sekali tidak mengabarinya apapun. Dan ketiga, Irina hanya merasa moodnya lumayan buruk sekarang.

"Naik yuk," Saat belum juga mendapatkan jawaban dari Irina, Juna membuka pintu mobil dari dalam. Menyuruh agar Irina segera masuk.

Begitu dia mau memasuki mobil, Irina dibuat terdiam lagi. Karena kursi samping kemudi yang akan didudukinya kini diisi dengan satu buket bunga mawar.

"Happy valentine day, Nana." Suara Juna menyapanya, kali ini sambil tersenyum dan mengangkat bunganya untuk diberikan langsung pada wanita itu.

Lantas Irina tidak bisa menolak dan hanya bisa menerimanya. Memeluk bunga tersebut dengan senyum kecil yang dikembangkannya. Lalu benar-benar dia masuk ke dalam. Duduk tenang sambil kembali membuka percakapan saat mobil yang Juna kendarai sudah mulai jalan.

"Makasih ya Jun." Katanya menolehkan kepala ke samping. Irina tidak perlu bertanya kemana mereka akan pergi karena dia sudah tahu jawabannya.

Setiap hari valentine tiba, Juna selalu menyempatkan dirinya untuk menghabiskan waktu bersama dengan Irina. Makan di restauran bintang lima kesukaannya dan kalau waktunya masih cukup, Juna akan mengajaknya untuk kencan ke tempat-tempat yang dia rekomendasikan. Klise memang, tapi itu jelas selera Juna dan kebiasaannya yang Irina hafal. Wanita itu menyender lelah, memikirkan bahwa kini dia tidak akan menolak untuk diajak jalan bersama. Masalahnya Juna sudah berbaik hati menyisihkan waktu sibuknya untuk perayaan hari spesial dan jelas Irina tidak bisa menolaknya.

"Tadi kenapa buru-buru? Ada janji sama temen atau gimana?" Suara Juna menginterupsi pikirannya.

"Enggak ada. Tadi mau langsung pulang aja."

"Pasti kamu gak ingat ya hari apa ini?"

Irina menggeleng sambil tersenyum. Tahu kalau dirinya sampai melupakan hari-hari yang biasanya memang wajib mereka habiskan bersama-sama.

"Dasar..." Juna mengacak rambut Irina menggunakan sebelah tangannya. "Kita makan dulu ya di tempat biasa?"

Saat mendengarnya, tiba-tiba saja Irina sibuk berpikir. Belum juga menjawab tawaran yang Juna berikan untuknya. Kalau di telaah lebih dalam, cewek itu seperti memikirkan sesuatu yang ditahannya. Sampai pada akhirnya pria itu menyentuh telapak tangan Irina sembari menanyakan permasalahannya.

"Kenapa Na?" Raut wajah Juna sedikit khawatir.

Irina menyergap, "hmm, boleh gak kita makan di tempat lain?"

SentimentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang