17. Konser, Apartemen, Puncak

2.5K 303 413
                                    

Hari ini bukan akhir pekan, bukan juga libur tanggal merah. Hanya saja sedikit spesial untuk Juna karena pria itu akan berpergian lumayan jauh ke sebuah tempat. Untungnya dia tidak mengendarai mobil seorang diri. Karena kini ada seorang wanita di samping kursi kemudinya. Yang akan menemani Juna untuk sampai ke tempat tujuan.

"Masih lama ya kak?" Jinan melihat lewat kaca mobil yang menampakkan pemandangan kebun teh di sampingnya.

Tadi siang, sekitar pukul 11, Juna menjemput Jinan ke rumah panti untuk mengajaknya pergi ke suatu tempat yang Jinan tahu bernama Puncak. Sebenarnya ada asal usul kenapa Juna memilih Puncak sebagai lokasi rekreasi yang pas untuk mereka. Waktu itu Juna pernah bercerita pada Jinan mengenai tempat kencan yang paling disukainya, dan kebetulan pria itu mengatakan bahwa Puncak menjadi destinasi favoritnya karena seseorang.

Jinan memberitahu Juna bahwa dia tidak pernah berpergian jauh seperti yang Juna sering lakukan, oleh karena itu Juna menjanjikannya akan mengajak wanita tersebut ke destinasi ini. Dan sekarang memang Juna telah menepati janjinya. Jinan senang, tentu saja hal itu membuatnya bahagia lebih dari apapun.

"Sebentar lagi..."

Mobil mereka memasuki area masuk sebuah lokasi wisata yang menampilkan banyak paralayang bertebaran di langit. Untungnya sekarang masih sore, jadi bisa dengan jelas menyaksikan apa yang Juna ingin tunjukkan pada Jinan. Pria itu membawa tas yang Jinan kenakan. Lucunya, Jinan membawa tas gemblok yang cukup besar karena mengira Puncak sangat jauh. Ya memang jauh sih, tapi tidak sejauh apa yang wanita itu bayangkan. Jakarta-Puncak paling hanya menghabiskan waktu 3 jam perjalanan dengan mobil, dan Juna sebenarnya sudah sering bolak balik ke tempat tersebut.

"Pakai jaket Jinan, kita kan di outdoor sekarang." Juna memperingati, tapi Jinan terlalu fokus ke sekitarnya. Memperhatikan ada sebagian orang yang bahkan datang di hari-hari kerja sama seperti dirinya dan Juna.

Memang cukup dingin, tapi Jinan tidak merasa terbebani sama sekali. Sudah sangat lama dia tidak berpergian jauh dan menghirup udara semenyenangkan ini bersama seseorang yang dia sukai. Makanya sekarang Jinan terlihat tidak mendengarkan apa yang Juna minta, karena dia terlalu fokus dengan apa yang diamatinya.

"Jinan," Juna menarik tangan wanita itu.

"Iya?" Barulah Jinan sadar kalau dia sudah melangkah lebih cepat dibanding Juna.

"Pakai jaket ya?" Sayangnya mereka sudah berjalan lumayan jauh dari tempat parkir, dan Jinan lupa membawa jaketnya yang berada di kursi belakang mobil.

"Ada di mobil, kita kan udah jalan jauh.  Sayang banget kalau harus balik lagi..." Ucapnya sambil melihat ke sekeliling.

Dan dari situ Juna mulai melepaskan jaketnya, memasangkan benda tersebut ke tubuh Jinan yang saat itu langsung sadar dengan perlakuan Juna untuknya. Reflek, Jinan menuruti. Memakai dengan benar jaket milik Juna yang telah diberikan sukarela untuknya. Wanita itu kemudian tersenyum manis, menatap Juna yang sibuk merapikan kerah jaket tersebut.

"Nanti Kak Juna malah kedinginan." Jinan berbicara pelan. Sebagian asap mulai keluar dari mulutnya dikarenakan suhu hari ini di Puncak cukup dingin dan berkabut.

"Saya pakai baju dobel." Balas pria itu. Setelah selesai mereka kembali naik ke atas.

Menuju lokasi tertinggi untuk melihat banyaknya paralayang yang berterbangan. Jinan dapat dengan jelas menyaksikan orang-orang tersebut bermain, tertawa, berteriak dan dipandu dengan karyawan yang menyediakan jasa permainan tersebut. Dia bahkan mengajak Juna untuk berjalan lebih dekat ke pinggir. Melihat pemandangan perkebunan, lereng, dan rumah-rumah dari atas sini.

SentimentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang