"Ulangin lagi,"
"Tadi kan udah..." Irina membuang muka dengan wajah memerah, meminta secara tidak langsung agar Axel berhenti menggodanya.
"Aku gak denger."
"Aku juga sayang kamu!!!" Irina berjinjit, berteriak kecil tepat di samping telinga Axel agar pria itu dapat mendengar kata-katanya barusan dengan jelas.
Axel tak mampu menahan senyum lebih lama saat mendengar kali ini Irina mengubah embel-embel saya menjadi aku. Tentu saja itu dilakukan karena mereka kini resmi menaikkan hubungan diatas pertemanan.
Pacaran.
Ini bahkan belum ada satu jam sejak mereka resmi berpacaran, tapi rasa-rasanya Axel benar-benar senang setengah mati. Tak mampu menghilangkan sesenti senyum dari wajahnya sekalipun. Tubuhnya lemas karena terlalu bahagia dengan keadaan saat ini.
Dan ketika berada di dalam mobil untuk menuju tempat pertama kencan resmi mereka, Axel terus memastikan bahwa wanita yang berada di kursi kemudi sampingnya benar-benar Irina. Pria itu melirik diam-diam dan tersenyum, lalu ketika kedua mata mereka bertemu karena Irina yang merasa pria itu terus memperhatikannya saat menyetir, Axel tertawa pelan. Membuat Irina sedikit bingung dan sesekali bertanya mengapa pria itu kelihatan senang sekali sore ini.
"Axel fokus..."
"Aku udah fokus." Jawab Axel sambil melihat Irina yang sedang menunjuk ke depan.
"Ya udah jangan menghadap ke sini terus."
Begitu saja percakapan yang diulang-ulang saat mobil mereka masih berjalan menuju ke sebuah tempat. Kurang lebih sekitar 1 kilo meter sebelum sampai tempat tujuannya, Axel mendengar suara ponsel berbunyi. Itu jelas bukan miliknya, karena yang kini dia lihat adalah Irina sibuk merogoh tas. Menerima panggilannya begitu sebuah ponsel sudah digenggamnya dan kini wanita itu terlihat bersiap-siap untuk menyapa penelpon yang Axel tidak ketahui siapa.
"Halo?"
Axel melirik ke samping, memandang Irina sebentar saat wanita itu mulai fokus mendengarkan.
"Saya udah pulang."
Lalu hening. Axel belum mendengar Irina bersuara lagi tepat setelah beberapa detik wanita itu sibuk mendengarkan dalam hening.
"Kamu ketemu sama dia?"
"Ya udah, makasih informasinya."
Panggilannya secepat itu berakhir, tapi entah kenapa Axel tak dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya untuk bertanya lebih lanjut.
"Siapa?"
Begitu panggilannya selesai Axel langsung menolehkan kepala sepenuhnya ke arah Irina. Membuat wanita itu ikut menoleh dan menjawab pelan.
"Temen kerja."
"Cewek atau cowok?"
"Cowok." Irina tersenyum kecil saat kedua matanya memandang Axel yang menunjukkan raut datar detik ini.
"Kalau sama cowok jangan ngomong aku-kamu."
"Aku gak ngomong aku-kamu. Aku ngomong sama dia saya-kamu."
"Ya tetep aja, jangan manggil itu orang pake sebutan kamu."
"Emangnya kenapa?"
"Nanti dia baper." Axel membelokkan stir ke kanan, menatap Irina diam-diam saat wanita itu sibuk berpikir. "Gak tau baper ya?"
"Tau kok."
"Apa?"
"Bawa perasaan." Balas Irina tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentimentally
Fiksi UmumPsychology says, you realize you love someone when you want them to be happy, even when it's not with you. Tapi tidak untuk Axelio. Kalau dia sadar sedang berada dalam fase mencintai seseorang, maka dia tidak akan rela membiarkan orang yang dicintai...