26. Beri Jarak Sedikit

2K 294 241
                                    

Sudah terhitung 2 hari semenjak Axel membawa pulang Irina dan kini anehnya Irina terlihat seperti memutuskan kontak dengan pria itu. Axel mencoba untuk menghubungi wanita tersebut, tapi nihil. Sama halnya dengan mengirim pesan, Axel juga sudah berusaha. Boro-boro dibalas, dibaca saja tidak. Sore ini, Axel benar-benar berada dalam suasana hati yang buruk. Pertama, karena Irina enggan merespon pesan dan teleponnya. Kedua, karena irina terlihat seperti menghindar. Dan ketiga, karena sudah lebih dari sehari dia tak dapat melihat perawakan wajah kesayangannya.

Sejujurnya semua suasana hatinya tergantung dengan Irina. Axel mengakui bahwa dia mulai menjadi budak cinta seperti apa yang remaja-remaja katakan belakangan ini. Tapi Irina sayangnya tak pernah meladeninya balik. Apa kesalahannya malam itu terlalu besar hingga mampu memisahkan jarak hubungan antara dirinya dan Irina?

Baiklah, Axel terlalu bermimpi. Lagi pula mereka belum berpacaran. Jangan mengada-ngada soal hubungan.

"Jadi kenapa?" Di depan kafe outdoor bilangan mall Jakarta, Dio memainkan ipadnya fokus. Bertanya pada Axel yang saat ini hanya duduk seraya sibuk merokok.

"Gue gak ngerti sama cewek." Axel berujar frustasi. Mematikan sebatang rokoknya asal-asalan dengan kesal.

"Are you talking about Irina?"

Pertanyaan barusan membuat Axel diam-diam melirik Dio. Dan saat itu kedua mata mereka bertemu untuk saling melemparkan pandangan serius.

"She break up."

"Good choice, cheating can't be forgiven. Terus masalahnya apa?" Kali ini Dio akan mulai fokus mendengarkan.

"Gue nyatain perasaan gue ke dia."

"Jawabannya?"

"Gak tau. Katanya dia masih gak tau. Dia bilang dia butuh waktu buat sembuh dulu." Itu memang jawaban jujur dari Irina.

"Terus respon lo gimana?"

"Ya gue no problem lah."

"Jadi masalahnya apa? Dia ngejauh karena lo ungkapin semuanya?"

Tidak. Axel jelas tau kalau malam itu saat di Jalan Gajah Mada Irina tidak menginginkan pertemanan mereka berakhir karena ungkapan jujur Axel. Bahkan wanita itu meminta Axel untuk tetap berada disisinya.

"Enggak." Respon Axel bingung sendiri mau menjelaskannya bagaimana.

"1 jam 30 menit gue disini cuma ngeliat lo ngerokok dan bicara omong kosong. Bukan Irina yang gak jelas, tapi lo." Ungkap Dio dengan wajah datar.

Sambil menjilat bibirnya yang terasa kering, Axel membenarkan posisi duduknya. Mulai berbicara ketika Dio menyindirnya membuang-buang waktu berharga sahabatnya tersebut.

"I was drunk. Malam itu gue mabok. Dan gue minta dia cium gue." Axel mulai berusaha menceritakan semuanya secara rinci dan jujur.

"Gede juga nyali lo." Dio memberikan respon singkat, menatap pria itu datar sambil terus fokus mendengarkan.

"Dan dia mau." Lanjut pria jangkung itu. "Dia mau karena dia mabuk. I mean, dia gak kuat alkohol. Tapi malam itu dia minum bareng gue."

Dio masih terdiam lalu tiga detik setelahnya mulai membuka mulut.

"Mau tau gak? Ada dua tipe pria brengsek di dunia ini-" sambil mengambil gelas kopinya, Dio menyeruput isinya sedikit. Memberi jeda untuk melanjutkannya kembali. "Yang pertama, pria yang mukul wanita, dan kedua pria yang berbuat semena-mena waktu mabuk. Dan lo salah satu dari itu."

"Gue tau gue salah. Yo, gue pikir dia gak akan ngeladenin permintaan goblok gue, tapi nyatanya dia cium gue." Axel tahu itu pengaruh alkohol, tapi tetap saja Irina masih ada satu persen tingkat kesadaran malam itu. Bukankah sama saja dia telah mendapatkan lampu hijau secara tidak langsung?

SentimentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang