Hari produktif seperti Selasa sebenarnya bukan hari yang tepat untuk melangsungkan acara kumpul kebo bersama. Tapi mau bagaimana lagi? Satu orang muncul di ruang obrolan grup mereka dan meminta pertanggungjawaban atas rasa menderitanya malam ini.
Apa lagi kalau bukan patah hati?
"Gue gak izinin sebenernya kalau lo sampe mabok di apart gue." Axel melonjorkan kakinya lurus di atas sofa. Sebelah tangannya sibuk mencari channel tv yang berkualitas.
"Itu karena lo belum pernah ngerasain patah hati." Kairan membalas pedas. Kadang kala ia berhenti berbicara ngawur kalau sedang sibuk menghisap batang rokok.
Dan disampingnya ada Byuno yang ikut-ikutan merokok gratis.
"That's why you shouldn't falling in love." Balas Axel menyindir.
"Nyet artinya." Kairan menyenggol lengan Byuno yang sibuk bermain ponsel dan Juna tertawa melihatnya.
"Itulah kenapa lo gak harus jatuh cinta." Juna berbaik hati mengartikannya.
"If you fallin love, then... you should fallin hurt too. Konsekuensi. Titik." Lagi, Axel menasihati.
"Nyet bisa gak sih gak ngomong pake bahasa inggris?!" Sebenarnya Kairan kesal bukan karena dia tidak mengerti, hanya saja Bahasa Inggris selalu mengingatkannya akan sosok Krystin Bricia. Yang selalu berbicara dengannya menggunakan bahasa Inggris sekalipun dia tahu Kairan sulit mengerti.
"Intinya nih ya, kalau lo jatuh cinta ya lo harus siap sakit hati juga. Makanya jangan jatuh cinta lah! Cinta-cinta kentut! Mendingan friends with benefit sekalian nyet," Chandra ikut duduk ketika kedua tangannya selesai mengambil banyak botol bir dari dapur apartemen Axel.
"Gue penasaran sama lo." Dionovan juga disana. Bedanya duduk di atas sofa sambil memangku sebuah laptop putih dan memantapkan pandangannya pada Chandra.
"What?" Chandra balik bertanya dengan kalem.
"Apa semua cewek di mata lo kaya gitu?" Dio kali ini menunjukkan raut wajah serius. Ralat, dia memang selalu serius.
"Kaya gitu gimana?"
"Sexuality object, friends with benefits kaya yang tadi lo bilang." Jelasnya.
"Friends blablabla apa? Kentang ya?" Kairan bertanya dengan bingung yang langsung dihadiahi tendangan oleh kaki Axel.
"Itu french fries goblok."
Sambil mengangguk ragu-ragu, Kairan bengong. Dan semuanya menunggu jawaban Chandra setelah pertanyaan yang Dio lontarkan barusan.
"Ya, gak semua. Cuma kayaknya rata-rata cewek yang mampir di hidup gue emang seneng juga kalau dijadiin friends with benefits. Ya gue welcome lah, lagi pula gak rugi juga. Ya kan?"
Semuanya diam.
Kecuali Dio.
"Lo gak harus mandang ke semua cewek begitu. Emangnya lo tau isi hati mereka yang sebenernya apa? Kalau lo mau tau, gak ada cewek yang sebenernya mau diperlakuin kaya gitu. Lo bilang gak rugi?" Dio tertawa sebentar, lalu melanjutkannya kembali.
"Iya lo betul kalau diri lo gak rugi, tapi kebanyakan yang rugi perempuan." Lanjutnya pelan.
"Yo... lo ngapa deh?" Chandra bingung sendiri. Dan semua orang seperti memperhatikan mereka dalam diam.
"Stop! Stop! Ini yang lagi patah hati gue! Bukan lo berdua!" Kairan tiba-tiba teriak seperti orang yang dirasuki banyak hantu.
"Lo kenapa sih? Ditolak cewek?" Byuno menaruh ponselnya ke atas meja. Lalu mengambil beberapa kuaci sambil menatap Kairan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentimentally
Fiksi UmumPsychology says, you realize you love someone when you want them to be happy, even when it's not with you. Tapi tidak untuk Axelio. Kalau dia sadar sedang berada dalam fase mencintai seseorang, maka dia tidak akan rela membiarkan orang yang dicintai...