2. Pengganti Kairan

2.2K 314 162
                                    

Disetiap sekolah pasti ada salah satu orang yang kalian takuti. Seperti guru, murid pembangkang, atau bahkan kepala sekolah. Sama halnya dengan kantor, di tempat bekerja ini, Kairan paling takut dengan Pak Gambrut.
Kairan tidak mengerti kenapa namanya seaneh itu, sebenarnya ada nama aslinya namun orang-orang lebih familiar memanggil atasannya dengan nama Pak Gambrut, makanya Kairan ikut-ikutan.

Sialnya semakin kalian menjauh dari satu hal yang dibenci, fakta tersebut akan makin membuat kalian dipertemukan dengan kebencian itu. Seperti Kairan saat ini, padahal sudah cukup sore untuk waktunya pulang, namun Pak Gambrut malah mengajaknya menghitung soal kalkulus punya sang putri untuk dikerjakan bersama Kairan.

Kairan tidak bisa menolak, kalau menolak Pak Gambrut akan marah, kalau Pak Gambrut marah gajinya akan dipotong, kalau gajinya dipotong Kairan akan miskin, kalau miskin Kairan tidak bisa hidup boros. Kairan benci miskin, makanya ia menuruti keinginan pria paruh baya ini.

Dia lebih suka kalau Juna yang mengajarinya apapun, tentu saja. Juna teman nongkrongnya sekaligus teman satu apartemen. Tapi takdir berkata lain, pria tampan itu sedang tidak ada di kantor dari tadi siang dan tidak bisa membantu dirinya sama sekali saat ini. Sibuk dengan kalkulator dan selembar kertas hitung, Kairan memeriksa ponselnya yang bergetar. Aplikasi obrolan online dibuka dan ternyata disana ada sederet pesan penting dari Juna.

Kai, tolong jemput Nana dong. Bokap minta temenin ketemu investor.

Kairan menarik nafas dan bersumpah bahwa lebih baik dia menjemput Nana sekarang dari pada berkutik gila dengan kalkulator didepannya. Ngomong-ngomong, Nana itu adalah Irina. Panggilan pendek Juna kepada Irina adalah Nana, begitupun dengan Kairan yang juga memanggil Irina dengan nama tersebut.

"Pak..." Mencoba izin dengan memanggil nama Pak Gambrut baik-baik, Kairan ingin berbicara namun...

"Sudah ketemu hasilnya?" Tapi Pak Gambrut malah terus bertanya soal hitung-hitungan sialan ini.

"Bukan pak..." Dengan lemas Kairan masih berusaha.

"Ya udah lanjutin aja lagi, saya mau buat kopi dulu. Kamu mau kopi juga?"

Kalau sudah begini tidak ada lagi yang bisa dilakukan Kairan selain mengangguk dan pasrah untuk membatalkan niatnya menjemput Irina.

Begitu Pak Gambrut keluar ruangan, Kairan langsung mengeluarkan ponselnya. Berpikir untuk menjawab pesan Juna tadi dengan menolak baik-baik bahwa dia tidak bisa menolongnya untuk saat ini karena ada Pak Gambrut. Tetapi niatnya diurungkan begitu melihat kontak Axel yang ada di ponselnya.

Benar sekali, satu-satunya yang bisa diandalkan untuk waktu seperti ini adalah Axel. Kairan tahu betul mungkin Axel tidak lebih sibuk dari dirinya. Makanya setelah itu, pria keturunan jawa tersebut langsung mengetikkan pesan kepada sahabatnya.

Lima menit berlalu pesannya belum dibalas. Padahal Axel sedang online di aplikasi obrolan tersebut. Kadang kala Kairan suka heran dengan orang yang seperti itu. Mereka online tapi tidak langsung membalas, sebenarnya apa kesibukannya sih sampai balas langsung saja tidak bisa?

•••••

Dengan wajah serius dan tangan penuh tekad, Axel mengklik berkali-kali pada mouse yang tersambung dengan komputernya. Kadang kala memaki kesal dengan lawan yang mencuri senjatanya dalam permainan online. Beginilah kira-kira kalau pekerjaannya sudah selesai. Axel malas pulang ke apartemen karena terlalu membosankan berada disana sepanjang sore hingga malam, makanya menyibukkan diri dengan permainan ini.

Ponselnya berbunyi. Tanda ada pesan dari seseorang yang mungkin menghubunginya saat ini. Dengan setengah fokus, Axel melirik dan membukanya cepat walaupun tangannya masih serius bergerak kesana kemari. Pelan-pelan matanya berpindah pada layar ponsel. Namun fokusnya kembali berpindah pada lawan permainan begitu mendengar bunyi tembakan. Axel memaki kasar, entah kepada Kairan yang mengganggunya atau lawan sialan tersebut.

SentimentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang